Alumni Arsitektur UII Pimpin PPI Dunia
KALIURANG (UII News) – Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPID) yang beranggotakan sekitar 60 PPI yang tersebar di 60 negara sedunia telah melangsungkan Pemilihan Raya Pemira) untuk memilih siapa yang akan mengarsiteki organisasi pelajar Indonesia terbesar di luar negeri. Hasil resmi yang dikeluarkan oleh Badan Adhoc Pemira PPI Dunia, yang terpilih adalah Faruq Ibnul Haqi, M.RgnlUrbPlan dari PPI Australia dan berhak menjadi Koordinator PPI Dunia periode 2021-2022. Pada kesempatan tersebut Faruq mengalahkan pesaingnya Hamzah dari PPI Lebanon.
Faruq Ibnul Haqi adalah alumni Program Studi (Prodi) Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) yang saat ini sedang mengambil program doktoral dalam bidang Urban and Regional Planning di University of South Australia.
Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Vanuatu, H.E. Yohanes Kristiarto S Legowo juga mendukung penuh Faruq Ibnul Haqi sebagai Koordinator PPI Dunia. Dalam video dukungannya, ia menyampaikan bahwa Faruq sangat layak menjadi Koordinator PPI Dunia karena pengalaman dan peran aktifnya di PPI Australia dan PPI Dunia Kawasan Asia Oseania. “Ia menawarkan visi misi dan komitmen PPI Dunia untuk turut serta dalam mendorong bonus demografi menjadi bonus ekonomi menuju Indonesia Emas 2045 melalui program unggulan High-Five,” ungkapnya.
Menurut salah satu pengurus PPI Australia yang juga sebagai tim sukses Faruq menyatkan bahwa selain faktor latar belakang pendidikan, pengalaman organisasi dan kematangan Faruq dinilai mampu merangkul semua spektrum mulai dari mahasiswa undergraduate maupun postgraduate. “Faruq yang memiliki pengalaman yang kaya di organisasi serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih matang dibandingkan pesaingnya menjadi faktor kunci atas kemenangannya,” ujarnya.
Seperti diketahui, Faruq Ibnul Haqi adalah salah satu peraih beasiswa S2 Australia Awards (AAS) dan Beasiswa 5000 Doktor Kementerian Agama RI, dan saat ini sebagai kandidat Ph.D dalam Perencanaan Wilayah dan Kota, University of South Australia (UniSA), Adelaide.
Dalam pembicaraan online, Faruq Ibnul Haqi menceritakan bahwa semula ia ingin meneruskan kuliah di luar negeri setelah ikut program pertukaran pelajar pada tahun 2007. Saat itu, Faruq berkesempatan belajar di Bulacan State University, Filipina selama satu bulan lebih melalui program Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2007.
“Dapat beasiswa itu juga karena jadi aktivis di kampus. Terakhir itu Wakil Sekjen DPM (Dewan Permusyawaratan Mahasiswa) UII. Jadi saat itu kementerian mengumpulkan perwakilan BEM di Malang, lalu ada kegiatan kepemimpinan. Pertukaran pelajar itu salah satunya,” kenangnya.
Pria kelahiran 4 Maret 1986 tersebut menuturkan bahwa ia semula ingin meneruskan kuliah ke Jerman di Universitat Hannover karena niatnya mau belajar arsitektur Eropa. Karena kendala persiapan bahasa, ia pun membelokkan niat untuk mendaftar dikampus dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Ia pun memfokuskan diri mengejar beasiswa Australia Awards yang mensyaratkan pelamar sudah bekerja. Inilah yang membuatnya terdorong untuk bekerja sebagai arsitek dan asisten dosen sebelum melanjutkan studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota di UniSA, Australia (2013-2015).
“Saya semula apply Master of Architecture, sudah dikirimi penawaran kredit 1,5 tahun. Tapi saya maunya 2 tahun, alhasil ganti ke Urban Planning. Sebab orientasinya beda, cari pengalaman dan koneksi, karena kerjanya sudah ada,” jelasnya.
Saat dikonfirmasi reporter UII News terkait keaktifannya di PPI ia mengungkapkan bahwa ketika menempuh S2 telah mengantarkannya mengenal dan aktif di kegiatan PPI Australia (PPIA) Nasional sejak tahun 2013. Dari keaktifannya di Departemen Akademik dan Kajian PPIA Nasional, ia lalu menjadi Presiden PPIA pada 2013-2014. Aktivitasnya di PPI masih berlanjut saat meneruskan studi S3 di kampus yang sama. Ia juga mengatakan bahwa agar studi dan kegiatannya di PPI bisa seimbang, terutama dengan beasiswa, ia menerapkan prinsip komitmen dan disiplin yang ditanamkan sejak studi S2. “Tugas utamanya belajar dan studi, namun di satu sisi bisa mengembangkan diri lewat organisasi. Ini juga yang diterapkan anggota PPI lainnya,” pungkasnya. (ASY)