Tenaga Laboran Teknik Sipil UII Ikuti Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi di Bandung

Dalam aktifitas sebuah laboratorium ada salah satu tenaga yang tidak bisa dipungkiri perannya dalam membantu para peneliti, analisis dan operatordalam menjalankan aktifitasnya di laboratorium. Yaitu tenaga laboran yang merupakan unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab menyediakan fasilitas laboratorium untuk berbagai kegiatan dan aktifitas yang akan dilakukan di laboratorium. Dimulai dari perawatan dan pengolahan laboratorium, persiapan uji coba atau analisa, bimbingan praktik hingga pendampingan pada waktu saat aktiftas kerja atau percobaan dilakukan.
http://fcep.uii.ac.id/images/berita_desember_2016/1.jpg

Mengingat peran seorang laboran sangat penting dalam menunjang seluruh aktifitas di laboratorium, maka kemampuan dan kompetensi seorang tenaga laboran penting untuk ditingkatkan. Hal ini perlu disiapkan mengingat kemajuan teknologi dan tuntutan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terus berkembang sehingga wawasan dan peran seorang tenaga laboran sangat dibutuhkan untuk menjawab semua tantangan tersebut.

Berujung dengan itu pada 21-28 Nopember yang lalu 4 (empat) laboran Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari Abdul Supardi, Suwarno, Sukamto HM, dan Yudi Falal mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi laboran bertempat di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jawa Barat.

Salah seorang peserta pelatihan dan sertifikasi kepada reporter menyampaikan bahwa, pelatihan ini berlangsung selama 1 (satu) minggu yang terdiri dari 36 jam. Salah satu materi narasumber yang disampaikan adalah tentang pengetahuan bahan jalan (aspal). Aspal dalam konstruksi perkerasan adalah bahan yang berfungsi sebagai bahan pengikat yang memberi ikatan  yang kuat antara aspal dan agregat (batuan), dan sebagai bahan pengisi yang mengisi rongga antara butir agregat dan pori pori yang ada di dalam butir  agregat sehingga lapis perkerasan kedap air.

Guna memenuhi fungsi aspal dengan baik, maka aspal harus memiliki sifat adhesi (kemampuan aspal mengikat agregat yang menghasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal) dan kohesi (kemampuan aspal untuk tetap di tempatnya setelah terjadi pengikatan) serta pada saat pelaksanaan aspal harus mempunyai tingkat kekentalan.

Selesainya ber-empat mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi, 3 (tiga) laboran lainnya (Pranoto, Sugiyana, dan Swandaru) pun menyusul guna mengikuti pelatihan yang sama pada 1-7 Desember.