PPAr UII Gelar Diskusi Solusi Banjir Jabodetabek 

Rabu (22 Januari) Magister Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi sehubungan dengan terjadinya banjir bandang yang melanda di Jabodetabek Bekasi beberapa saat yang lalu dengan mengangkat thema Solusi Praktis Banjir Jabodetabek.

Diskusi digelar di auditorium FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta dengan menghadirkan narasumber Yanto., Ph.D;  Dr.Ir. Rofandi Hartanto, MP. ; Zaenal Muslih, dan Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc.

Dekan FTSP UII (Miftahul Fauziah, Ph.D) dalam sambutannya menuturkan, ini adalah masalah kita, masalah bangsa kita. Oleh karena itu kita berkumpul di sini bukan untuk mencari cari siapa yang salah. Tetapi sebaliknya kita berkumpul disini untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada.

Sementara  Ketua Program Studi Magister Arsitektur UII (Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D) dalam sambutannya pula menegaskan kegiatan ini dilaksanakan atas dasar keresahan atas bencana banjir yang terus menerus terjadi. Beranjak dari keresahan kita bersama terhadap bencana yang terjadi di ibu kota kita, sehingga kami merasa perlu untuk mendiskusikan solusi terbaik, solusi praktis untuk permasalahan tersebut. Ungkap Suparwoko.

Narasumber Yanto., Ph.D. mengatakan beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan atas permasalahan banjir tersebut dengan  memanfaatkan pipa resapan yang ditempatkan pada setiap selokan, dan juga membuat bendungan kecil berseri yang ada di setiap pinggir sungai.

Persoalannya adalah kita sering menggagas hal-hal besar, hal-hal canggih, tapi kita lupa hal hal kecil, sebagai contoh pembuatan pipa resapan air di setiap selokan, dan juga bendungan kecil berseri yang ada di setiap pinggiran sungai. Ungkapnya.

Sedangkan Dr.Rofandi Hartanto, MP berpendapat  siphon atau semacam gorong-gorong yang ada di pinggir sungai, ketika sungai meluap air akan tertampung di siphon yang telah di buat di pinggiran sungai.

Dari diskusi berbagai narasumber  memberikan gagasan untuk Daerah Istimewa yogyakarta diperlukan  rumah vertikal dengan ruang terbuka dengan saluran peninggalan kolonial ditingkatkan, serta sektor pertanian tidak boleh dikurangi, diperlukan pemetaan drainase,  menyorot air tanah di DIY yang terus menurun sehingga harus disaring agar tidak terjadi eksploitasi air tanah berlebih, serta pentingnya menyiapkan kebutuhan air bersih untuk warga.