Sifat syukur adalah sifat yang dimiliki oleh seorang muslim, di mana ia merasa tenang dengan takdir Allah. Rasa syukur akan hilang apabila kita menghitung nikmat-nikmat orang lain. Dalam hal puasa, nikmat syukur inilah yang diajarkan oleh Allah. Sebenarnya syukur itu sederhana, yaitu cukup melihat ke bawah, jangan lihat ke atas.
Selain itu, hal yang diajarkan oleh puasa adalah ikhlas “level langit”. Maksudnya adalah, seseorang melakukan sesuatu ikhlas hanya dirinya dan Allah yang tahu. Dengan tidak mengumbarnya, amalan berpuasa merupakan sebuah puncak keikhlasan. Menurutnya, puasa juga melatih kejujuran dan juga melatih kita untuk menahan dan tidak mendekati yang haram.
Demikian disampaikan Ustaz Dr. H. Okrisal Eka Putra, Lc., M.A., dosen Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam acara pesantren ramadan yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) pada 23 Ramadan 1445 H/3 April 2024 di Auditorium Gedung Moh. Natsir Kampus FTSP UII.
Kegiatan yang mengusung tema “Spirit Ramadan, Spirit Keimanan” tersebut secara resmi dibuka oleh Dekan FTSP UII, Prof. Dr.-Ing. Ar. Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A., I.A.I., dan dimoderatori oleh Agus Setiawan, S.T., Ar., M. Arch., IAI., GP.
Lebih lanjut, ustaz Okrisal pada kesempatan tersebut juga mengutip kisah Khalifah Umar bin Khattab yang bertemu dengan wanita yang memasak batu untuk menyenangkan anak-anaknya yang sedang kelaparan. Menurutnya, kisah tersebut mengajarkan untuk tanggap dan peduli atas kesusahan orang-orang di sekitar.
“Puasa adalah salah satu media belajar untuk merasakan kesusahan orang lain. Kenapa Allah menyuruh kita berpuasa, yaitu untuk belajar menghadapi kesusahan. Kalau kamu ingin merasakan lapar maka kamu harus lapar, kata Allah,” ujarnya.
Sementara itu, pemateri kedua, Ustaz Abdul Muid Badrun, S.E., M.E., atau lebih dikenal dengan Ustaz AMB, seorang Motivator dan Trainer Nasional mengungkapkan bahwa harus diakui dan disadari, jujur adalah barang yang belakangan mulai jarang kita temukan. Orang jujur jumlahnya makin berkurang. Ia menjelaskan bahwa stok orang-orang jujur saat ini mengalami pertumbuhan minus. Jika ini dibiarkan begitu saja, maka kebohongan demi kebohongan itu akan menjadi hal biasa. “Inilah yang disebut kiamat sosial sebelum kiamat yang sebenarnya,” ujarnya.
Ustaz AMB menambahkan bahwa jujur merupakan salah satu sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Bahkan masyarakat Arab menyematkan gelar al-Amin kepada Rasulullah SAW karena kepribadiannya yang jujur dan Umat Islam yang taat hendaknya meneladan sikap Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. “Inilah kekuatan jujur, yang harus kita bangkitkan kembali di tengah masyarakat kita. Karena, jujur itu mudah. Jujur itu berkah dan jujur itu membawa ketenangan dan kedamaian bagi semuanya,” pungkasnya.
Usai pemaparan materi dilanjutkan dengan diskusi dan ramah tamah serta diakhiri dengan buka bersama.