{mosimage}
Sebanyak 32 guru dan 318 siswa SMU Negeri 1 Kebumen Jawa Tengah, hari Kamis pagi (12/3), terlihat memadati auditorium Kahar Mudzakir kompleks masjid Ulil Albab UII.  Kunjungan guru dan siswa SMU tersebut diterima oleh beberapa pimpinan Fakultas dengan agenda acara kegiatan wisata ilmiah di perguruan tinggi.

Dekan FTSP UII, Dr. Ir. Ruzardi, MS, yang juga hadir saat itu mewakili tuan rumah UII menerima cinderamata dari SMUN 1 Kebumen.  Dalam sambutannya Ruzardi menyampaikan bahwa kampus UII sangat tepat sebagai tempat untuk berwisata kampus.  Selain didukung dengan iklim yang sejuk, juga karena arsitektur gedung di kompleks kampus terpadu sangat nyaman untuk dinikmati.
Lebih lanjut Ruzardi mengungkapkan bahwa local genius FTSP adalah di bidang kegempaan.  Hal ini dibuktikan FTSP telah memiliki 2 orang profesor di bidang struktur kegempaan yakni Prof. Sarwidi dan Prof. Widodo, dan ada beberapa Doktor dari berbagai disiplin ilmu yang memperkuat ilmu kegempaan.  Bahkan saat ini Prof. Sarwidi menjadi salah satu anggota unsur pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 
Terkait dengan hal itu maka dalam kesempatan tersebut FTSP secara khusus memberikan kenang-kenangan berupa buku ‘Tuku Kali’.  Buku gempa ini diberikan untuk koleksi perpustakaan sekolah, selain itu juga untuk guru pengajar Geografi, ungkap Ruzardi yang langsung disambut dengan tepuk tangan meriah dari peserta. (Renny)

Kemarin, hari pertama kedatangan kami di Sapporo, perjalanan dari penginapan menuju ke Kampus Hokkaido University (HU) kami tempuh dengan berjalan kaki dibutuhkan waktu 5 menit. Suhu saat itu memang cukup dingin 11oC, namun cuaca cerah dengan sinar mentari yang hangat dan bersahabat. Di hari kedua ini kami dihadapkan  dengan cuaca yang lebih dingin dengan suhu sekitar 8oC.  Belum lagi hujan turun disertai angin yang cukup kuat..

Agenda pagi ini, pukul 09.00 waktu setempat, kami melanjutkan diskusi tentang rencana implementasi (memorandum of Ageement/MOA for academic exchange) antara Faculty of Civil Engineering and Planning – Islamic University of Indonesia (FCEP-UII)  &  Graduate School of Environmental Earth Science – Hokkaido University (GSEES-HU).
Beberapa kesepakatan yang berhasil dicapai antara lain:

Pihak GSEES-HU menyepakati usulan dari FCEP-UII untuk program pertukaran dosen melalui kegiatan lecture series. Kedua belah pihak akan saling mengirim dosen dimana FCEP akan mengirim dosen ke GSEES-HU dan sebaliknya.
• Kerjasama riset juga akan dilakukan antara ke dua belah pihak untuk mengkaji berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di Yogyakarta. Kesepakatan sementara topic riset secara detail akan dibicarakan pada hari berikutnya.
• Publikasi bersama, Format kegiatan publikasi bersama yang akan dilakukan dalam berbagai macam bentuk diantaranya yaitu Jurusan Teknik Lingkungan akan menggunakan Prof. Shunitz Tanaka sebagai reviewer pada jurnal sain dan teknologi lingkungan, pengiriman paper dari para mahasiswa GSEES serta para peneliti lainnya.

Pada pukul 11.00, acara dilanjutkan pertemuan dengan Dekan Fakultas Teknik HU Prof. Dr. Eng. Takashi MIKAMI, dan wakil dekan Prof. Dr.Eng. Naoshi BABA. Pembicaraan yang berkembang saat itu mengenai rencana kerjasama pengiriman mahasiswa program Magister Rekayasa Kegempaan untuk mengambil beberapa SKS di Faculty Engineering.

Pada prinsipnya Faculty Engineering dapat menerima pengiriman mahasiswa program MRK-MTS FTSP UII. Mekanisme pendaftaran dilakukan sebagaimana yang telah diatur dalam buku panduan. Pembicaraan lebih detail tentang kegiatan ini akan dilakukan via email antara kedua pihak. Rencananya FCEP akan mengundang faculty engineering ke Yogyakarta untuk melakukan pembahasan yang lebih detail.

