Setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh seorang Muslim itu tergantung pada niatnya. Dan ia akan memperoleh balasan sesuai dengan niatnya. Jika ia melakukan ibadah dengan niat karena Allah SWT, maka ia akan mendapatkan pahala dari Allah. Dan sebaliknya, jika ia meniatkannya untuk mencari pujian manusia atau untuk tujuan duniawi, maka ia akan mendapatkan tujuannya tersebut.
Ketika berbicara tentang niat, lakukanlah niat dengan kesadaran secara ikhlas, karena khlas merupakan kunci diterimanya suatu amalan ibadah. Amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah SWT jika tidak didasari dengan niat yang ikhlas kepadaNya. Maka dari itu, Allah SWT memerintahkan hamba-hambaNya untuk memurnikan dan mengikhlaskan niatnya dalam seluruh amalan ibadah yang mereka lakukan.
Demikian disampaikan Ustadz Sutarjo, S.Ag., M.Ag dalam tausyiah keluarga besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Ahad, 1 Oktober bertempat di Rumah Bapak/Ubu Setya Winarno, Ph.D Jl.Palem Raya I Gandok Tambakan RT.04/20 Sinduharjo Ngaglik Sleman, yang dihadiri lebih dari 150 (seratus lima puluh) orang baik dosen, maupun tenaga kependidikan dan keluarga.
Lebih lanjut Sutarjo mengatakan, banyak amal rutinitas kita yang dapat mengalirkan pahala, namun mungkin kita sia-siakan.Kita membubuhkan niat agar dapat kembali kuat sehingga bisa menjalankan ibadah, tentu segunung pahala dapat menjadi milik kita.
Dengan demikian, niat-niat yang selama ini mendorong kita lakukan berbagai rutinitas, seakan-akan sia-sia belaka. Kepuasan biologis, maupun kesenangan lainnya pastilah tercapai dari rutinitas kita, baik meniatkannya atau tidak. Namun tidak demikian dengan pahala dan keridhaan Allâh Azza wa Jalla, tanpa niat yang baik dan tulus, kita tidak mungkin meraihnya.
Rutinitas yang kita lakukan setiap hari dapat kita petik hikmahnya, Ustadz Sutarjo memberikan sebuah contoh kehidupan makhuk Allah SWT seperti lebah. Lebah merupakan salah satu jenis serangga yang ukuran tubuhnya kecil, yang memiliki kehidupan yang sangat unik jika kita perhatikan secara saksama. Lebah makhluk Allah yang istimewa, ia dapat memberikan manfaat dan kenikmatan, terutama bagi umat manusia. Makhluk yang hidupnya selalu berkelompok ini, memiliki berbagai sifat yang unik, di antaranya lebah selalu hinggap di tempat yang bersih dan hanya makan yang bersih pula. Luar biasa hewan ini hanya memakan dan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat lainnya yang bersih.
Sutarjo menggambarkan, lebah selalu selektif dalam memilih makanan. Alangkah bagusnya, jika kita sebagai manusia bisa meniru kehidupan lebah ini yaitu hanya menyantap sesuatu yang bersih dan yang baik. Lebah selalu mengeluarkan yang bersih, karena lebah hanya menyantap sesuatu yang bersih maka yang keluar dari perutnya pun adalah sesuatu yang bersih pula. Yaitu mengeluarkan madu, dan manfaatnya juga baik untuk kesehatan manusia. Lebah mampu memproduksi sebanyak mungkin madu, yang tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, akan tetapi bermanfaat juga buat makhluk-makhluk lainnya, terutama manusia.
Lebah tidak merusak tempat di mana pun ia hinggap, betapa santunnya hewan ini hingga dalam bergaul ia tidak menyakiti/merusak apa pun dan senantiasa menjaga kedamaian dalam setiap suasana. Lebah juga tidak pernah mengganggu atau melukai siapa pun kecuali kalau diganggu terlebih dahulu. Lebah juga punya harga diri yaitu ia tidak akan pernah mengganggu orang lain atau apa pun itu selama kehormatan dan harga dirinya dihormati.
Ustadz Sutarjo mengajak, bilamana beberapa sifat lebah tersebut di atas ditiru oleh setiap manusia, yakinlah bahwa akan terbentuk masyarakat yang berkualitas dalam segala lini kehidupan. Dengan demikian, akan terwujudlah kehidupan yang berkeadilan, makmur, dan sejahtera. Lebih dari itu, kebiasaan mengeksploitasi kekayaan alam dan sesama manusia tidak lagi terjadi. Ungkap Setarjo.
Hadir dan menyampaikan kata sambutan Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc) mengajak kepada segenap civitas akademika FTSP UII untuk dapat meningkatkan acara silaturrahmi semacam ini lebih erat lagi, dengan mengisi pemberian santapan rohani walaupun sudah rutinitas dijalankan, namun perlu untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi.