Semoga  dengan ramadhan kita mampu mengolah hidup sesaat dan yang hanya sekejap guna mengubah hidup yang lebih panjang penuh kemanfaatan beribadah kepada Allah SWT. Begitu pula perpisahan kita dengan ramadhan tahun ini bukanlah perpisahan untuk selamanya dan bukan juga pertemuan terakhir kita. Semoga kita dapat kembali bertemu dengan ramadhan tahun mendatang dengan keadaan penuh harapan dan kesejahteraan. Pesantren Ramadhan dengan thema yang dipandang sebagai hal yang menakutkan, namun hal ii pasti akan terjadi kepada kita semua. Oleh karenannya kita berupaya untuk lebih banyak memohon dan beriktiar kepada Allah Swt.hingga kita bisa mengakhiri kehidupan kita denga husnul khootimah.

Demikian dituturkan Dekan FTSP UII Miftahul Fauziah, Ph.D dalam Pesantren Ramadhan 1440 – 2019, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Jum’at (29 Mei) bertempat Auditorium Gedung Mohammd Natsir UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Selain Dekan FTSP UII hadir dalam acara Pseantren Ramadhan adalah Wakil Dekan 1 FTSP UII (Dr.Ir. Kasam, MT), Wakil Dekan 2 FTSP UII (Dr.Ir. Revianto Budi Satoso, M.Arch., IAI), Ketua dan Sekretaris Jurusan dan Program Studi,  Dosen, Tenaga Kependidikan, serta purna tugas FTP UII.

Dalam pesantren ramadhan FTSP UII menghadirkan narasumber Pimpinan Pondok Pesntren Gua Hiro (Ustadz Ananto Wibowo) menyampaikan Ruh dalam Islam mengenai Hakekat Kehidupan dan Kematian, Ustadz dr.Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S menyampaikan thema Meraih Husnul Khoootimah, dan Ustadz Binarsa, S.Ag., MA dari Kementerian Agama RI Yogyakarta menyampaikan Fiqih Husnul Khotimah dalam pendampingan Sakaratul Maut serta pelatihan perawatan jenazah.

Mati itu rahasia Allah SWT.datangnya tidak bisa diduga dan meninggalnya tidak bisa ditunda, makanya kita harus siap terus. Jika menginginkan panjang umurnya, maka banyaklah silaturrahiem, kita persiapkan kematian dengan sebaik baiknya dengan memperbanyak amal sholeh dan memperbanyak membaca Al Qur’an dan berdzikir kepada Allah SWT. Makanya ciri utama husnul khootimah adalah orang yang dalam sakaratul mautnya membaca laaila ha illallaahi. Ungkap  Ustadz dr.Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S.

Pimpinan Pondok Pesntren Gua Hiro Ustadz Ananto Wibowo mengungkapkan,  dalam Al Quran, nafsu manusia dibagi dalam 3 (tiga) jenis, Nafsu Ammarah, Nafsu Lawwamah, dan Nafsu Mutmainnah.

Yang pertama Nafsu Ammarah, sangat berbahaya apabila melekat pada diri seseorang manusia sebab ia suka mengarahkan manusia kepada perbuatan dan perilaku yang dilarang agama. Nafsu amarah tidak dapat dikawal dengan sempurna oleh hati. Sekiranya hati tidak dapat meminta bantuan ilmu, hikmah kebijaksanaan dan akal, hati akan binasa. Justru itu, seseorang itu mudah terjerumus ke arah perbuatan yang melanggar syariat, tidak beradab, tidak berperi kemanusiaan, bertindak mengikut sesuka hati, zalim serta pelbagai keburukan dan bencana kepada diri serta perserikatan.

 Ustadz Adnan melanjutkan, Jenis nafsu yang ke 2 (dua) adalah Nafsu Lawwamah,  nafsu yang sudah mengenal baik dan buruk. Nafsu tercela kerana kelalaian tuannya melaksanakan peraturan-peraturan Allah SWT.

Nafsu ini mengarahkan pemiliknya untuk menentang kejahatan, tetapi suatu saat jika ia lalai beribadah kepada Allah SWT, maka ia akan terjerumus kepada dosa. Orang yang memiliki nafsu ini tidak tetap pendirian untuk menjalankan ketaatan dan meninggalkan perbuatan dosa. Orang yang memiliki nafsu lawwamah sebegini memiliki jiwa menyesali perbuatan salah lakunya dan berinisiatif untuk kembali ke landasan yang benar.

