Penelitian dosen pemula bertujuan untuk mengarahkan dan membina kemampuan meneliti; diharapkan dapat menjadi sarana latihan bagi dosen pemula untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dalam jurnal ilmiah lokal atau nasional. Semoga workshop hibah penelitian dosen muda hari ini (Rabu) dapat memproduksi 12 (dua) belas penelitian Dikti, karena Maret 2016 kita mempunyai target setiap dosen harus dapat memproduksi karya sebanyak 4 (empat) buah proposal penelitian dan pengabdian harus diajukan. Bagaimana kita mensiasati proposal penelitian tersebut, kalau memang diperlukan dibuat klinik senter untuk penelitian. Sedangkan yang terpenting adalah bagaimana kita menindaklanjuti workshop pagi hari ini Rabu (23 Desember).

Demikian Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc) dalam kata sambutan  workshop hibah penelitian bagi dosen muda  bagi dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) tadi pagi Rabu (23 Desember) bertempat di Ruang Sidang Teknik Sipil  Gedung Mohammad Natsir FTSP UII, jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta. Workshop dihadiri Wakil Dekan FTSP UII (Setya Winarno, Ph.D), dan 20 (dua puluh) dosen muda dilingkungan FTSP UII yang siap untuk memproduksi penelitiannya.

Prof.Ir.Mohd.Teguh, MSCE., Ph.D sebagai narasumber mengawali presentasinya bahwa tugas utama dosen UII adalah melaksanakan CATUR DHARMA yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan dakwah Islamiyah. Esensi penelitian dan pengembangan ilmu adalah mengembangkan konsep, teori, desain, karya seni, rekayasa;  menerapkan hasil; mendesiminasi hasil-hasil penelitian; mendapatkan pengakuan karya melalui paten yang ditargetkan. Beberapa strategi penyusunan penelitian yang ditawarkan Prof.Teguh adalah pelajari dengan seksama Panduan Pelaksanaan Penelitian dan PPM Edisi IX 2013 (Panduan baru 2016 sedang dalam proses finalisasi) dan Buku Pedoman Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UII, pelajari Rencana Induk Penelitian dan FTSP UII, buatlah rancangan road map penelitian pribadi disesuaikan dengan kompetensinya dan RIP Universitas dan Fakultas, lakukan penelitian-penelitian skala kecil yang didanai oleh DPPM UII atau Kopertis V khususnya bagi dosen-dosen baru sebelum mengambil hibah penelitian Dikti, dan tentukan skala prioritas penelitian yang akan dilakukan dan pelajari persyaratannya dan target luaran skim penelitian yang diambil.

 Judul penelitian bukan merupakan susunan kalimat tapi buatlah singkat padat, gunakan kata-kata yang tepat agar judul menjadi singkat, padat, dan jelas menggambarkan keseluruhan isi, hindari menentukan judul yang berpotensi multi tafsir, dan pilihlah judul yang menarik, spesifik, dan unik. Latar belakang permasalahan dideskripsikan  dengan lugas, eksplorasi permasalahan sejenis yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya dengan rujukan mutakhir  misalnya 10 tahun terakhir, uraian solusi atau pendekatan penyelesaian masalah yang ditawarkan/ dilakukan dalam penelitian, dan jelaskan urgensinya judul tersebut diangkat dalam topik penelitian.

Metodologi penelitian harus tepat dan akurat, instrumen penelitian dan analisis yang dipakai harus tepat, dan tahapan penelitian harus runtut. Ketentuan umum dalam mengajukan proposal yang harus diperhatikan adalah ketua peneliti & anggota harus memiliki NIDN, anggota yang bukan dosen harus mengisi formulir kesediaan,  pengusulan melalui DPPM UII, proposal harus diunggah ke  http://simlitabmas.dikti.go.id), dengan kriteria pengusul dosen tetap di PTS binaan,  tim terdiri dari  2 atau3 orang, maksimal S2 Lektor, hanya boleh mendapatkan hibah ini 2 kali, baik sebagai anggota maupun sebagai ketua peneliti, usulan harus relevan dengan bidang ilmu yang ditekuni dan mata kuliah yang diampu, waktu 1 (satu) tahun  dengan biaya 10 hingga 15 juta setiap judul. Imbuh Prof.Teguh.   

Sementara narasumber Julianto Prihatmaji P., Ph.D memaparkan angka kredit kumulatif yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan atau pangkat harus memenuhi jumlah angka kredit kumulatif. Setiap pengajuan proposal yang harus diperhatikan adalah kejelian, jejaring, strategi dengan aksi, dan penyusunan proposal dengan format yang sesuai, apa substansinya, masukkan anggaran dan luaran serta tindak lanjutnya.

{mosimage}Penguatan Pusat Studi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ini guna mendukung catur dharma di FTSP dan  mendukung Pusat Studi yang ada di Universitas Islam Indonesia (UII). Di FTSP saat ini ada 12 (dua belas) Pusat Studi, mudah-mudahan pusat studi  yang sudah ada ini dapat dikembangkan lagi. Untuk itu perlu kita dukung dan disupport, dengan demikian Pusat Studi di FTSP UII akan bisa lebih berkwalitas baik dibidang riset dan dakwah, hal ini kita bangun karena banyak tantangan. Saat ini Program Studi Teknik Sipil Sudah diakreditasi Internasional dengan hasil baik, menunggu hasil resminya dari Japan Accreditation Board for Engineering Education (JABEE). Sedangkan Prodi Arsitektur dan Teknik Lingkungan dalam proses akreditasi Internasional, Prodi Arsitektur menginduk Korean Architecture Accrediting Board (KAAB), dan Teknik Lingkungan menginduk Accreditation Board of Engineering and Technology (ABET) USA

Demikian Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc) dalam kata sambutan  workshop Pusat Studi dengan thema “Strategi Manajemen dan Pengembangan Pusat Studi sebagai Acuan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat” bagi dosen FTSP UII kemarin Senin (21 Desember) bertempat di Ruang Sidang Teknik Sipil  Gedung Mohammad Natsir FTSP UII, jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Dalam arahannya Wakil Rektor I UII (Dr.Ir.Ilya Fadjar Maharika, MA) mengatakan, kita saat ini masih kesulitan mengindentifikasi Pusat Studi di UII, hal ini menjadi tradisi tatakelola yang harus kita urusi bersama. Saat ini sudah ada 55 (lima puluh lima) Pusat Studi di UII. Tatakelola menjadi santer guna menggelindingkan visi misi UII sehingga proses pembelajaran itu menjadi baru. Memperkuat Pusat Studi itu bisa dikolaborasi antara mahasiswa dengan dosen, sehingga produksi pengetahuan dan siklus terjadi. Pusat Studi bukan semata mata mencari duit, akan tetapi untuk produksi ilmu pengetahuan. Ungkap Dr.Ilya Fadjar Maharika.

Sementara narasumber tunggal Prof.Sunyoto Usman mengatakan, Pusat Studi di Perguruan Tinggi itu menjadi bagian integral Tridharma Perguruang Tinggi, hal ini guna memfasilitasi dosen guna mengadakan suatu penelitian. Terdapat 4 (empat) aspek yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan Pusat studi. Yaitu thema atau topik penelitian  yang relevan bagi Pusat Studi, organisasi Pusat Studi bersifat internal, memiliki koneksi dengan Pusat Studi lain pemerintah atau swasta, dan mempunyai koneksi Pusat Studi dengan lembaga Internasional.

Topik atau thema berreferensi pada prioritas Fakultas, Universitas, Dirjen Perguruan tinggi, Pemerintah dengan memperhatikan 3 (tiga) area studi penting. Pertama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjawab perubahan yang semakin kompleks; kedua menyusun konsep yang relevan untuk kebijakan memenuhi kebutuhan dasar aksesibilitas pertumbuhan; dan ketiga aplikasi konsep tersebut misalnya ketahanan pangan, perkampungan kumuh, kemiskinan atau transportasi.

Dengan centralis model Pusat Studi berada pada posisi sentral dan lembaga lembaga lain akan memberi dukungan, pluralist kedudukan Pusat Studi sejajar dengan lembaga lain, integrationist model Pusat Studi dan lembaga lain dalam satu entitas dan memiliki kerjasama sehingga identitas masing masing tetap terjaga. Imbuh Prof.Sunyoto Usman.

Ananditya Rhezsa Adrian  mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) yang memiliki nomor induk mahasiswa 11513057  merupakan salah satu   wisudawan/wati pada wisuda Sarjana periode II tahun 2015/2016 yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,94 (cumlaude) diantara 98 (sembilan puluh delapan) lulusan FTSP. Hari ini Sabtu (19 Desember) FTSP UII telah menelorkan kembali sarjananya sebanyak 98 yang terdiri dari Teknik Sipil 34, Arsitektur 32, dan Teknik Lingkungan 32.

