Menghindari Kesia-siaan: Nasihat bagi Pelajar Oleh Imam Al Ghazali

“Ya Syaikh, saya sudah mengikuti pengajian Panjenengan. Sudah kami pelajari berbagai ilmu, dan kami pelajari kitab-kitab Panjenengan. Namun masih timbul keraguan, ilmu mana yang sebenarnya akan bermanfaat, terutama di akhirat kelak? Ya Syaikh, sudilah kiranya Panjenengan meringkaskan nasihat-nasihat Panjenengan dalam bentuk yang ringkas, yang handy (mudah dibawa), sehingga bisa menajdi pegangan untuk kami beramal setiap saat”. Demikian kira-kira surat Santri senior kepada Sang Guru yang sangat dihormatinya. Gurunya kemudian mengabulkan permintaan santrinya tersebut dengan menulis Kitab berjudul Yaa Ayyuhal Walad (Wahai Anakku/Muridku) atau Kitab Ar Risalah Al Waladiyah (Al Ghazali, 2018). Surat Santri senior Beliau tersebut menjadi bagian pembuka kitab tersebut.

Penulis Kitab Ayyuhal Walad tersebut adalah Imam Al Ghazali (450 H-505 H). Beliau bergelar Hujjatul Islam (Sang Bukti Islam). Nama lengkap Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Thusi Al Ghazali Asy-Syafii. Hamid adalah nama anak Beliau, Thusi adalah bagian wilayah Persia atau Iran (Khurasan), dan Ghazalah adalah nama desa tempat kelahiran Beliau. Sedangkan Asy-Syafii adalah madzhab yang Beliau ikuti. Beliau adalah salah satu Imam yang sangat produktif di dalam menulis. Tidak kurang dari 60 tulisan dapat dihubungkan langsung dengan beliau, dan sekitar 100-an kitab yang secara tidak langsung terhubung dengan Beliau (Al Ghazali, 2020). Beliau juga dikenal sebagai Hujjatul Islam (Bukti Islam).

Kitab Ayyuhal Walad berisi sekitar duapuluh lima Nasihat, yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits. Kitab aslinya sendiri tidak dibagi berdasarkan nasihat-nasihat, tetapi untuk memudahkan, misalnya saja terjemahan Kitab ini oleh Ahmad Fahmi (Al Ghazali, 2018) dikelompokkan ke dalam 25 nasihat (termasuk bagian penutup dan doa). Kitab ini adalah salah satu kitab panduan tarbiyah atau pendidikan di dalam Islam. Di dalam Disertasinya, Scherer (1933) menyebutkan kitab ini sebagai kitab pendidikan yang sangat berharga. Kutipan dari Scherer (1933) hal. 15 adalah sebagai berikut:

“…Ayyuha’l-Walad is highly valuable, because : (a) it is one of his very latest books; (b) it was written to a learned shaykh, himself fully informed in the various disciplines of learning; (c) it reveals his conviction as to wherein lies the value of knowledge; (d) it gives his interpretation of the meaning of Şüffism and his conclusions as to the superiority of the practice of the “Way”, rather than indulgence in ecstasy; (e) it reveals the character of al-Ghazali in its maturity; (f) it sets forth an ideal for an inner religious life issuing in the fruitage of good works, and far removed from formalism in worship and the acceptance of a stereotyped creed. He represents religion as the expression of man’s inner being, “more than Law and more than Doctrine; it is the Soul’s experience” an ideal yet seldom realized in Islâm.”

