MENGKAJI UMMATAN WASATHO (MODERASI ISLAM)

Wasathiyah adalah ajaran Islam yang mengarahkan umatnya agar adil, seimbang, bermaslahat dan proporsional, atau sering disebut dengan kata ‘moderat’ dalam semua dimensi kehidupan. Umat Islam adalah khiyarunnas (umat pilihan), yang harus mampu menjadi penengah (Wasath). Menurutnya, salah satu permasalahan umat Islam saat ini adalah tidak mau menghargai perbedaan pendapat. “Dan ini yang harus kita perbaiki,” paparnya.

Demikian diungkapkan oleh KH. M. Ikhsanudin, M.Si., dari Institut Ilmu Al-Qur’an An Nur Yogyakarta dalam Kajian yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Senin, 26 April 2021 secara daring dengan zoom meeting.

Acara yang dibuka oleh Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D. tersebut mengusung tema “Ummatan Wasatho (Moderasi Islam)” dan diikuti oleh segenap dosen serta tendik dilingkungan FTSP UII.

Lebih lanjut, sosok yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al Munawir Krapyak dalam kesempatan tersebut mengutip firman Allah dalam surah Al-Baqarah:143

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”

Ia juga menjelaskan bahwa jika merujuk pada tulisan ulama Mesir Dr. Yusuf Al-Qardhawi, ciri-ciri ajaran Islam wasathiyah yaitu memahami realitas bahwa dalam ajaran Islam ada yang attawabit atau tetap iman, aqidah dan pokok-pokok ibadah dan al mutaghoyyirot atau bisa berubah sesuai perkembangan zaman, aulawiyah yaitu mengerti mana yang harus didahulukan, mengerti cara untuk membuat mudah masyarakat dalam ajaran islam, selalu melihat ayat-ayat secara komperhensif dan tidak terpotong-potong serta terbuka, mau dialog dengan kelompok lain.

“Dengan menerapkan wasathiyah, umat Islam diharapkan dapat menghargai perbedaan pandangan dan pemikiran tanpa mengesampingkan pada ajaran yang kita yakini,” pungkasnya.

Wallahu a’lam bishawab