Dampak dari bencana alam yang terjadi memiliki konsekuensi dalam berbagai aspek yang harus dihadapi oleh sebagian besar masyarakat. Dalam jangka pendek bencana alam dapat menyebabkan terganggunya infrastruktur serta kerusakan berbagai gedung dan perumahan, sementara dampak dalam jangka panjang diantaranya akan menyebabkan terganggunya ketahanan pangan, ekonomi serta masalah gender.
Dampak dari bencana alam yang terjadi memiliki konsekuensi dalam berbagai aspek yang harus dihadapi oleh sebagian besar masyarakat. Dalam jangka pendek bencana alam dapat menyebabkan terganggunya infrastruktur serta kerusakan berbagai gedung dan perumahan, sementara dampak dalam jangka panjang diantaranya akan menyebabkan terganggunya ketahanan pangan, ekonomi serta masalah gender.
Dari data statistik bencana saat ini juga menunjukkan frekuensi peningkatan, terlihat dari berbagai bencana yang semakin sering kita jumpai seperti bencana angin topan, banjir, tanah longsor maupun bencana alam yang lainnya. Fenomena alam tersebut menjadi salah satu hal yang mendasari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) menyelenggarakan kuliah umum manajemen bencana pada Kamis (17/2), bertempat di Ruang Sidang Prodi Teknik Sipil FTSP UII. Acara kuliah umum dibuka oleh Wakil Dekan FTSP UII Ir. Hanif Budiman, MT, dengan antusias memberi apresiasi yang sangat positif dengan terselenggaranya kuliah umum ini dengan menghadirkan pemateri Prof. Dr. V.G (Victor) Jetten dari University of Twente, ITC, Netherlands.
Dalam paparannya Prof. Jetten menyampaiakan, lembaga ITC Disaster Manajement (DMAN) mempunyai tujuan memberikan penguatan penelitian terkait kapasitas negara dalam menanggapi bencana. Penelitian manajemen risiko bencana alam di lembaga ITC mencakup seluruh spektrum dari dampak bencana yang berbahaya. Hal tersebut akan memberikan kesempatan bagi peneliti dan mahasiswa untuk memberikan solusi yang potensial. Melalui teknik penginderaan jarak jauh seperti analisis berorientasi objek, diteksi perubahan dan analisis Light Detection and Ranging (LIDAR), dengan pemodelan proses bahaya.
Prof. Jetten menambahkan, analisis bahaya yang dilakukan dimulai dari proses ancaman, proses menjadi berbahaya, serta kapan dan dimana proses itu terjadi, dimana hasil dari analisis menjadi masukan perubahan tata guna lahan. Sering terjadi akibat curah hujan yang ekstrim menyebabkan bencana seperti banjir bandang, tanah longsor atau erosi tanah. “Di daerah penelitian sewaktu kami di Vietnam, topan dapat menyebabkan kerusakan langsung seperti banjir bandang, dan tanah longsor,” ungkapnya.
Selain itu juga dilakukan analisis risiko untuk bahaya berganda, risiko diukur dengan menggabungkan probabilitas bahaya dalam ruang dan waktu dengan analisis kerentanan penduduk, properti, infrastruktur dan sumber daya alam, sehingga mendapatkan gambaran dari kemampuan penduduk dalam merespon terhadap risiko dan strategi menghadapi masalah. Ketika bahaya dan resiko dapat dianalisis, masyarakat akan lebih siap menanggapi bencana yang terjadi. Hal ini juga akan memberikan gambaran pemetaan kerusakan sehingga akan memudahkan dalam memberikan bantuan bila terjadi bencana. Dengan menggunakan produk-produk analisis resiko dalam kesiapsiagaan bencana, pada akhirnya akan menciptakan perencanaan tata ruang yang lebih baik.
Dalam kesempatan itu hadir mahasiswa S2 Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Rekayasa Kegempaan, Mahasiswa S2 Geologi UGM, dan sebagainya. Liputan M Haryo Subodro
Dari data statistik bencana saat ini juga menunjukkan frekuensi peningkatan, terlihat dari berbagai bencana yang semakin sering kita jumpai seperti bencana angin topan, banjir, tanah longsor maupun bencana alam yang lainnya. Fenomena alam tersebut menjadi salah satu hal yang mendasari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) menyelenggarakan kuliah umum manajemen bencana pada Kamis (17/2), bertempat di Ruang Sidang Prodi Teknik Sipil FTSP UII. Acara kuliah umum dibuka oleh Wakil Dekan FTSP UII Ir. Hanif Budiman, MT, dengan antusias memberi apresiasi yang sangat positif dengan terselenggaranya kuliah umum ini dengan menghadirkan pemateri Prof. Dr. V.G (Victor) Jetten dari University of Twente, ITC, Netherlands.
Dalam paparannya Prof. Jetten menyampaiakan, lembaga ITC Disaster Manajement (DMAN) mempunyai tujuan memberikan penguatan penelitian terkait kapasitas negara dalam menanggapi bencana. Penelitian manajemen risiko bencana alam di lembaga ITC mencakup seluruh spektrum dari dampak bencana yang berbahaya. Hal tersebut akan memberikan kesempatan bagi peneliti dan mahasiswa untuk memberikan solusi yang potensial. Melalui teknik penginderaan jarak jauh seperti analisis berorientasi objek, diteksi perubahan dan analisis Light Detection and Ranging (LIDAR), dengan pemodelan proses bahaya.
Prof. Jetten menambahkan, analisis bahaya yang dilakukan dimulai dari proses ancaman, proses menjadi berbahaya, serta kapan dan dimana proses itu terjadi, dimana hasil dari analisis menjadi masukan perubahan tata guna lahan. Sering terjadi akibat curah hujan yang ekstrim menyebabkan bencana seperti banjir bandang, tanah longsor atau erosi tanah. “Di daerah penelitian sewaktu kami di Vietnam, topan dapat menyebabkan kerusakan langsung seperti banjir bandang, dan tanah longsor,” ungkapnya.
Selain itu juga dilakukan analisis risiko untuk bahaya berganda, risiko diukur dengan menggabungkan probabilitas bahaya dalam ruang dan waktu dengan analisis kerentanan penduduk, properti, infrastruktur dan sumber daya alam, sehingga mendapatkan gambaran dari kemampuan penduduk dalam merespon terhadap risiko dan strategi menghadapi masalah. Ketika bahaya dan resiko dapat dianalisis, masyarakat akan lebih siap menanggapi bencana yang terjadi. Hal ini juga akan memberikan gambaran pemetaan kerusakan sehingga akan memudahkan dalam memberikan bantuan bila terjadi bencana. Dengan menggunakan produk-produk analisis resiko dalam kesiapsiagaan bencana, pada akhirnya akan menciptakan perencanaan tata ruang yang lebih baik.
Dalam kesempatan itu hadir mahasiswa S2 Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Rekayasa Kegempaan, Mahasiswa S2 Geologi UGM, dan sebagainya. Liputan M Haryo Subodro