Agenda berikutnya pada pukul 14.30 adalah pertemuan dengan Global Center of Excelent (GCoE) yang membicarakan tentang program pembukaan kantor perwakilan GCoE di FCEP UII dan kegiatan joint short course program. Pihak GCoE rupanya tertarik untuk menindaklanjuti program-program tersebut. GCoE meminta FCEP UII segera mengajukan proposal program yang rencananya akan dibahas lebih detail di Bogor pada bulan Juli 2009. Untuk itu pihak FCEP diminta menemui GCoE pada pertemuan tersebut mendatang. (Renny)
 

{mosimage}
Sabtu 18 April 2009, Dekan FTSP Dr. Ir. Ruzardi, MS, beserta Ketua Prodi Teknik Lingkungan, Luqman Hakim ST, Msi, bertolak Sapporo, Jepang.  Kepergian ini dalam rangka menindaklanjuti kerjasama akademik FTSP UII dengan Graduate School of Environmental Earth Science Hokkaido University, serta memberikan ceramah ilmiah di hadapan mahasiswa dan dosen di Hokkaido University.

Berikut laporan perjalanan beliau langsung dari Sapporo Jepang.

Hari pertama, Senin, 20 April 2009 pukul 9.30 waktu setempat, setibanya di Sapporo kita disambut langsung oleh Prof. Tanaka (Head of Department Environmental). Pembicaraan pagi ini diawali dengan implementasi dari MOA (memorandum of Academic).

Poin-poin dari pembicaraan tersebut antara lain:

1. Pertukaran student,  pada Bulan Oktober nanti Hokaido University (HKU) akan menerima 2 orang mahasiswa dari Teknik Lingkungan UII, dari sebanyak 5 mahasiswa Indonesia yang akan diterima di HKU. Biaya perkuliahan selama 6 bulan akan
ditanggung seluruhnya oleh HKU.  Proses rekruitmen mahasiswa dilakukan bulan Juni langsung oleh HKU.  Biaya yang akan diberikan antara lain: living cost 130.000 Yen/bulan, tuition fee 580.000 Yen, tunjangan 100,000 Yen, dan tiket PP. Mahasiswa yang ikut program ini akan mengambil sejumlah SKS dan melakukan penelitian sebagai tugas akhir.

2. Rencana penyelenggaraan Seminar Internasional (UII, HKU, UKM) disetujui. Untuk waktu pelaksanaan sementara ini belum dapat disepakati.  Kemungkinan akan digelar bulan November.

Sementara itu pukul 11.00, dilanjutkan pertemuan dengan Dekan HKU.  Acara ini lebih bersifat seremonial, hanya sekedar acara kulo nuwun.  Dalam kesempatan tersebut masing-masing pihak saling menjelaskan sekilas tentang Fakultas Teknik LIngkungan HKU dan FTSP UII, serta pemberian cindera mata dari UII. 

Pada sore harinya kunjungan dilanjutkan dengan pemberian kuliah umum oleh DR. Ruzardi. Kuliah dihadiri oleh beberapa dosen, dan mahasiswa doktoral serta master program.

Malam harinya, keseluruhan rangkaian acara pada hari pertama diakhiri dengan wellcome party.  (Renny)

Keterangan foto: Dekan FTSP berfoto bersama dengan Dekan Graduate School Environmental Science, dan Prof. Tanaka.

Wacana gender akhir-akhir ini begitu popular di kalangan para aktivis HAM. Pandangan Gender yang pada awalnya ini merupakan isu sosial masyarakat dalam membentuk opini public lambat laun berubah menjadi isu yang menuju pada sebuah paradigma dan dasar berfikir disiplin ilmu.
{mosimage}

Namun karena pada awalnya merupakan wacana sosial maka perkembangan wacana Gender juga berkutat pada sdisiplin ilmu sosial. Pembahasan Gender yang dikaitkan dengan disiplin ilmu eksak masih jarang, padahal di luar negeri wacana ini mulai kian popular. Salah satu contohnya bagaimana Gender ditinjau dari disiplin ilmu Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan.

Hal inilah yang melatarbelakangi diskusi akademik kerjasama FTSP UII dan Pusat Studi Gender (PSG) UII yang bertajuk Konstruksi Bangunan dan Lingkungan Berperspektif Gender, Senin 13 April 2009 di ruamg siding dekanat FTSP.  Hadir sebagai pembicara adalah Prof. Ir. Sarwidi, MSCE, Ph.D dan Dr. Ing. Widodo Brontowiyono, MSc.

Dalam sambutannya Dekan FTSP UII, Dr. Ir. Ruzardi, MS, mengungkapkan istilah  gender sebetulnya bukan merupakan barang baru dan sudah cukup popular, namun boleh jadi selama ini sebagian besar kita baru memahami gender dalam artian yang sempit yaitu gender dipandang sebatas perbedaan jenis kelamin saja, ujar Ruzardi. 

Begitu juga hibah TPSDP yang dimenangkan oleh Jurusan Sipil yang salah satunya meminta keterwakilan gender dalam penerimaan mahasiswa baru diartikan keterwakilan perempuan/wanita dalam jumlah prosentase tertentu. Padahal pengertian gender tidaklah sesederhana itu, tambahnya lagi.  Untuk itu Dekan berharap pada kesempatan diskusi ini akan dapat pengertian gender dalam arti yang lebih luas.

