FGD 1 FTSP UII, Human Capital Pengembangan Lingkungan Terbangun DIY

Pada tahap awal Jogja Development Forum (JDF) ini bermaksud untuk menemukenali profil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui suatu kelompok diskusi terfokus yang diberi nama Focus  Group Discussion (FGD), yang bertujuan untuk membahas dan merumuskan kondisi eksisting human capital di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta strategi pengembangannya. Semoga   pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersedia menerima SDM berkopetensi tinggi.  Ini adalah hal yang mendasar seperti human capital DIY untuk kesuksesan dan keberlanjutan pembangunan DIY masa kini dan mendatang.

Demikian dituturkan Dekan Fakulktas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Dr.Ing.Ir.Widodo, M.Sc dalam acara FGD 1 bertajub “Human Capital untuk Pengembangan Lingkungan Terbangun DIY” yang berlangsung pada Kamis (16 November) bertempat di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Diskusi yang digelar sejak pagi hari diikuti lebih dari 30 (tiga puluh) peserta profesionalisme seperti Pemda DIY, Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI), LPJK, KADIN, PERADI, Gapensi, Intakondo, Gapeksindo, serta perwakilan dari Perguruan Tinggi (PT) Negeri maupun Swasta dilingkungan Kopertis Wilayah V Propinsi DIY termasuk didalamnya dosen FTSP UII.

Sebagai nara sumber diskusi panel pakar adalah Kepala Bapeda DIY yang diwakili oleh Kepala Bidang Pemerintahan DIY membahas tentang Rencana Strategi Pembangunan DIY tahun 2017-2022, dan Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D (Dosen Arsitektur UII) mengupas Gagasan Konstelasi Ruang Lingkungan Terbangun Masa Depan untuk Kesejahteraan DIY yang difasilitatori oleh Ir.Akhmad Suraji, MT., Ph.D.IPM.

Dalam gagasan konstelasi ruang lingkungan terbangun masa depan, Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D memberikan pandangan bahwa  hal ini dilatarbelakangi oleh kurang seimbang pertumbuhan wilayah DIY dan penguatan Among Tani Dagang Layar (ATDL), potensi tata ruang keistimewaan DIY untuk meningkatkan pusat pusat pertumbuhan melalui rancang kota, perlunya peningkatan supplay perumahan di perkotaan Yogyakarta melalui pemanfaatan fasilitas publik, perlunya efektivitas pengaturan kawasan perkotaan Yogyakarta dan masalah kemacetan lalu lintas, dan potensi danais sekitar 500 milyar per- tahun.

Senada dengan Ir.Suparwoko, Kepala Bidang Pemerintahan DIY mengatakan bahwa Among Tani Dagang Layar (ATDL) bukan berarti terjadinya perubahan secara fisik dari petani menjadi nelayan, tetapi lebih sebagai terjadinya  shifting of mind (pergeseran pola pikir masyarakat) bahwa potensi kelautan yang sangat besar di bagian selatan  di DIY sudah waktunya menjadi fokus baru dalam upaya menyejahterakan masyarakat Yogyakarta.

Hal ini tentunya dikerjakan para pemangku kepentingan secara simultan,bersama-sama, terintegrasi, berkolaborasi, membentuk sinergi dalam mengembangkan potensi PANSELA Yogyakarta dalam sebuah konsep program yang besar dan mendasar. Jadi pemikiransemua “stakeholders” tidak hanya kearah daratan, tetapi mulai bergeser ke lautan dengan segala bidang usahanya. Ungkapnya.

Sementara para profesionalisme menyampaikan pandangannya melalui profil dan kopempetensi ekonomi, insinyur, arsitek, akuntan, lawyer, tenaga kerja dan industri, maupun ketenaga kerjaan kontruksi.