Jurusan Arsitektur Gelar Sakapari #11

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia (SAKAPARI) Seri 11, yang saat ini berkolaborasi dengan Laboratorium Reka Ruang Rupa Program Studi Arsitektur FTSP UII. Secara resmi acara dibuka oleh Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Wakil Rektor Bidang Kemitraan & Kewirausahaan.

Kegiatan dilaksanakan pada 13 Rajab 1444 H/4 Februari 2023 dengan tema ”Placemaking untuk Mewujudkan Komunitas yang Lebih Berdaya” dengan menghadirkan Pembicara Utama, Tutin Aryanti, ST., MT., Ph.D. dari Universitas Pendidikan Indonesia, Ir. Hastuti Saptorini, M.A. dan Stefy Prasasti Anggraini, ST., M.Arch. dari Jurusan Arsitektur FTSP UII dengan moderator M. Galieh Gunagama, S.T., M.Sc.

Tutin Aryanti, S.T., M.T., Ph.D., dalam paparannya mengungkapkan bahwa di lingkungan yang kohesivitas sosialnya kurang, ruang aman lebih dibentuk oleh sistem dan perangkatnya. Kepercayaan pada lingkungan cenderung tinggi karena tingkat ekonomi menengah ke atas. Sementara itu di lingkungan yang kohesivitas sosial tinggi, keamanan lingkungan terbentuk secara alami. Kohesivitas sosial bisa dibentuk dengan kesamaan latar belakang dan kekerabatan. “Masjid sebagai memiliki peran sebagai pengikat komunitas,” ujarnya.

Sementara itu, Ir. Hastuti Saptorini, M.A. dalam materinya menyampaikan bahwa terbentuknya placemaking dimotivasi oleh dua faktor utama, yaitu kebutuhan dasar manusia atau faktor pendorong dan kondisi setting atau disebut faktor penarik. Placemaking sebagai metode atau pendekatan berbasis aktifitas komunitas yang bernilai atau bermakna psikologis, sosiologis, ekonomis, edukatif dan ecologis. “Placemaking memerlukan perawatan sebagai konsekuensi yang berkeanjutan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa ada tiga makna placemaking sebagai pendekatan rancangan yang pertama adalah placemaking adalah dari sosial, untuk sosial dan oleh sosial, sedangkan kedua placemaking bersifat produktif dan konstruktif. “Makna yang ketiga adalah placemaking harus sustainable dari sisi sosial, ekonomi dan lingkungan,” imbuhnya.

Penghargaan Best Paper berhasil diraih oleh Muhammad Mufeed Al Bareeq, M. Taufiq Iskandar dan Ir. Fajriyanto, MT., dengan judul “Placemaking Kawasan Jogokariyan sebagai Pasar Rakyat untuk Kegiatan Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat”. Sedangkan Best Presenter diraih oleh Charisma Rheza dengan judul “Placemaking di Sekitar Lapangan Minggiran Yogyakarta dalam Potensinya sebagai Tempat Berkumpul”.