Beriman kepada para Rasul merupakan salah satu rukun iman yang kesemuanya ada enam.  Maksud beriman kepada Rasul adalah mengimani bahwa Allah SWT mengutus rasul-rasul kepada setiap umat mulai dari Adam as sampai Muhammad SAW.  Di dalam terjemah Alquran tertulis : Wa in min ummatin illaa kholaa tiihaa rasuul.  Artinya tidaklah berlaku suatu umat kecuali ada pada mereka itu rasul.
Iman kepada rasul ini juga bermakna bahwa kita mengimani para rasul adalah utusan resmi yang ditunjuk Allah SWT untuk menyampaikan ajaran agama (ad din) kepada manusia di zamannya.  Khusus untuk Muhammad SAW, agama yang dibawa beliau berlaku sampai hari kiamat.  Benar tugas utama Nabi SAW adalah menyampaikan risalah agama Islam.  Namun apa yang diyakini (dengan metoda standar dan baku semisal hadis sahih) berasal dari Nabi SAW harus dipercaya tanpa ragu sedikitpun juga, walaupun apa yang dari beliau bukan perkara peribadahan (langsung atau tidak langsung).  Inilah iman yang benar kepada rasul.
Dalam Al Qur’an Surat Muhammad ayat 2 berbunyi : walladzina âmanu wa ‘amilush sholihati amanu bima nuzzila ala muhammadin wa huwal haqqu min robbihim.  Artinya, Dan orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW, dan (apa yang diturunkan) itu adalah merupakan kebenaran dari Tuhan mereka.
Sebagai contoh :
1.     Hadis sahih riwayat Bukhori : Apabila lalat jatuh dalam minuman salah seorang kamu, maka tenggelamkanlah lalat itu karena satu sayapnya mengandung penyakit dan satu sayapnya lagi mengandung penawar.
Sampai kini belum ada penelitian yang membuktikan kebenaran hadis tersebut.  Akan tetapi karena hadis tersebut adalah sahih, tetap kita terima kebenarannya sebab berita itu berasal dari Allah SWT, yang Maha Tahu segala hal.

2.    Nabi SAW membolehkan seorang anak menunaikan nadzar haji orang tuanya yang telah meninggal dunia.  Sementara itu Al Qur’an Surat An Najm menyatakan: wa an laisa lil insani illa ma sa’a.  Artinya, dan manusia itu tidak akan memperoleh (balasan apapun) kecuali apa yang diusahakannya.
Hadis dan Al Qur’an dalam contoh ini  nampaknya bertentangan, padahal tidak demikian.  Cara memahaminya adalah bahwa secara umum manusia itu hanya diberi balasan sesuai amalnya.  Akan tetapi ada beberapa perkecualian, diantaranya adalah seperti yang disebutkan dalam hadis di atas.  Contoh lain adalah bila seseorang telah meninggal maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.

3.    Hadis sahih mengisahkan ada seorang Nabi yang sedang berperang melawan kaum kafir.  Menjelang matahari tenggelam, perang tak kunjung selesai.  Maka Nabi tersebut menyuruh matahari (atas nama Allah SWT) untuk berhenti sampai perang selesai.  Atas izin Allah matahari pun berhenti.
Kisah ini memberi pengertian bahwa yang beredar itu matahari dan bukannya bumi (sebagaimana tertulis dalam Al Qur’an Surat Yasin, Surat Luqman, Surat Ar Rahman).  Kalau yang beredar bumi, maka ketika bumi tiba-tiba berhenti berputar nabi yang sedang berperang tsb akan terpelanting sehingga tidak bisa memenangkan peperangan. (Munadhir)

 {mosimage}
Masalah lapangan kerja dan peluang kerja lulusan peruruan tinggi di Indonesia adalah sangat   komplek,   hal ini karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah untuk difahami. Akibatnya, angka pengangguran terus meningkat, kondisi ini diperparah lagi dengan menurunnya  ekonomi pasar global  di tengah belum pulihnya dari resesi tahun 1998, dan ini berimbas pada kegiatan industri konstruksi dalam negeri.

Hal inilah yang menarik Dekan FTSP, Dr. Ir. Ruzardi, MS, untuk menghadiri acara “Sosialisasi Pemberdayaan Lembaga Pelatihan Daerah/Asosiasi/Himpunan Keterampilan Konstruksi” selama dua hari penuh yang diadakan di Hotel Sahid Yogyakarta, tangal 5 dan 6 Maret 2009.  Acara ini diprakarsai oleh Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi – BPK SDM Departemen Pekerjaan Umum yang bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah (LPJKD).

Menurut Ruzardi, dalam pertemuan tersebut antara lain menyoroti laporan Kompas, 22 Februari 2009, bahwa akibat resesi global sekarang telah terkena PHK sebanyak 27.578 orang, 24.817 pekerja masuk daftar tunggu PHK, 11.191 pekerja sudah dirumahkan dan sekitar 600.000 TKI terancam dipulangkan. Rencana pemerintah, korban PHK ini akan dialihkan sebagian untuk menjadi tenaga kerja konstruksi karena dianggap insdutri konstruksi adalah yang paling mudah menyerap tenaga kerja. Sebagai gambaran bahwa jumlah tenaga kerja konsruksi bulan Januari sebanyak 3,9 juta orang dan pada bulan Oktober 4,7 juta orang. Namun satu hal Pemerintah lupa bahwa pekerjaan pengalihan ini tidak semudah yang diperkirakan karena karakteristik pekerjaan korban PHK sangat berbeda dengan kerja di dunia konstruksi. Maka untuk dapat alih jalur kerja ini diperlukan Bimbingan Teknis, Pelatihan Keterampilan dan Keahlian Tenaga Konstruksi yang bersertifikasi, demikian antara lain yang muncul dalam pembicaraan sosialisasi.