Terjemahan oleh Google Translate kutipan Scherer (1933) tersebut adalah sebagai berikut:

“…Ayyuha’l-Walad sangat berharga, karena : (a) ini adalah salah satu kitab terakhir [Imam Ghazali]; (b) [Kitab] itu ditulis untuk seorang syekh terpelajar, [yang ia] sendiri yang mengetahui sepenuhnya tentang berbagai disiplin ilmu; (c) [Kitab] itu mengungkapkan keyakinannya tentang di mana letak nilai pengetahuan; (d) memberikan interpretasinya tentang makna süfisme dan kesimpulannya tentang keunggulan praktik “Jalan”, daripada mengumbar ekstasi; (e) mengungkapkan karakter al-Ghazali dalam kedewasaannya; (f) ia menetapkan cita-cita untuk kehidupan religius batin yang menghasilkan buah perbuatan baik, dan jauh dari formalisme dalam ibadah dan penerimaan kredo stereotip. Ia merepresentasikan agama sebagai ekspresi dari batin manusia, “lebih dari Hukum dan lebih dari Doktrin; itu adalah pengalaman Jiwa”, [sebuah kondisi] ideal namun jarang diwujudkan dalam Islam.

Setelah mengetahui kelebihan kitab tersebut, mungkin kita mulai tertarik untuk mulai membukanya. Dari sekitar 25 Nasihat tersebut, Nasihat pertama di dalam buku tersebut cukup menarik bagi Penulis, dan Penulis rasa sangat relevan dengan kondisi saat ini. Secara lengkap nasihat pertama di dalam kitab tersebut mengacu pada Hadits Nabi SAW. Teks dari Kitab Al Ghazali (2020) Hal. 300 adalah sebagai berikut:

أَيُّهَا الوَلَدُ، مِنْ جُمْلَةِ مَا نَصَحَ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُمَّتَهُ قَوْلُهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: عَلَامَةُ إِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ العَبْدِ اِشْتِغَالُهُ بِمَا لَايَعْنِيْهِ، وَإِنْ امْرِإٍ ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ عُمُرِهِ فِي غَيْرِ مَا خُلِقَ لَهُ مِنَ العِبَادَةِ، لَجَدِيْرٌ أَنْ تَطُوْلَ عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ. وَمَنْ جَاوَزَ الأَرْبَعِيْنَ وَلَمْ يَغْلِبْ خَيْرُهُ عَلَى شَرِّهِ فَلْيَتَجَهَّزْ إِلَى النَّارِ

Wahai anakku, di antara hal-hal yang dinasihatkan oleh Rasullullah SAW kepada umatnya adalah sabda beliau: Tanda berpalingnya Allah Ta’ala dari seorang hamba adalah dia menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Sesungguhnya seseorang yang sesaat dari umurnya berlalu yang dia gunakan untuk selain tujuan dia diciptakan (ibadah), maka pantaslah untuk menyesal selamanya. Barangsiapa yang telah melampaui usia empat puluh tahun tetapi kebaikannya tidak bisa mengungguli keburukannya, hendaknya dia bersiap-siap menuju Neraka.

Teks lain dari Hadist yang ditulis oleh Imam Al Ghazali adalah (-, 2010):

عن أبي هريرةرضي الله عنهعن النبيصلى الله عليه وسلمقال  مِن حُسْنِ إسلام المرء تركه ما لا يَعنيه حديث حسن، رواه الترمذي وغيره : هكذا

Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW beliau bersabda: Salah satu tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan yang lainnya seperti ini)

Terkait dengan pemanfaatan waktu, cukup banyak rujukuan Al Qur’an dan Hadits tentang bagaimana berbahayanya waktu yang tidak termanfaatkan dengan baik, resiko-resiko yang kita hadapi, dan bagaimana sebenarnya memanfaatkan waktu tersebut. Surat Al-‘Asr [103] misalnya, meskipun hanya terdiri dari 3 ayat, dan termasuk Surat pendek, tetapi menjadi sumur yang tiada habisnya untuk ditimba pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan waktu.

