Tiga mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia yang terdiri dari Fakhri Pratama Nurfauzi, Anita Nurhami, dan Rahma Amdriana dengan timnya yang berjuluk “Kijang Sepuh” berhasil menyabet juara 1 dalam ajang “10th Civil in Action, Sustainable Bridge Competition” yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (KMTS) Universitas Gadjah Mada. Proses kompetisi dimulai pada bulan Maret 2022, sedangkan tahap final berlangsung pada 3 Dzulhijjah 1443 H/3 Juli 2022, dan pengumuman pemenang dilakukan pada 14 Dzulhijah 1443 H/13 Juli 2022 secara daring.
Dalam kompetisi desain jembatan tersebut mengusung tema “Desain Jembatan yang Efisien dan Inovatif dengan Unsur Kearifan Lokal untuk Mendorong Pembangunan Berkelanjutan”, di mana ketentuan dalam mendesain jembatan bertujuan untuk menghubungkan rute atau lintasan transportasi yang terhalang. Namun, juga memiliki fungsi tambahan seperti landmark daerah dengan penambahan unsur kearifan lokal.
Fakhri Pratama Nurfauzi, terkait tema yang diangkat oleh tim UII menjelaskan bahwa dalam merencanakan jembatan aspek yang dipertimbangkan adalah kekuatan. Desain jembatan menggunakan material yang baik sehingga memiliki kekuatan yang baik, selain itu juga mempertimbangkan aspek kebencanaan, seperti gempa bumi dan erupsi gunung merapi. Menurutnya, dari unsur kearifan lokal yaitu mengenai sumbu filosofis Yogyakarta yang dihubungkan dengan bentuk dari jembatan yang didesain.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa nama jembatannya adalah “Karya Sahwita” yang dibuat dengan 1 bentang dengan panjang 120 meter dengan tujuan untuk menghindari rintangan lembah dan aliran kali Code. Menurutnya, dengan membuat jembatan 1 bentang untuk menghindari masalah yang dapat terjadi, seperti penggerusan pilar karena lokasi jembatan yang berada dekat dengan gunung Merapi.
Pembangunan jembatan yang berada di kota merupakan salah satu poin tambahan untuk membuat jembatan yang memiliki keunikan dengan penambahan unsur budaya Yogyakarta. Desain jembatan dengan bentuk pelengkung memiliki filosofis yang sesuai dengan Yogyakarta. Untuk menambahkan kesan seni dan budaya dari Yogyakarta, ditambahkan aksen Batik Kawung Bribil pada parafet. “Desain jembatan yang digunakan adalah jenis pelengkung diperkuat dengan lantai bawah dan ini terinspirasi dari jembatan Second MacArthur pada bagian struktur utama dan jembatan Kali Kuto pada bagian hanger (cable),” ujarnya.
Tim Kijang Sepuh di bawah bimbingan dosen Teknik Sipil FTSP UII, Hariadi Yulianto, S,T, M.Eng., dalam babak final berhadapan dengan 8 tim dari perguruan tinggi lain, diantaranya adalah Kijang Sepuh dari UII, Forte dan CT-KJP40 dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Thanos dari Universitas Diponegoro Semarang, White Noise dari Universitas Hassanudin Makasar, Gajendra Pranaja dan SS-06 Samahita dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Garda Cakrawala dari Universitas Gajah Mada.
Sementara itu, Anita Nurhami dan Rahma Amdriana saat dikonfirmasi terkait hal tersebut mengungkapkan bahwa kompetisi tersebut sangat menantang, karena jika dilihat dari proposal perencanaan jembatan memiliki materi kompleks, seperti konsep desain, analisis struktur, inovasi desain, metode pelaksanaan jembatan, hingga perawatan jembatan. “Kami merasa dalam mengikuti kompetisi ini seperti mendesain jembatan sesungguhnya, dari tahap perencanaan, konstruksi hingga pasca konstruksi, bahkan materi tambahan berupa analisis lingkungan,” ungkapnya.
“Semoga capaian dan raihan ini dapat menjadi penyemangat dan motivasi mahasiswa yang lain dalam mengikuti kegiatan ataupun kompetisi lainnya,” imbuh mereka.