Hari ini pula prosesi wisuda diselenggarakan, yakni proses pelantikan kelulusan mahasiswa  yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas.  Ananditya Rhezsa Adrian  (11513057) ketika diwawancarai reporter mengatakan, bahwa kesan dan pesan kami selama study di Teknik Lingkungan UII merasa nyaman, dengan gedung megah serta sarana prasarana yang baik dan bagus. Para dosen pengampu mata kuliah yang pada prinsipnya menguasahi materi sehingga mudah tertangkap mahasiswa. Walaupun ada tantangan yang dihadapi, namun dengan belajar pembacaan buku yang akurat dan memberikan training kepada teman teman maka matakuliah yang dipelajarinya semakin mudah.  Rhezsa (nama panggilan akrabnya) berpesan pertahankan kwalitas belajar mengajar di  FTSP UII, akan semakin lebih berkwalitas bilamana sistem belajar mengajar dengan teori dan perbanyak latihan latihan soal yang berkesinambungan. Ungkap Rhezsa.

{mosimage}Seiring dengan kebutuhan rumah layak huni di Indonesia dengan jangkauan yang ekonomis dan dinamis dewasa ini menjadi tantangan tersendiri, belum bagi pelaku konstruksi untuk membuat rumah dengan biaya yang kompetitif dan waktu yang cepat. Disisi lain kebutuhan rumah yang aman, nyaman, sehat serta ramah lingkungan menjadi kebutuhan utama pada rumah layak huni tersebut. Kedua hal tersebut menjadi focus pelaku konstruksi untuk membangun rumah yang layak huni dan ekonomis.

Desain rumah pabrikasi  Baiti Jannati (rumahku surgaku) berbasis personalization and customization dengan pondasi menyatu dengan kolom dan sloof, memiliki panel kolom, balok, dan dinding, beton bertulang biasa (sesuai SNI 03-2847-2002), panel dinding terdapat material sekam padi untuk kedap panas. Panel plastik daur ulang untuk pencahayaan alami, bukaan di rangka atap untuk ventilasi udara silang.

Demikian Setya Winarno, ST.,MT.,Ph.D selaku narasumber Kuliah Umum Teknologi Pra Cetak untuk Rumah dan Gedung di Indonesia bagi mahasiswa Teknik Sipil UII, tadi pagi Kamis (17 Desember) bertempat di Auditorium Gedung Mohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII).

Setya Winarno, ST.,MT.,Ph.D yang memangku jabatan Wakil Dekan FTSP UII menambahkan, pembuatan rumah ini Green Building  memiliki pembatasan lahan terbangun, lay out sederhana, kualitas bangunan baik, efisiensi bahan, material ramah lingkungan (Sekam Padi, Plastik Daur Ulang, dan Kertas Koran). Disamping itu efisiensi biaya sepanjang siklus hidup bangunan (life cycle cost), memiliki bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Efisiensi penggunaan energi, air, dan sumber daya lain. Perlindungan  kesehatan penghuni dan peningkatan produktivitas, serta pengurangan limbah, polusi, dan degradasi lingkungan.

Sementara narasumber lain Ir.Rahmat Jatmikanto dan Drs.Rio dari Pruduct Development Indocements  menyampaikan tentang Risha Indocement  serta BASF (Ir.Willy) menyampaikan Innovative Admixture Technologies Indonesia. Kuliah Umum yang dihadiri lebih dari 80 (delapan puluh) mahasiswaa Program Studi Teknik Sipil dan beberapa dowan dosen dengan harapan pembuatan rumah dan gedung pabrikasi ini dapat member solusi kepada masyarakt terhadap kebutuhan rumah dan gedung yang memiliki kriteria seperti rumah dengan konsep green building, ekonomis dan dinamis, biaya yang kompetitif dan waktu yang cepat, serta aman, nyaman, sehat serta ramah lingkungan.

