Sebanyak 26 (dua puluh enam) orang Arsitek Muda Program Profesi Arsitek (PPAr) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menjalani prosesi pengambilan sumpahnya pada Kamis (6 April). Pengambilan sumpah profesi arsitek dipimpin Ir. Ahmad Saifudin Muttaqi, MT, IAI,AA, GP  selaku Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta DIY.

Acara pengambilan sumpah  di gelar di Auditorium Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta. Selain para arsitek muda dan walinya, acara pengambilan sumpah ini juga dihadiri oleh anggota dewan Keprofesian Ikatan Arsitek Indonesia Pusat,  Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi LPJK Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sekaligus sebagai Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc), Wakil Dekan FTSP UII (Setya Winarno, Ph.D),  Rektor  UII (Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum., Ph.D),   Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY yang juga merupakan ketua Program Profesi Arsitektur (Ir. Ahmad Saifudin Muttaqi, MT, IAI,AA. GP), Ketua Program Studi Arsitektur UII (Noor Choolis Idham, Ph.D., IAI), serta Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) DIY.

Rektor UII (Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum., Ph.D) dalam sambutannya menuturkan,    kepada para arsitek baru untuk tidak lupa akan sumpah profesi yang sudah diucapkan, dan diminta untuk selalu membawa kemanapun dan kapanpun. Kepada arsitek baru ini Rektor UII  mengingatkan untuk selalu berpegang teguh pada etika profesi.

Nandang Sutrisno menegaskan, Profesi apapun termasuk profesi arsitek harus berpegang teguh pada etika profesi, karena  etika ini adalah norma baik atau buruknya yang berasal dari organisasi profesi dan ini pun harus dijadikan pegangan kapanpun dan dimanapun. Tentu saja setiap profesi tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku di manapun. Melakukan pelanggaran terhadap kode etik tetapi belum tentu melanggar pelanggaran hukum. Tetapi sebaliknya, jika melakukan pelanggaran hukum maka sekaligus melanggarkan etika profesi.

Sementara Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY  (Ir. Ahmad Saifudin Muttaqi, MT, IAI,AA.), Ketua LPJK DIY (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc) serta Setya Winarno , Ph.D menyampaikan ijazah profesi arsitek dihadapan hadiran dan orang tua wali mahasiswa.

Salah seorang mahasiswa Program Magister Teknik Sipil (PMTS) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Jafar, ST (13914028) yang mengambil konsentrasi Rekayasa Kegempaan dan Manajemen Bencana (RGMB), pada Program Pascasarjana telah berhasil menyelesaikan studi di University of Hawai’i at Manoa (UHM), Amerika Serikat (AS) melalui program double degree.
Program yang ditempuh S2 selama 1 (satu) tahun di Indonesia (PMTS UII), dan mengikuti proses perkuliahan secara langsung di Amerika Serikat selama 1 (satu) tahun pula. Program double degree yang diikuti Jafar merupakan implementasi kerjasama antara Konsentrasi Rekayasa Kegempaan dan Manajemen Bencana UII dengan Department of Urban and Regional Planning (DURP) UHM. Kerjasama yang dilakukan antara kedua institusi ini memungkinkan mahasiswanya mendapat dua gelar master sekaligus.
Kerjasama antara UII dan UHM ini telah diinisiasi sejak tahun 2010 yang lalu, namun baru terealisasi tahun 2017. Program kerjasama yang dilakukan merupakan salah satu langkah dalam menanggapi kompetisi global yang semakin masif.
Program double degree ini juga telah memperoleh akreditasi dari Western Association of Schools and Colleges (WASC). Hal ini menunjukkan kurikulum yang diterapkan Program Magister Teknik Sipil UII telah diakui secara internasional. Selain itu, program double degree yang dijalankan ini merupakan salah satu syarat Program Beasiswa Unggulan dari Kemenristekdikti.
Program Studi Rekayasa Kegempaan dan Manajemen Bencana UII memfokuskan penanggulangan bencana dengan menggunakan pendekatan ilmu rekayasa (engineering). Sementara Departmen of Urban and Regional Planning UHM menggunakan pendekatan sosial dan kebijakan public
Program double degree di bidang manajemen bencana ini juga merupakan yang pertama kali terjalin antara universitas yang ada di Indonesia dan UHM. Keunggulan dari program ini mahasiswa dibekali pendekatan dari sisi teknik dan ilmu sosial, sehingga mahasiswa diyakini memiliki atribut yang lebih lengkap dalam penanggulangan bencana.
Demikian disampaikan Ketua Program MTS UII (Prof. Ir. Sarwidi, MSCE., Ph.D., IP-U) Rabu (4 April), bertempat di Ruang PMTS Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.
Kaitannya dengan doble degree Dekan FTSP UII (Dr.-Ing. Ir. Widodo, M.Sc.) menuturkan, bahwa FTSP UII sudah berkomitmen untuk diakui secara internasional. Hal ini tampak dari ketiga Program Studi S1 di FTSP (Teknik Sipil, Teknik Lingkungan dan Arsitektur) telah terakreditasi secara internasional. Kerjasama yang terjalin dengan UHM ini merupakan pengembangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di FTSP UII seperti akademik, seminar maupun kunjungan