 

Ia juga tidak mudah hanyut dalam kesesatan yang membinasakan diri baik dalam kehidupan dunia mahupun akhirat. Selain dari itu, nafsu lawwamah juga sering memikirkan baik buruk, halal haram, betul salah, berdosa ataupun tidak dalam segala tindakan. Jelas nafsu Lawwamah ini lebih baik dari pada nafsu amarah.

 Sedangkan nafsu yang terakhir Nafsu Mutmainnah Ustadz Adnan menjelaskan, Nafsu Mutmainnah ini nafsu yang membuat pemiliknya tenang dalam ketaatan. Nafsu ini juga telah mendapat rahmat Allah SWT. dan manusia yang mendapatkan nafsu ini akan mendapat ridha Allah SWT. di dunia dan akhirat, dan Insya Allah akan mendapat “husnul Khootimah”  di akhir hidupnya sebagai pintu menuju syurga Allah SWT.

 Sebagaimana firman Allah SWT.dalam Al Qur’an Surah Al-Fajr:27-30), “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,  dan masuklah ke dalam surga-Ku”.

Orang yang memiliki nafsu mutmainnah dapat mengawal nafsu syahwat dengan baik dan sentiasa cenderung melakukan kebaikan. Juga mereka mudah bersyukur dan qanaah di mana segala kesenangan hidup tidak membuat dia lupa diri, menerima anugerah Ilahi seadanya dan kesusahan yang dialami pula tidak menjadikan dirinya gelisah. Ini disebabkanhatinya ada ikatan yang kuat kepada Allah. Mereka juga mudah reda dengan ketetapan dan ujian Allah. Ungkap Ustadz Adnan.

Sementara Ustadz Binarsa, S.Ag., MA  menyampaikan Fiqih Husnul Khotimah dalam pendampingan Sakaratul Maut sekaligus Praktek Perawatan Jenazah. Berdasarkan hasil penelitian Ustadz Binarsa berpendapat,  terdapat 4 (empat) ciri-ciri sakaratul maut ada didepan kita yaitu, denyut nadi yang terasa lemah, yang bersangkutan merasa gerah, telinganya kelihatan sudah maju (mingkup), dan telapak kakinya ke atas dengan rasa kedinginan.

Ustadz Binarsa mengingatkan, barang siapa yang mempunyai kehendak untuk merawat jenazah yang harus  selanjutnya dilakukan adalah niiat beribadah kepada Allah SWT. (memiliki kemauan), disambangi, me- talkinkan dengan membaca Laailaa ha illallahi, dan mendoakan.

Magister Arsitektur (M.Ars) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan  (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) untuk yang pertama kalinya dilaksanakan Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), pada Senin (13 Mei) di ruang Sidang Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Sebelumnya, selaku Tim Asesor BAN-PT Prof.Dr.Ing-Ir.Widjaya Martokusumo (ITB) dan Prof.Dr.Ir. Bambang Setioko, M.Eng  (Undip) melakukan visitasi ke Magister Arsitekur (M.Ars) FTSP UII.  Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Riset UII Dr.Drs. Imam Djati Widodo,, M.Eng., Sc, menyampaikan bahwa UII berkomitmen dalam penjaminan kualitas secara menyeluruh.

Atas kerja kerasnya tim akreditasi  Magister Arsitektur (M.Ars) beserta para pengurus Fakultas, Jurusan dan Program Studi akhirnya Magister Arsitektur (M.Ars) FTSP UII mendapatkan akreditasi B berdasarkan Keputusan BAN-PT nomor 1646/SK/BAN-PT/Akred/M/V/2019 tertanggal 19 Mei 2019, yang berlaku 5 tahun sejak tanggal 21 Mei 2019 sampai dengan 21 Mei 2024.

