{mosimage}Bagaimana menulis buku dan bagaimana membangun semangat, teknik teknik khusus yang dibutuhkan karena target kita. Semua yang hadir di sini dapat menulis buku di tahun 2016 ini tidak haru berjumlah banyak namun minimal cukup 1 (satu) buku.Tahun lalu kita agendakan untuk menulis buku hanya terkumpul 4 (empat) buku, maka ahun 2016 ini kita targetkan menjadi 40 (empat puluh) buku .Jadi tidak diharuskan yang hadir disini 100% dosen, tapi yang hadir dalam workshop ini merealisasikan dan mudah mudahan dimudahkan dalam penulisan buku.

Demikian sambutan Dekan FTSP UII (Dr.-Ing. Ir. Widodo, M.Sc) dalam workshop penulisan dan pendampingan buku ajar dan referensi bagi dosen FTSP UII kemarin Selasa (1 Maret) bertempat di Ruang Sidang Teknik Sipil Gedung  Mohammad  Natsir FTSP UII, jl. Kaliurang  Km. 14,5 Sleman Yogyakarta yang dihadiri tidak kurang dari 25 (dua puluh lima) dosen.

 

Dekan FTSP berharap mudah mudahan pagi ini menjadi awal baik untuk memulai menulis buku, fakultas juga akan memfasilitasi membantu pendampingan penulisan buku, oleh karena itu kepada ketiga narasumber (Prof. Widodo, Ph. D; Noor Kholis Idham, Ph.D dan Dr. Lalu Makrup) dapat menjadi pendamping dalam penulisan buku. Jadi bagaimanakah kita bias bersama sama membangun produksi buku, tahun lalu fakultas memfasilitasi dana sebesar sekitar 275 juta  dan belum terserap semuanya dan dialihkan kebeaya lainnya. Begitu pula insentif buku sudah dinaikkan 100% untuk membantu suasana baru kepada kita, biar kita lebih rajin lagi dan kalau ternyata masih dirasa kurang bias dinaikkan lagi.Untuk itu kepada masing masing dosen untuk dapat menulis buku dengan sangat baik dan produktif. Pintanya.

 

Sementara nara sumber Noor Kholis Idham, Ph.D menyampaikan bahwa buku ajar adalah sama dengan buku teks, hal ini sesuai dengan Kepmen diknas No: 36/D/O/2001, Pasal 5, ayat 9 (a); bahwa buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.

Buku ajar berfungsi sebagai  sustainable development and transfer of knowledge; mencapai pembelajaran yang lebih berkualitas dan terarah; menyediakan sumber bacaan dan latihan; meningkatkan minat dan motivasi pembaca dalam memahami IPTEKS; mengurangi ketergantungan mahasiswa terhadap dosen; waktu pengajaran bisa lebih singkat (tak perlu menulis rumus, tabel, gambar, soal latihan); pemikiran/penemuan yang bermanfaat (useful vs. garbage) personal recognition; institution rank and achievement; dan funding, point. Buku ajar juga memunyai beberapa karakterya itu bahasa dibuat mudah dimengerti untuk usia mahasiswa; ilustrasi umumnya banyak, untuk memperjelas konsep; dapat “mengajar sendiri”, tetapi dengan peran dosen akan lebih baik; sebaiknya dibawa sewaktu kuliah; tugas baca dan PR dapat diberikan sebelum kuliah; tersedia soal latihan sebagai sarana swauji bagi dosen maupun bagi mahasiswa; sasaran belajar umumya diberikan di awal bab; dan sayangnya masih dianggap mahal oleh mahasiswa.Ungkap Noor Kholis.

Sedangkan Dr. Lalu Makrup mengungkapkan menulis buku referensi atau ajar dapat dimulai dengan kesukaan akan satu topik tertentu atau dimulai dengan keingin tahuan akan masalah tertentu. Hal ini diperlukan agar tidak ada perasaan tertekan dalam melaksanakan penulisan. Begitu ada niat dan bahan sudah terlintas dalam fikiran, menulis buku langsung dilakukan.  Jangan ditunda, jika mentok dan bosan tinggalkan tempat dan kerjakan yang lain atau cari kesenangan lain atau cari bahan yang belum ada. Dilain waktu kalau ada bahan dan kesempatan segera mulai menulis lagi. Dalam kurun waktu tertentu bapak ibu dapat menulis beberapa judul buku yang sudah menjadi anganangan sebelumnya, walau itu bentuknya masihsangat awal. Usahakan untuk menulis setiap hari, sehingga volume tulisan terus bertambah.  Jika sudah jenuh dengan judul buku satu, pindah ke judul yang lainnya. Cetaklah buku yang sudah mencapai jumlah lembar dari 100  sampai dengan 200 halaman. Jilid dengan dan bagus, sehingga nampak seperti buku yang sudah jadi, walaupun isinya masih berantakan.

Menulis buku harus sabar, tidak mudah putus asa.  Bila bahan tulisan belum ada atau belum dikuasi  maka harus mencari dan mempelajari bahan yangbersangkutan. Untuk mencari bahan dan mempelajari bahan yang diperlukan bisa memakan waktu setahun, dua tahun atau bahkan lebih. Pinta Dr. LaluMakrup.