Dunia saat ini mengalami perubahan iklim yang cukup drastis, bisa jadi ini akan menyebabkan masalah yang lebih besar nanti, sehingga upaya upaya yang kita lakukan dari berbagai sektor untuk bisa mengurangi kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi. Apabila kita tidak bisa mengurangi perubahan mungkin kita punya cara untuk beradaptasi. Manusia sudah beribu ribu tahun mengalami berbagai proses adaptasi. Untuk itu, kita bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan. Sehingga workshop ini di harapkan para peserta bisa dapat berkontribusi, karena dalam menjaga kelestarian bumi kalau tidak dimulai dari sekarang tentu akan menimbulkan masalah di masa depan.
Demikian kata sambutan Ketua Program Studi (Prodi) Teknik Lingkungan (Hudori, ST., MT) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) dalam workshop Strategi Menghadapi Fenomena Perubahan Iklim di Indonesia yang diselenggarakan oleh Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII Rabu (4 Oktober) berempat di Auditorium Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) yang dihadiri lebih dari 100 (seratus) peserta baik dosen, mahasiswa maupun peserta dari Perguruan Tinggi (PT) lainnya.
Sebagai narasumber Rinto Andrianto perwakilan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia di bidang Pemulihan Pasca Bencana. Rinto Andrianto secara panjang lebar menjelaskan tentang dampak perubahan suhu yang ada cukup dekat dengan kehidupan manusia saat ini.
Kenaikan 1 (satu) hingga 4 (empat) derajat bisa berimplikasi terhadap makluk hidup yang ada di bumi khususnya biota laut. Perubahan ini dimulai sejak Revolusi Industri yang berdampak pada naiknya suhu dan bencana seperti banjir, badai, dan persebaran penyakit. Persebaran penyakit merupakan bencana yang paling tinggi frekuensinya, akan tetapi jumlah korban jiwa akibat bencana justru mengalami penurunan.
Nah itulah keberhasilan lembaga penanggulangan bencana melalui aksi tanggap berkontribusi bagi turunnya jumlah korban meninggal. Namun demikian justru berakibat pada kerugian ekonomi yang tinggi di negara maju, sehingga diperluaslah spektrum manajemen resiko hingga ke akar bencana melalui mitigasi.
Rinto mengaku bahwa mitigasi berfokus pada upaya mencari penyebab dan adaptasi yang menitik beratkan pada dampak bencana, yang mempunyai tujuan untuk mengurangi kerugian ekonomi dan mengurangi angka kematian serta resiko keseluruhan. Ungkapnya.
Nara sumber lain Prof.Dr.Rer.nat.Muh.Aris Marfai, M.Sc (Dosen Geografi UGM) membedah Strategi Adaptasi dan Mitigasi Menghadapi perubahan Iklim di Wilayah Pesisir. Sedangkan Perilaku Adaptasi dan Rehabilitasi Rekonstruksi Akibat Perubahan Iklim dari Sektor Kelembagaan disampaikan oleh Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Heru Suroso, SH).