Waktu seringkali dianggap menjadi “lawan” yang superior terhadap manusia, dan belum tertaklukkan. Manusia bisa melipat ruang, mempercepat waktu, tetapi belum pernah bisa menambahnya. Setiap orang mempunyai waktu yang sama, sehari adalah 24 jam atau 3600 menit atau 86.400 detik. Oleh karena sumberdayanya sama bagi setiap manusia, maka bagaimana manusia menginvestasikan kegiatan di dalam waktunya akan menjadi pembeda antara satu manusia dengan manusia lainnya. Artikel dari Ghos (2020) yang merujuk pada Our World Data (https://ourworldindata.org/time-use-living-conditions) menunjukkan bagaimana perilaku orang-orang dari negara anggota OECD di dalam memanfaatkan waktunya. Pembagian waktu yang dilakukan adalah waktu yang dimanfaatkan untuk bekerja, tidur, pekerjaan lain (yang tidak dibayar), pekerjaan terkait rumah, makan dan minum, serta waktu santai. Rentang waktu yang dimanfaatkan pada beberapa negara dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pemanfaatan Waktu pada beberapa negara anggota OECD. Data asli bersumber dari Our World Data (https://ourworldindata.org/time-use-living-conditions) dan diacu oleh Ghos, (2020).

Pengukuran alokasi waktu ini dilakukan antara Tahun 2009-2016, atau mungkin sebelumnya, dan belum melihat pola penggunaan waktu pada saat terjadi pandemi. Terlihat dari Gambar 1, alokasi utama waktu manusia adalah untuk tidur (8-9 jam/hari). Sedangkan untuk kegiatan luang atau bersantai (leisure time) orang menghabiskan waktu antara 172-369 menit (3-6 jam). Waktu luang ini dimanfaatkan untuk menonton TV, mendengarkan radio, mengunjungi teman, atau kegiatan lain.  Indonesia memang tidak tercantum di dalam grafik tersebut, tetapi bisa kita perkirakan pada rentang mana alokasi waktu kita berada. Rentang waktu untuk aktivitas tersebut, mungkin juga bervariasi antar tiap orang. 

Mengingat saat ini tren penggunaan Hand Phone (HP) di masyarakat sudah menjadi hal yang lumrah, ada kemungkinan waktu luang dan bersantai ini digunakan untuk beraktivitas dengan menggunakan HP. Survei Our World Data tidak menunjukkan hal ini, tetapi kita bisa melihat dari Survei oleh App Annie (2021). Survei App Annie (2021) menunjukkan Indonesia adalah negara terlama di dalam rata-rata penggunaan waktu untuk mengakses HP yaitu sekitar 5,2 jam/hari/pengguna pada tahun 2020. Naik dari rata-rata 4,4 jam/hari/pengguna pada tahun 2019. Tidak ada rincian untuk apa 5,2 jam waktu yang digunakan pada saat mengakses HP. Ada kemungkinan penambahan waktu ini terkait dengan intensifnya penggunaan HP untuk berkomunikasi saat Pandemi Covid 19. Tetapi dengan merujuk data pada Tahun 2019, dapat diperkirakan 18% rata-rata waktu digunakan untuk mnegakses HP (Gambar 2.(a)). Dari waktu tersebut kurang lebih 2 jam (2019) dan 2,2 jam (2020) digunakan untuk menonton video streaming, atau sekitar 50% dari waktu mengakses HP (Gambar 2.(b)).

Gambar 2. (a) Rata-rata penggunaan waktu untuk mengakses HP (rata-rata per hari per pengguna) dan (b) waktu rata-rata yang digunakan untuk menonton video streaming di internet (rata-rata per bulan per pengguna). Kedua kondisi pada HP dengan sistem operasi Android (Sumber: App Annie, 2021)

Tentunya tidak ada yang salah di dalam kondisi ini, apabila aktivitas santai atau memanfaatkan HP menjadi suatu yang produktif. Produktif dalam pengertian ini adalah mencari bekal untuk kehidupan akhirat, dengan mengingat tujuan penciptaan manusia, sebagaimana sering kita baca di dalam Quran Surat Ad-Dzariat [51] ayat 56. Di dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku

Tetapi apabila kondisi ini adalah bagian dari menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, tentunya menjadi hal yang mengkhawatirkan, karena menjadi tanda berpalingnya Allah SWT atau paling tidak menjadi salah satu tanda hilangnya kebaikan Islam seseorang. Dan ini merupakan bencana bagi seorang Muslim, terutama bagi penuntut ilmu. Karena setiap saat harusnya menjadi investasi yang justru mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lima jam (atau 4 jam bila ini membuat lebih tidak merasa bersalah) tentunya bukan waktu yang singkat. Ada banyak hal yang dapat dilakukan dalam rentang waktu tersebut, dengan kata lain, waktu tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas kita.

Faris (2017) dalam bukunya Muslim Produktif menulis paling tidak ada 3 produktivitas yang harus dikembangkan oleh setiap muslim yaitu Produktivitas spiritual, produktivitas fisik, dan produktivitas sosial. Ketiga produktivitas tersebut memerlukan energi, fokus, dan yang pasti waktu. Waktu yang tidak digunakan untuk hal yang produktif, tentunya akan teralokasikan untuk hal yang non-produktif. Dan inilah yang kemudian harus dihindari.

Kembali pada permintaan santrinya di awal, Hujjatul Islam Imam Al Ghazali sebagai Guru telah memberikan nasihat hal yang paling utama, yang harus dilakukan bagi para penuntut Ilmu: menghargai waktu dengan menghindari hal-hal yang tidak berfaedah atau yang sia-sia. Hal ini tidak memandang apakah penuntut ilmu itu junior, senior, nubie, advanced, dan seterusnya, yang pada dasarnya apabila seseorang menempuh jalan ilmu berarti bersedia untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak berfaedah. Dan tentunya hal itu tidak mudah. Dengan memohon perlindungan, petunjuk dan rahmat dari Allah SWT tentunya kita berharap lebih menghargai waktu dan dan mengganti dengan aktivitas yang lebih produktif untuk bekal akhirat. Doa ini terutama dipanjatkan oleh Penulis yang pada saat tulisan ini dibuat telah berusia 40+ dan seringkali terjebak hal-hal tidak berfaedah.

Referensi

  1. -, 2010, Salah Satu Tanda Baiknya Islam Seseorang, diakses dari http://alsofwah.or.id/cetakhadits.php?id=207 tanggal 20 Agustus 2022
  2. Al Quran Karim
  3. Al Ghazali, Abu Hamid, 2018, terjemah dalam bahasa Melayu oleh Ahmad Fahmi Zamzam, Ayyuhal Walad (Wahai Anakku Tercinta), Cetakan ke-4, Penerbit Khazanah Banjariah Maahad Trabiyah Islamiyah, Kedah
  4. Al Ghazali, Imam, 2020, Ayyuhal Walad, Bab di dalam Ensiklopedia Adab Penuntut Ilmu, oleh Kompilasi Ulama, Penerbit Arafah
  5. App Annie, 2021, State of Mobile 2021, diakses dari https://www.data.ai/en/go/state-of-mobile-2021/ tanggal 20 Agustus 2022 
  6. Faris, M., 2017, terjemahan oleh Kusnandar, Muslim Produktif Ketika Keimanan menyatu dengan Produktivitas, Penerbit PT Elex Media Komputindo
  7. Ghos, I., 2020, How do people Spend Their Time? This chart takes a global look, diakses dari https://www.weforum.org/agenda/2020/12/how-people-spend-their-time-globally/, tanggal 20 Agustus 2022
  8. Scherer, G. H., 1933, Al Ghazali’s Ayyuha’l Wallad, Department of Old Testament Literature and Intepretation, The American Press, Beirut

Tentang Penulis

Nama     : Andik Yulianto
Jurusan : Teknik Lingkungan
Jabatan : Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Program Magister