Focus Group Discussion (FGD) pertama Jogja Development Forum (JDF) menghasilkan temuan profil kapital manusia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mengisi keistimewaan tata ruang terencana. Terdorong dengan itu maka FGD 2 (dua) JDF digelar membahas dan merumuskan program strategis bagi pembangunan humann capital DIY dan strategi implementasinya.
FGD 2 berlangsung Kamis (7 Desember) bertempat di Ruang Sidang Teknik Sipil Gedung Mohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP0 Universitas Islam Indonesia UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta, dihadiri oleh 25 (dua puluh lima) peserta dari unsur profesionalisme seperti Pemda DIY, Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI), LPJK, KADIN, PERADI, Gapensi, Intakondo, Gapeksindo, serta perwakilan dari Perguruan Tinggi (PT) Negeri maupun Swasta.
Sebagai nara sumber diskusi panel pakar menghadirkan Kepala Bidang Perencanaan Bappeda DIY (Ni Made Dwi Panti, ST., MT) membahas tentang Rencana Pembangunan Manusia DIY tahun 2017-2022, Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D., IAI (Dosen Arsitektur UII) mengupas Perspektif Tata Ruang Istimewa untuk Keunggulan DIY, Prof.Ir. Sarwidi., Ph.D., IP-U mengupas Kelentingan Bencana untuk Keistimewaan DIY, dan Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Ben S.Galur, yang difasilitatori oleh Ir.Akhmad Suraji, MT., Ph.D.IPM.
Dalam diskusinya Ni Made Dwi Panti, ST., MT menuturkan, Rencana Pembangunan Manusia DIY dalam sepuluh tahun ke depan dengan menekankan pendayagunaan kapasitas keunggulan daerah melalui pengerahan SDM dan fasilitas-fasilitas utama pendukung keunggulan daerah, akselerasi usaha ekonomi dan industri unggulan, serta penguatan jejaring untuk meningkatkan daya saing keunggulan daerah untuk penekanan 5 (lima) tahun ke depan 2015-2019.
Sedangkan penekanan 5 (lima) tahun berikutnya terhitung 2020-2025 Ni Made Dwi Panti berpendapat, diperlukan penguatan upaya pencapaian keunggulan daerah melalui sarana-sarana pendukung lanjut, penguatan orientasi kompetisi pada pembangunan SDM unggul, serta ekspansi perekonomian dan industri berbasis keunggulan daerah yang didukung dengan ketersediaan energi. Ungkapnya.
Sementara Prof.Ir. Sarwidi., Ph.D., IP-U menegaskan, bahwa kejadian bencana di DIY adalah isu sangat sensitive pada keistimewaan DIY, terutama terhadap kestabilan pilar pariwisata dan pendidikan apabila penanggulangan bencana tidak dikelola dengan baik dan tidak ditingkatkan sinergi antar segitiga elemen PB/PRB antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
DIY mempunyai potensi sumber daya kebencanaan yang berguna bagi modal penanggulangan bencana DIY dan menjadi kontribusi ke luar (Nasional dan Internasional) dapat menjadi center of excellent. Khusus bangunan, bangunan pendidikan dan pariwisata perlu diberikan prioritas jaminan keamanan terhadap bencana agar penghuni/ pengunjung lebih Percaya Diri (PD) tinggal di DIY.
Oleh karenanya Prof.Sarwidi menyarankan PB/PRB DIY harus mejadi perhatian yang serius untuk diintegrasikan dalam setiap sektor program pembangunan agar tangguh/ lenting menghadapi bencana dengan peningkatan pelibatan secara sinergi segitiga elemen PB/PRB pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha melalui penguatan FPRB oleh pemerintah.
DIY dapat dikembangkan menjadi center of excellent dalam PB/PRB melalui penguatan FPT PRB oleh pemerintah. Dan bangunan bangunan pendidikan dan pariwisata perlu mendapat prioritas sertifikasi keamanan terhadap bencana untuk meningkatkan rasa aman para penghuni/ pengunjung agar lebih PD di DIY. Misi JDF perlu diperkuat berkelanjutan. Ungkap Prof.Sarwidi.