Yogyakarta, 14 Juni 2010. Ditinjau secara geografis, Indonesia berada pada perbenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng India-Australia. Sementara secara geologis, wilayah Indonesia berada pada pertemuan 2 jalur gempa utama yaitu gempa sirkum pasifik dan jalur gempa Alpide Transiatic.
Yogyakarta, 14 Juni 2010. Ditinjau secara geografis, Indonesia berada pada perbenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng India-Australia. Sementara secara geologis, wilayah Indonesia berada pada pertemuan 2 jalur gempa utama yaitu gempa sirkum pasifik dan jalur gempa Alpide Transiatic.
Gempa bumi dasyat yang terjadi 27 Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta mengakibatkan 5.760 orang meninggal dunia, 29.277 luka berat, dan 7.862 luka ringan. Kerugian fisik terutama dialami oleh warga masyarakat yang kehilangan rumah yang roboh/rusak berat atau tidak layak huni sebanyak 175.671 unit (wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta). Kerugian finansial akibat bencana gempa bumi tersebut diperkirakan sekitar Rp 29.1 triliun.
Kerjasama antara Dinas PUP & ESDM dan INKINDO Yogyakarta adakan Seminar Regional dalam rangka mengenang peristiwa gempabumi 27 Mei 2006, serta meningkatkan kesadaran penguasaan teknis dan code bagi pelaku jasa konstruksi para praktisi, civil engineers, dan para birokrat didalam hal penyediaan bangunan yang cukup handal dalam melindungi penghuninya dari bahaya gempa (bangunan tahan gempa), juga memberikan arahan cakupan pengaruh rendahnya mutu bahan, mutu pelaksanaan dan biaya terhadap kerusakan bangunan. Acara ini diselenggarakan Senin 14 Juni 2010 di Hotel Wisanti, Yogyakarta.
Menurut Ir. Joko Sarjono (alumni Teknik Sipil UII) selaku Ketua INKINDO menjelaskan Gempa di Yogyakarta empat tahun yang lalu telah menghentakkan kita semua, dan seharusnya menyadarkan kita, bahwa membangun bangunan dengan kaidah yang benar adalah keniscayaan yang harus kita lakukan demi melindungi nyawa manusia dan harta benda semampu kita. Acara seminar mengundang narasumber antara lain Dinas PUP dan ESDM Provinsi D.I Yogyakarta Prof. Ir. Widodo MSCE.Ph.D, Ir. Mochammad Teguh, MSCE., Ph.D., narasumber dari Dinas PUP & ESDM Pronvisi D.I Yogyakarta dan sekaligus dari INKINDO.
Di sesi pertama dan kedua diiisi para pembicara Ir. Gatot dan Ir. Sri Rahayu yang dimoderatori Ir. Fitri. Setelah ishoma dilanjutkan di sesi ketiga dan keempat diisi pembicara Prof. Ir. Widodo MSCE.Ph.D dalam makalahnya yang berjudul “Mengurangi Risiko Bencana Melalui Perancangan Arsitektural dan Struktur Bangunan dengan Mengikuti Perkembangan CODES”. Serta narasumber Ir. Mochammad Teguh, MSCE., Ph.D. dalam makalahnya yang berjudul “Tinjauan Aspek Teknis Pelaksanaan Keandaalan Bangunan ( Struktur dan Arsitektur) Terkait juga dengan Perkembangan Regulasi / NSPM”, di sesi ini dimoderatori Yunalita Muntafi, ST staff pengajar Teknik Sipil UII.
Acara dihadiri oleh akademini maupun para profesional antara lain dari anggota INKINDO Jogjakarta, INKINDO Jawa Tengah, INKINDO Jawa Timur, INKINDO Jawa Barat, INKINDO Banten, INKINDO DKI, INKINDO Pusat, GAPENSI, GAPEKNAS, LPJKD Yogyakarta, dari kalangan Pemerintahan Kimpraswil Kota Yogyakarta, Kimpraswil Sleman, Kimpraswil Bantul, Kimpraswil Kulonprogo, Kimpraswil Gunungkidul, serta dari kalangan akademisi antara lain dari UGM, UII, UNY, Janabadra Yogyakarta, UNCOK Yogyakarta, UST Yogyakarta, dan Duta Wacana Yogyakarta.
Dalam seminar ini disepakati yang pada dasarnya gempa yang kuat merupakan salah satu alat penguji yang baik bagi semua karya manusia yang berdiri di atas suatu sistem struktur; ujian terhadap ketahanannya dan fungsinya. Gempa juga merupakan alat penguji sampai dimana manusia berhasil menaklukkan bencana yang dahsyat tersebut bagi kepentingan dan kelangsungan hidupnya.
Dan memang hampir tidak mungkin kita membangun bangunan yang 100% tahan gempa, karena akan menelan biaya amat besar. Biaya konstruksi bangunan tidak terlepas dari nilai indeks analisa biaya yang tercantum SNI Analisis Harga Satuan Pekerjaan. Biaya konstruksi yang terbatas diharapkan tidak membawa dampak terhadap mutu pelaksanaan dan bahan konstruksi di lapangan mengingat Indonesia merupakan daerah rawan gempa. (Liputan M. Haryo Subodro)