Puasa dalam Bahasa Arab berasal dari kata soum atau siyam yang maknanya sama dengan imsak yaitu menahan. Sedangkan menurut istilah syariat islam puasa adalah suatu amal ibadah yang dilakukan dengan  menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai sengan niat karena Allah ta’ala dengan syarat dan rukunnya. Sebagimana firman Allah SWT. dalam surat Al-baqarah ayat 183, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Mengutip  pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin Puasa memiliki tiga tingkatan. Yakni puasanya orang awam, puasanya orang khusus ‎dan puasa khusus buat orang khusus.

Demikian disampaikan Ustadz Rahmadi Agus, S.Ag., MA dalam tausyiah jelang buka puasa yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknik Sipil FTSP UII pada Kamis (16 Mei) di Ruang Sidang Teknik Sipil Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang KM.14,5 Sleman Yogyakarta, bagi dosen dan tendik.

Lebih lanjut Ustadz Rahmadi Agus yang sehariannya diberikan amanah untuk mengajar Agama Islam di FTSP UII mengatakan bahwa, Imam Ghazali dalam kitabnya  menerangkan tingkatan dalam berpuasa. Shaumul umum, shaumul ‎khusus, dan shaumul khususil khusus. Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.

Pertama, Puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.  Tingkatan puasa ini menurut Al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah, karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Kalau puasanya hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari, maka kata Rasulullah Saw puasa orang ini termasuk puasa yang merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala berpuasa, yang ia dapatkan hanya lapar dan dahaga.”

Yang kedua ‎Puasa orang khusus, yaitu selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. Tambah Rahmadi Agus.

Ketiganya adalah  Puasa khususnya orang yang khusus, yaitu  ‎puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Puasa khusus yang lebih khusus lagi yaitu, di samping hal di atas adalah puasa hati (qolbu) dari segala keinginan hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apa-apa selain Allah Swt. Menurut Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya para Nabi. Dengan qolbu atau hati yang baik, maka segala sesuatunya otomatis akan menjadi baik pula, dan hati akan menjadi damai.  Ungkap Rahmadi Agus.

Dilain waktu Jum’at (17 Mei) Jurusan Arsitektur UII pun menggelar tausyiah jelang buka puasa Ramadhan yang disampaikan oleh Abdul Robby Maghzaya, ST., MT.  Senada dengan Ustadz Rahmadi Agus, Dosen muda Arsitektur UII sekaligus Ustadz (Abdul Robby Maghzaya, ST., MT) mengatakan bahwa puasa itu dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu puasa umum, puasa ksusus, dan puasa khususil khusus. Dari ketiganya yang dilakukan para Nabi adalah puasa khususil khusus, karena dirinya juga puasa hati yang segala pikirannya meninggalkan duniawi, serta mencegah memikirkan apa-apa selain Allah ta’ala.

Abdul Robby mengajak kepada seluruh Civitas Academika FTSP UII (Dosen, tendik dan mahasiswa), setidaknya kita bisa meraih puasa ditingkatan yang kedua yaitu puasa khusus. yaitu selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa-dosa.

Semoga amal ‘ibadah kita diterima oleh Allah SWT.dan dapat mengakhiri hidup dan kehidupan kita dengan husnul khootimah. Aamiin.

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia(UII) Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D terpilih menjadi Ketua Badan Musyawarah Perguruan Tinggi  Teknik Sipil Seluruh Indonesia (BMPTTSSI) Periode 2019-2023 pada awal Maret 2019 yang lalu, yang sebelumnya menjadi pengurus Harian periode 2015-2019 Bidang Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, dan Akreditasi.

Setelah Miftahul Fauziah diberikan amanah sebagi ketua BMPTTSSI langsung menggelar Penandatanganan naskah kerjasama Dekan Fakultas Teknik Perguruan Tinggi untuk Daerah  Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah (Jateng), Surakarta dan Komda 3 BMPTTSSI (Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Teknik Sipil Seluruh Indonesia).

Isi penandatanganan kerjasama ini dilakukan dalam bidang Tridarma Perguruan Tinggi (PT) yang meliputi  PDDKN pengajaran (styden dan lecture mobility, external examiner untuk disertasi Program Doktor), kolab. penelitian dan pengabdian masyarakat, facility sharing dan pengelolaan jurnal. Naskah kerjasama ditanda tangani oleh 10 (sepuluh) Dekan Perguruan Tinggi (PT) yang terdiri dari UGM, UII, UNDIP, UNS, UNES, UNTIDAR,  Universitas Janabadra, UAJY, Poltek semarang, Universitas Muhamadiyah Purwokerto, Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang.