Dalam kesempatan tersebut Prof. Sarwidi yang memaparkan tema Konstruksi Bangunan Tahan Gempa Berperspektif Gender, antara lain menyampaikan bahwa dewasa ini ada sekitar 15 persen wanita yang menuntut ilmu di bidang Jurusan Sipil, namun prosentase ini dari tahun ke tahun semakin naik, khusus untuk bidang engineering dewasa ini telah mencapai sekitar 30persen. Rendahnya angka ini tidak terlepas dari mitos masa lalu yaitu bahwa dunia engineering indentik dengan aroma maskulin, lebih keras dan lebih kuat, jauh dari sifat feminin.

Sementara itu, Dr. Ing. Widodo yang menyampaikan materi eco-feminisme, mengatakan bahwa kerusakan lingkungan lebih banyak dialamatkan kepada penyebab kaum perempuan. Contoh sedehana populasi penduduk yang meningkat sering perempuan menjadi obyek. Ulah konsumerisme kaum perempuan mempercepat kerusakan lingungan, namun dalam beberapa kegiatan perempuan sebetulnya lebih peduli, seperti mengelola sampah, peduli air dan peduli lingkungan dibanding kaum lelaki, jadi sebetulnya pendapat yang mempermasalahkan penyebab kerusakan lingkungan oleh kaum perempuan juga tidak dapat dibenarkan.

Dari diskusi juga disampaikan bahwa gender bukan arti membandingkan bidang kerja lelaki dan perempuan yang kemudian menuntut kesetaraan. Tetapi memang perbedaan ini timbul dari tiga keadaan yang sudah ada selama ini yaitu: keadilan,  adat, dan mitos. Pola ini lebih banyak dijumpai di Indonesia yang sebetulnya juga tidak ada dasar yang kuat untuk dijadikan pegangan yang juga tidak ada dasarnya dalam agama.

Diskusi kali ini masih lebih banyak menyoroti aspek gender dari perbedaan jenis kelamin, hanya sangat sedikit pembicaraan yang mengangkat aspek gender dari konstruksi sosial budaya dan kemasyarakatan. Diharapkan dari hasil diskusi ini akan muncul riset-riset di FTSP yang berbasis gender dengan aplikasi bidang keteknikan. (Renny)

{mosimage}
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII menggelar agenda tahunan Rapat Koordinasi Kerja (Rakorja) 2009, hari Selasa (24/3), bertempat di ruang sidang dekanat.  Rakorja kali ini  merupakan tahun yang ke-tiga bagi kepengurusan fakultas, prodi, serta program magister di lingkungan FTSP UII dalam rangka  mengevaluasi kegiatan kerja tahun 2008/2009 dan menyusun program kerja tahun 2009/2010.

Dalam sambutan pembukaan Dekan Dr. Ir. Ruzardi, MS., menyampaikan bahwa tahun ini adalah rakorja terakhir bagi kepengurusan saat ini, karenanya diharapkan kepada prodi dan MTS untuk dapat mencurahkan pikirannya menciptakan program-program unggulan.  Pencapaian hibah di lingkungan FTSP yang ada selama ini cukup membanggakan bahkan tertinggi dibandingkan dengan fakultas lain di UII.  Namun yang perlu menjadi pemikiran bersama adalah dengan berakhirnya hibah-hibah tersebut what next? karenanya perlu dicari peluang-peluang hibah berikutnya, ungkap Ruzardi.

Lebih lanjut Ruzardi menegaskan sesuai hasil Rakorja Universitas maka ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti dalam rakorja kali ini.  Diantaranya memperbaiki continous improvement dalam proses belajar mengajar, memantapkan jaringan kerjasama luar negeri, meningkatkan penilaian akreditasi institusi, peningkatan kompetensi dan komitment, peningkatan reward dan punishment di segala bidang. 

Pembukaan Rakorja kali ini juga dihadiri oleh Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec.  Dalam sambutan dan pengarahannya, Rektor menyampaikan bahwa raihan hibah  yang diperoleh di level prodi FTSP merupakan indikasi kapasistas fakultas dan unit-unit di dalamnya.  Pencapaian ini perlu terus ditingkatkan sehingga bisa meningkatkan daya saing.  Apalagi laboratorium Teknik Lingkungan merupakan ujung tombak UII dalam mengajukan ISO 17025 yang diharapkan akan mempercepat pencapaian ISO di lingkungan UII.

Selain itu Rektor menambahkan bahwa pada level universitas telah diniatkan untuk memajukan local genius sebagai salah satu sumber keunggulan untuk terus mampu bersaing dan memenangi kompetisi.  Melalui forum ini diharapkan sivitas akademik FTSP mampu terus meningkatkan kualitas sehingga daya saing yang sudah dimiliki dapat terus ditingkatkan.  Hal ini penting dilakukan agar berbagai permasalahan terkait animo mahasiswa dan lain sebagainya yang tidak kunjung membaik tidak menjadi beban bagi aktivitas akademik, tandas Prof. Edy. (Renny)