,

Tausyiah FTSP UII Bersama KH.Chudori Muchtar, Drs.M.Pd.I Mengajak Hidup Tawadhu’

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_oktober/tausyiah/foto1_tausyiah.jpg

Al qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW adalah panduan hidup seorang mukmin guna menuju kepada kehidupan bahagia dunia dan akherat. Kekayaan yang gemerlap bersifat duniawi bukan menjadi tolak ukur untuk menggapai kehidupan tenang dan bahagia. Faktor yang terpenting adalah dapat membuat hidup tenang dan bahagia selalu bersyukur dan ta’at beribadah kepada Allah SWT. Syukur nikmat yang berupa iman, Islam, sehat, niat, dan sempat adalah nikmat yang harus disyukuri.

 

 

Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT ke dunia untuk menyempurnakan akhlak manusia, salah satunya sifat rendah hati (tawadhu’). Sebagaimana dalam salah satu hadits yang mengatakan bahwa sungguh Allah telah memberi wahyu kepadaku (Muhammad SAW) agar kamu sekalian bersikap rendah hati, sehingga yang satu dengan yang lain tidak saling membagakan kelebihan yang dimiliki serta tidak bermusuhan. Allah SWT memang mengizinkan kita memiliki kelebihan baik itu harta maupun benda, namun demikian kita tidak diperbolehkan  untuk berbangga diri bahkan untuk memamerkannya. Semua harta benda kita sifatnya hanya titipan Allah SWT, dan akan kembali diminta oleh Allah SWT. Artinya bahwa pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan benda yang kita miliki semua itu adalah pinjaman dari Allah SWT untuk kita pertanggung jawabkan kepada-Nya.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_oktober/tausyiah/foto2_tausyiah.jpg

Demikian disampaikan tausyiah  bersama Drs.KH.Chudori Muchtar, M.Pd.I dalam acara silaturrahmi dan pengajian keluarga dosen dan tenaga kependidikan FTSP UII, Ahad (30 Oktober) bertempat di rumah Noor Cholis Idham, Ph.D Kandangsari Sukohardjo Ngaglik Sleman, yang dihadiri lebih dari 100 (seratus) orang.

Ustadz Chudori yang juga merupakan salah satu dosen Program Studi Arsitektur UII menambahkan, sungguh semua orang menginginkan kebahagiaan dunia dan akherat dalam kehidupannya, namun kehidupan duniawi bersifat sementara dan kehidupan akherat itulah kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan selama lamanya. Agama itu ibarat cermin untuk mengantarkan manusia ke jalan yang benar. Selayaknya kita harus berkaca, sudah benarkah jalan hidup kita.

Chudori Muchtar mengutip sang maha guru Khatibul Umam “Imam Syafi’i”  Bertawadhu’lah kamu niscaya kamu akan menjelma bagaikan bintang yang nampak di permukaan air, artinya kelihatan sangat rendah padahal kamu sangat tinggi. Dan janganlah kamu seperti asap yang mengangkap diri menjulang ke angkasa, artinya kelihatannya tinggi namun tidak berbekas. Sifat tawadhu’ (rendah hati) memang tidak dapat lahir dengan sendirinya, tanpa dilatih, dituntun kemudian dibiasakan.

Menyimak bimbingan Khalifah Ali Bin Abu Thalib RA ketika menasehati anaknya mengatakan, wahai putraku janganlah sekali kali kamu meremehkan setiap orang yang pernah kamu kenal sepanjang hidupmu. Jika orang itu lebih tua darimu anggaplah dia ayahmu, jika sebaya denganmu anggaplah dia saudaramu, jika lebih muda darimu anggaplah adikmu atau anakmu. Ungkap Chudori Muchtar.

Hadir dalam silaturrahmi dan tausyiah Ibu Rektor UII, Wakil Dekan FTSP UII (Setya Winarno, Ph.D), Ketua dan Sekretaris Program Studi, dewan dosen dan tenaga kependidikan beserta keluarga.  Dalam sambutannya Wakil Dekan menyampaikan terimakasihnya kepada semua pihak dengan harapan silaturrahmi dan tausyiah ini dapat dilestarikan diantara kita sehingga dapat membangun FTSP UII.