{mosimage}Bencana alam yang kerap terjadi sejak jaman dahulu hingga kini sering mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik harta, benda hingga nyawa. Negara Indonesia yang merupakan salah satu negara rawan bencana alam seperti erupsi gunung merapi, gempa tektonik, tsunami, banjir, tanah longsor serta lainnya, tentu mendapatkan perhatian berbagai aspek. Baik pencegahan (mitigasi), kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery).
Dalam seminar sehari Refleksi akhir tahun: Mitigasi bencana berbasis sains dan teknologi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) mendapatkan penawaran dari beberapa narasumber. (Prof.Ir. Widodo, Ph.D.) Menawarkan kontribusi membangun rumah tahan gempa, mendesain bangunan yang pemiliknya memiliki tempat yang lebih aman waktu untuk keluar dengan kriteria bangunan yang tidak membutuhkan teknologi yang sangat sulit dan relatif murah dengan sentuhan sains dan teknologi. Beliau menyontohkan konsep bangunan tahan gempa TUKU KALIMMU yang merupakan hasil karyanya sendiri.
(Drs.Julisetiono Dwi Wasito, SH.,MM) nara sumber yang mewakili Bupati Sleman menawarkan untuk selalu kesiapsiagaan masyarakat dalam menyusun sistem evakuasi mandiri dengan pemetaan wilayah, SOP evakuasi masyarakat kelompok maupun rentan, SOP evakuasi ternak, SOP komunikasi darurat, tim tanggap darurat serta perlunya mitigasi fisik dan non fisik.
(Ir.Harjono, MM) Menawarkan perbaikan darurat unit air baku SPAM IKK PDAM, pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan supervisi/pengawasan kegiatan.
(Prof.Ir.Sarwidi, MSCE., Ph.D.,IP-U) Menawarkan Kecenderungan kenaikan risiko bencana harus diupayakan ditekan melalui PB/PRB yang sistematis, Konsep /Teori – Perencanan – Pelaksanan – Evaluasi – Perbaikan upaya PB/PRB harus dilakukan secara bersiklus, terus menerus, PT harus berperan aktif dalam upaya PB/PRB.
(Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D.) Menawarkan peningkatan ketahanan sistem dan masyarakat untuk mengurangi resiko bahaya perubahan iklim dilakukan melalui upaya adaptasi dan mitigasi. Kita harus berani menyatakan bahwa kita berada dlm situasi kritis kemanusiaan dan lingkungan dan itu kesalahan manusia sendiri. Pemerintah dan Masyarakat harus sepakat menurunkan angka-angka berbagai hal yang dilarang agama (molimo+korupsi,+teman-temannya).
Sebagai moderator (Eko Siswoyo, Ph.D) dari Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII yang pernah merasakan langsung dasyatnya gempa bumi di Jepang tahun 2011 itu membuka beberapa sesi ruang tanya jawab.