Sebetulnya porsi pembangunan dunia konstruksi di dalam negeri cukup besar dengan anggaran untuk tahun 2009 diperkirakan antara 350 hingga 450 trilliun, bahkan mungkin yang terbesar untuk kawasan Asean, namun angkatan kerja juga jauh lebih besar dibandingkan dengan porsi yang tersedia sehingga selalu terjadi angka pengangguran. Yang mencemaskan bahwa pegangguran yang tertinggi dewasa ini ternyata berasal dari kalangan sarjana (pengangguran terdidik lulusan PT). Untuk dapat berkompetisi di lapangan maka lulusan harus mempunyai kelebihan dan tahu akan kebutuhan tanaga di lapangan.

Muncul juga di dalam perbincangan bahwa banyak juga terdapat beberapa perusahaan yang butuh tenaga kerja tidak dapat dipenuhi, karena pada waktu seleksi lulusan tidak punya bekal yang cukup untuk mengisi lowongan tersebut. Oleh karenanya PT juga hendaknya sering-sering menggadakan kuliah pakar untuk mengundang pihak luar ke dalam kampus berbicara kebutuhan kompetensi keilmuan yang diperlukan oleh pasar. Sementara ini tuntutan Dengan jumlah tenaga kerja konstruksi Indonesia sebanyak 4.7 juta orang, dan hanya 3.5% yang telah bersertifikat dan dinyatakan KOMPETEN, oleh karena itu perlunya kerjasama antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, terutama institusi pelatihan daerah.

Pada kesempatan tersebut Ruzardi menyampaikan bahwa dunia kerja konstruksi dewasa ini cukup memprihatinkan. Hampir tidak pernah dijumpai proyek-proyek yang berasal dari dana APBN dan APBD bersifat multy years sehingga angkatan kerja paling lama bekerja hanya selama 5 atau 6 bulan dalam setahun, sementara mereka butuh hidup dan bernafas dalam setahun. Untuk menutupi kekurangan ini dijumpai juga beberapa tenaga ahli yang harus rangkap kerja untuk menutupi kebutuhan di masa tidak bekerja, yang ini juga berimplikasi pada rendahnya kualitas hasil kerja. Dengan terbukanya pasar diluar negeri yang masih cukup lebar, kedepan lulusan FTSP UII sebagian akan diarahkan untuk mengisi kesempatan tersebut.

Lebih lanjut FTSP UII meminta kesediaan BPK SDM DEPT. PU untuk bekerja sama memberikan palatihan, dan regulasi tentang pengiriman tenaga sarjan ke luar negeri. Acara ini diisi oleh beberapa pakar dan birokrat di bidangnya, antara  lain diisi oleh: Dr. Ir Andreas Suhono, M.Sc (Badan Pembinaan Konstruksi Dan Sumber Daya Manusia PU), Ir. Asrizal Tatang (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional), Ir. Djoko Subarkah, Dipl. He (Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia), Ir. Iis Hernaningsih (Departemen Dalam Negeri), Ir. Soeryoadi, MSc (Lembaga Sertifikasi Profesi dan Lembaga Diklat Profesi), dan Ir. Suprayitno (Anggota Dewan Pengurus LPJKN).  (Renny)

{mosimage}
Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII untuk pertama kalinya mengadakan pelatihan pengenalan akreditasi laboratorium sesuai dengan standar internasional ISO 17025:2005, Sabtu (28/2), bertempat di Dekanat FTSP.

Ketua prodi Teknik Lingkungan, Luqman Hakim, ST, MSi, mengungkapkan saat ini prodinya sedang mengajukan akreditasi laboratorium. Menurut Luqman sebagai kelanjutan proses pengajuan tersebut, maka tahun ini dijadwalkan akan ada visitasi akreditasi lab dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) Jakarta. Diharapkan dengan adanya pelatihan pengenalan akreditasi kali ini dapat meningkatkan pemahaman tentang standar manajemen laboratorium, jelas Luqman.

Langkah prodi Teknik Lingkungan ini mendapat sambutan baik dari Dekan FTSP UII Dr. Ir. Ruzardi, MS.  Menurutnya, Lab Lingkungan merupakan satu-satunya lab di UII yang telah mengajukan akreditasi laboratorium.  Langkah maju ini harus didukung semua pihak karena dengan dimilikinya lab yang terakreditasi sesuai standar internasional maka sangat sejalan dengan semangat UII menuju world class university.  Bagi FTSP UII menuju world class university harus ditindaklanjuti dengan aksi dan implementasi, tegas Ruzardi.

Hadir sebagai pembicara Kepala Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi Badan Standardisasi Nasional (BSN) Jakarta, Drs. Kukuh S. Ahmad, MSc menyampaikan materi standar manajemen laboratorium.  Sementara pembicara lainnya dari P3TN BATAN Yogyakarta, Prof. Samin Prihatin, APU mempresentasikan tentang langkah-langkah menuju akreditasi lab sesuai ISO/IEC 17025:2005. 

Dalam pelatihan tersebut antara lain diperkenalkan persyaratan sistem manajemen Laboratorium ISO/IEC 17025:2005 (versi baru). Standar ini mencakup unsur-unsur sistem manajemen Laboratorium yang efektif dapat diintegrasikan dengan persyaratan manajemen mutu, guna membantu Laboratorium dalam menjaga mutu hasil uji dan pelayanan yang baik. (Renny)

Keterangan Gambar:
Ir. Kasam, MT saat mendampingi pembicara dari BSN Jakarta, Drs. Kukuh S. Ahmad, MSc.