Jum’at (23 Maret) Magister Arsitektur (M.Ars) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan studi banding dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bertempat  di Ruang Sidang Dekanat Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Rombongan diterima langsung oleh Ketua Program Magister  Arsitektur (Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D ) didampingi Ketua Program Studi (Prodi) Arsitektur (Noor Cholis Idham, Ph.D) dan beberapa dosen M.Ars. Delapan staff pengajar putri dan dua staff pengajar putra UMS  berkunjung ke M.Ars FTSP UII bermaksud untuk studi banding sehubungan dengan pembukaan M.Ars dan kurikulum yang ada di FTSP UII.

Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D Selaku Ketua Program M.Ars UII menyampaikan, tujuan didirikannya Magister Arsitektur di FTSP UII adalah untuk menghasilkan lulusan Magister Arsitektur yang mampu menguasai “State of The Art” perancangan arsitektur sebagai dasar untuk melakukan riset desain di bidang Arsitektur, mengelola Kurikulum M.Ars dengan komponen utama kajian metodologi riset arsitektur yang inovatif, kajian substansi tentang arsitektur Islami yang komprehensif, dan  thesis Magister Arsitektur yang teruji. Dengan demikian maka lulusan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan sebagai perancang, fasilitator masyarakat, wirausaha, ilmuwan dan teknokrat dalam bidang arsitektur.

Suparwoko mengaku,  secara garis besar dalam pembukaan Program Studi  diperlukan 9 (sembilan) kriteria yang mewadahi, Visi Misi, Tata Kelola, Mahasiswa dan Lulusan, Sumber Daya Manusia, Kurikulum, Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat, Prasarana dan dan Sarana, serta keuangan.  Ke-sembilan kriteria yang menjadi tolak ukur adalah krireria 5 (lima) mengenai kurikulum. Kata kunci tingkat kemampuan kerja dalam diskripsi KKNI masuk ke dalam level 8 (delapan) mengembangkan IPTEKS melalui riset inter atau multi disiplin, inovasi, dan teruji.

Ia menambahkan, dalam aspek berkelanjutan peningkatan jumlah input mahasiswa dengan promosi dan kerjasama yang inovatif. Promosi yang telah dilakukan selama ini berbentuk  Lomba Karya Ilmiah (LKI) Mahasiswa S1 dan seminar hasil LKI, konferensi Nasional karya tulis mahasiswa S1 dan S2 Arsitektur , pameran karya studio dan program akhir sarjana arsitektur, serta wisata kampus dan laboratorium.

Sementara sarana dan prasarana menjadi program Fakultas dan menjadi bagian Renstra FTSP UII, sehingga pengadaan prasarana dan sarana menjadi konsekuensi logis kebijakan, keberadaan dan pemenuhannya. Ungkapnya.

Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Selasa (20 Maret) bertempat di Auditorium Gedung Muhammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman, Yogyakarta menggelar Kuliah Umum Pakar yang bersifat  wajib bagi mahasiswa Studio Perancangan Arsitektur (STUPA) 4 (empat) Arsitektur.

Sebagai narasumber Ir.Tony Kunto Wibisono, M.Sc (Dosen Arsitektur UII) mengungkapkan, seiring dengan berjalannya waktu manusia selalu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya terutama lingkungan tempat mereka bermukim. Kebiasaan yang telah menjadi budaya atau adat istiadat telah terbentuk sedemikian rupa guna menjalankan kehidupannya berhubungan dengan lingkungan perumahan yang terjadi.

Ia menambahkan bahwa, masyarakat Indonesia telah terbiasa dengan perumahan yang menapak di tanah atau yang sering kita sebut dengan landed house. Segala macam budaya, kebiasaan, maupun adat istiadat yang berkaitan dengan tipologi perumahan landed house ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari.

Sehingga menurut Tony diperlukan  adaptasi, yang  merupakan upaya atau intervensi untuk  mengelola dan mengendalikan perubahan dalam konteks atribut fisik dan fungsional dari bangunan yang sudah ada. Karena realita bahwa bangunan sudah tidak layak digunakan atau dimanfaatkan dengan fungsi awal  ( melewati usia ekonomis bangunan).