{mosimage}


Jogja hari ini sangat berbeda dengan Jogja yang dulu dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional. Tidak jarang mantan mahasiswa yang dulu pernah kuliah di Jogja, mencoba untuk bernostalgia ke Jogja mendapatkan fenomena yang sangat berbeda dengan apa yang ada di alam pikir mereka tentang Jogja. Saat ini mereka tidak akan bertemu dengan kesederhanaan dan “budaya apa adanya” yang menjadikan Jogja selalu berkesan untuk semua orang yang pernah berkunjung. Keterkejutan tersebut juga dirasakan oleh orang yang sudah lama bermukim di Jogja. Di awal tahun 2000-an, masyarakat Jogja tidak pernah akan membayangkan bahwa perkembangan Jogja akan sangat pesat.
Perkembangan Jogja tersebut membuat masyarakat lokal tergagap-gagap untuk menghadapi fenomena tersebut. Saat ini orang Jogja‒secara tidak resmi, term “orang Jogja” mengacu tidak saja kepada orang yang berdomisili di Jogja tetapi juga orang yang dulu pernah tinggal maupun kuliah di Jogja, bahkan semua orang yang merasa memiliki nostalgia dengan Jogja‒harus “berhadap-hadapan” dengan hotel, pusat perbelanjaan, dan apartemen yang mulai tumbuh di mana-mana.  Keresahan warga terhadap cepatnya perkembangan Jogja lebih tampak di lokasi yang di dekat pemukimannya akan dibangun bangunan-bangunan tersebut sehingga mereka membentuk komunitas-komunitas yang menyatakan
penolakan mereka terhadap pembangunan tersebut. Beberapa kasus yang saat ini sering dijumpai di Jogja adalah adanya penolakan warga terhadap pembangunan apartemen. Salah satu dari banyak penyebab keresahan tersebut disebabkan adanya kejadian surutnya sumur warga dan retaknya bangunan di sekitar lokasi pembangunan.

Permasalahan lain yang dapat terjadi adalah masalah sosial. Pembangunan yang belum sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat tersebut secara perlahan juga akan merubah struktur sosial masyarakat.  Jogja adalah kota yang dikenal karena warganya yang memiliki kebiasaan untuk srawung (bergaul; saling memperhatikan antar tetangga; saling menyapa). Sangat ironis apabila pembangunan hunian vertikal tersebut dapat mengikis kebiasaan srawung warga Jogja tersebut. Apabila hal tersebut terjadi, apa bedanya Jogja dengan Jakarta? Tidak bisa  dibayangkan bila karakter orang Jogja menjadi orang yang individualistis. Hal yang lebih urgent lagi adalah dengan banyaknya apartemen yang dibangun, perbuatan maksiat dapat lebih leluasa untuk dilakukan karena warga tidak dapat mengontrol wilayahnya. Gambaran yang lebih mengenaskan akan terjadi bila orang Jogja hanya dapat menjadi penonton karena tidak dapat membeli properti di kampung halaman mereka sendiri. Sangat menyedihkan membayangkan Jogja tanpa diwarnai gojegan-gojegan kere oleh warganya. Apakah Jogja akan menjadikota tanpa identitas?

Permasalahan pembangunan di Jogja tersebut seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi pembangunan tersebut dapat mendorong pertumbuhan investasi daerah, tetapi di sisi lain dapat menggerus indeks
kenyamanan hidup. Suryanto (2015) mengatakan bahwa keistimewaan Jogja dapat hilang karena pembangunan hanya mengacu pada parameter ekonomi dan tidak berlandaskan acuan sejarah dan budaya. Suryanto juga mengatakan bahwa ketentuan tata ruang tidak cukup menjadi acuan
pengaturan keistimewaan Yogyakarta. Konsep keistimewaan Yogyakarta yang tidak jelas karena tidak berdasar pertimbangan akar sejarah dan budaya.

Referensi

Aprindo, T., (2015), Pembangunan Apartemen-Hotel Marak Ancam Sumber
Air dan Keistimewaan Yogyakarta,
http://www.mongabay.co.id/2015/09/18/pembangunan-apartemen-hotel-marak-ancam-sumber-air-dan-keistimewaan-yogyakarta/
(diakses tanggal 12 November 2015)

Sujatmiko, T., (2015), Antisipasi Sumur Kering Akibat Pendirian Hotel
'Warga Berdaya' Ajak Peran Aktif Masyarakat,
http://krjogja.com/read/244638/warga-berdaya-ajak-peran-aktif-masyarakat.kr
(diakses 12 November 2015)

Nugroho, J., (2015), Menata dengan Semangat Golog Gilig,
http://www.harianjogja.com/baca
2015/09/07/penataan-kota-jogja-menata-dengan-semangat-golog-gilig-640173