Rapat forum Dekan Fakultas Teknik dipimpin Dekan FTSP UII (Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D)  sebagai Ketua Forum dan Koordinator Komda 3 BMPTTSSI. Acara dilaksanakan di Unes Semarang pada Rabu (1 Mei 2019), bersamaan dengan Seminar Nasional CEES 2019 (Civil Engineering dan  Environmental Symposium, yang selenggarakan dan diinisiasi oleh komda 3 BMPTTSSI. Demikian dituturkan Miftahul Fauziah di Ruang kerjanya.

Jum’at (17 Mei)  Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar workshop Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (RIPPM) bertempat di Ruang Sidang Teknik Sipil Gedung Mohammad Natsir Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta .

Workshop ini bertujuan untuk mencapai dan meningkatkan mutu sesuai dengan target dan relevansi hasil penelitian bagi masyarakat, serta mengevaluasi  Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat yang sudah ada sebelumnya sebagai bahan untuk menyusun RIP 2019-2023. Kontribusi sekecil apapun dari para dewan dosen sangat berharga, oleh karenanya disampaikan terima kasih atas partisipasinya. Ungkap Dekan FTSP UII (Miftahul Fauziah, Ph.D).

Turut hadir pula Wakil Dekan 1 (Dr.Ir.Kasam, MT), Wakil Dekan 2 (Dr.Ir.Revianto Budi Santoso, M.Arch., IAI), Ketua dan Sekretaris Jurusan , serta lebih dari 50 (lima puluh) dewan dosen.  

Sementara narasumber Dr.Eng.Hendra Setiawan, ST., MT mengemukakan, dalam penyusunan roadmap penelitian dosen kiranya harus memperhatikan beberapa hal seperti keahlian dosen dalam bidangnya (khususnya pada waktu menyelesaikan program S3), prioritas penelitian, trend penelitian, kebutuhan penelitian,ketersediaan peralatan yang dibutuhkan.

Bila road map yang disusun merupakan road map penelitian dosen maka sebaiknya disesuaikan dengan bidang keahlian dosen, terutama pada waktu menyelesaikan program S3. Road map yang disusun dapat merupakan kelanjutan dari road map penelitian dosen sewaktu menyelesaikan program S3. Bila road map yang disusun merupakan road map penelitian kelompok bidang keahlian (KBK) maka sebaiknya disesuaikan dengan bidang keahlian semua dosen yang merupakan anggota KBK.

Lebih lanjut Hendra Setiawan menegaskan, penelitian merupakan kegiatan yang memerlukan dana yang tidak sedikit dan biasanya hanya dapat dilakukan apabila ada dana yang diberikan oleh para penyandang dana. Semua penyandang dana, seperti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi maupun badan-badan penyandang dana yang lain baik nasional maupun internasional, selalu menetapkan prioritas penelitian atau bidang unggulan tertentu. Oleh karena itu penelitian yang tercakup dalam road map harus sesuai dengan prioritas penelitian yang ditetapkan oleh penyandang dana agar dana penelitian dapat diperoleh.

Penelitian yang mengikuti trend cenderung lebih mudah untuk dipublikasi di jurnal ilmiah. Untuk mengetahui trend penelitian maka setiap peneliti harus memiliki wawasan yang luas dan dalam dalam bidang yang ia teliti.

Ada penelitian-penelitian tertentu yang diperlukan untuk mengatasi suatu masalah. Misalnya adanya masalah penyakit HIV / AIDS yang memerlukan obat yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Suatu penelitian mungkin memerlukan peralatan yang tidak terdapat di universitas peneliti. Untuk itu penelitian dapat dikerjakan secara kolaboratif dengan peneliti di universitas lain yang memiliki peralatan tersebut.  Dalam road map penelitian tanggung jawab setiap peneliti dapat ditunjukkan. Ungkapnya.

Siang harinya digelar sesi paralel disetiap jurusan, membahas evaluasi RIP 2014-2018 serta menyusun RIP 2019-2023 guna menghasilkan rumusan  terbaiknya.