Setelah melewati rangkaian kegiatan Pekan Ta’aruf dan ONDI, mahasiswa baru FTSP UII tahun akademi 2009/2010 tampak antusias mengikuti kuliah perdana yang diselenggarakan pada hari Selasa, 18 Agustus 2008 di ruang auditorium FTSP.  Sambutan selamat datang bagi mahasiswa baru disampaikan oleh Dr. Ruzardi, MS., selaku Dekan FTSP.  Tahun ini FTSP menerima sebanyak 406 mahasiswa baru dari 3 prodi yaitu dari Teknik Sipil sebanyak 189 mahasiswa, Arsitektur 168 mahasiswa, dan Teknik Lingkungan 49 mahasiswa. 
Setelah melewati rangkaian kegiatan Pekan Ta’aruf dan ONDI, mahasiswa baru FTSP UII tahun akademi 2009/2010 tampak antusias mengikuti kuliah perdana yang diselenggarakan pada hari Selasa, 18 Agustus 2008 di ruang auditorium FTSP.  Sambutan selamat datang bagi mahasiswa baru disampaikan oleh Dr. Ruzardi, MS., selaku Dekan FTSP.  Tahun ini FTSP menerima sebanyak 406 mahasiswa baru dari 3 prodi yaitu dari Teknik Sipil sebanyak 189 mahasiswa, Arsitektur 168 mahasiswa, dan Teknik Lingkungan 49 mahasiswa.  
{mosimage}
Dihadapan mahasiswa baru, Ruzardi menyampaikan bahwa keberhasilan diterima di FTSP UII merupakan suatu kebanggaan tersendiri.  Hingga saat ini FTSP telah meluluskan lebih dari 6500 alumninya.  Sudah banyak alumni yang sukses dalam karirnya sebagai konsultan maupun pengembang bahkan ada diantaranya menjabat sebagai kepala daerah.    Salah satu prestasi besar  yaitu proyek pembangunan jalan tol Cirebon – Semarang yang seratus persen murni merupakan karya alumni UII, ungkap Ruzardi.  
{mosimage}
Prestasi yang juga patut dibanggakan dari FTSP, menurut Ruzardi, yaitu keberhasilan Arsitektur UII masuk dalam jajaran tiga besar prodi Arsitektur terbaik di Indonesia, dan Teknik Sipil UII masuk peringkat 8 di Indonesia.  Sementara Teknik Lingkungan meski merupakan prodi yang paling muda namun dalam urusan prestasi juga tidak ketinggalan.  Diantara 3 prodi, lulusan Teknik Lingkungan memiliki masa tunggu kerja yang paling pendek sekitar 3 – 4 bulan.
{mosimage}
Sejalan dengan komitmen UII menuju world class university, maka FTSP juga telah menjalin kerjasama tingkat internasional antara lain dengan Universitas Hokkaido Jepang, Universitas Karlsruhe Jerman, dan TZW Jerman, EMU Turki, dan IAS Austria, papar Ruzardi.

Dalam kesempatan tersebut mahasiswa baru juga mendapat penjelasan profil fakultas yang disampaikan oleh Wakil Dekan Ir. Revianto Budi Santosa, M.Arch.  Mahasiswa dikenalkan dengan berbagai fasilitas mulai dari laboratorium, perpustakaan, layanan informasi akademik via internet, maupun fasilitas wi-fi yang bisa diakses di kampus.  

Kepada mahasiswa baru Revianto banyak memberikan tips-tips yang terkait dengan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.  Mahasiswa juga dituntut dari sekarang untuk meningkatkan kemampuan berbahasa terutama bahasa Inggris.  Hal ini penting karena salah satu persyaratan kelulusan adalah skor TOEFL minimal 450.

Di akhir penjelasannya, Revianto berpesan kepada mahasiswa baru agar menginvestasikan masa muda karena masa muda tidak akan bisa kembali lagi.   Manfaatkanlah masa muda dengan sebaik mungkin.  Jangan sampai masa kuliah 4 tahun ke depan terlewati dengan sia-sia, demikian antara lain pesan Revianto.  

Sebagai ungkapan perkenalan kepada mahasiswa baru yang hadir diberikan kenang-kenangan berupa Buku Rumah Tahan Gempa TUKU KALI yang disusun oleh Prof. Ir. Widodo, MSCE, Ph.D., pakar kegempaan UII.  

Selanjutnya di tempat terpisah mahasiswa baru diterima oleh prodi masing-masing.  Selain berkenalan dengan pimpinan Prodi dan dosen pembimbing akademik, mahasiswa juga mendapatkan penjelasan yang terkait dengan kegiatan akademik yang akan dijalani selama masa perkuliahan nantinya.  (Renny Wijaya)

Mulai Semester Ganjil 2009/2010 ini program studi teknik sipil FTSP UII sudah melakukan Kurikulum Baru 2009, Untuk lebih jelasnya lihat disini

{mosimage}Terjadinya beberapa bencana alam berupa gempa bumi akhir-akhir ini merubah paradigma masyarakat, dari yang semula menganggap bahwa bencana alam gempa bumi merupakan bagian yang terpisah dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan kalau terjadi maka memang merupakan takdir Illahi, maka sekarang telah bergeser bahwa gempa bumi merupakan bagian dari resiko kehidupan yang sewaktu-waktu akan terjadi. Permasalahannya adalah kapan gempa bumi akan terjadi dan di wilayah mana.

{mosimage}Terjadinya beberapa bencana alam berupa gempa bumi akhir-akhir ini merubah paradigma masyarakat, dari yang semula menganggap bahwa bencana alam gempa bumi merupakan bagian yang terpisah dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan kalau terjadi maka memang merupakan takdir Illahi, maka sekarang telah bergeser bahwa gempa bumi merupakan bagian dari resiko kehidupan yang sewaktu-waktu akan terjadi. Permasalahannya adalah kapan gempa bumi akan terjadi dan di wilayah mana.

Hal inilah yang melatarbelakangi diselenggarakannya seminar “Prediksi Kejadian Gempa Bumi: Konsepsi dan Aplikasinya di Indonesia”, Senin 3 Agustus 2009, bertempat di Gedung Prof. Dr. Sardjito kampus UII.  Seminar ini digelar sebagai rangkaian kerjasama Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, International Academic of Science (IAS), dan Universitas Islam Indonesia, terkait dengan penempatan alat deteksi gempa bumi Atropatena di Fakultas Teknik Sipil Perencanaan UII.

Rektor  UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, dalam sambutannya menyampaikan  penghargaan yang tinggi atas ditempatkannya Atropatena di UII.  Menurutnya, meskipun sampai saat ini belum terdapat peralatan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan untuk memprediksi akan terjadinya gempa bumi, usaha memprediksi gempa melalui Atropatena ini merupakan salah satu kontribusi keilmuan yang patut dihargai. 

“Penempatan Atropatena di UII merupakan sebuah kehormatan dan kepercayaan yang akan terus dijaga sehingga keberadaan alat ini benar-benar mendatangkan manfaat bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya,” ungkap Rektor dihadapan para peserta seminar.

Sementara itu keynote speech Gubernur DIY dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Ir. Bayudono, MSc.  Para pembicara yang hadir antara lain Dr. Priyadi Kardono, kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, dan Ir. Idwan Suhardi, MSc, Staff Ahli Kementrian Negara Riset dan Teknologi RI.

Pembicara dari kalangan akademisi menghadirkan pakar kegempaan UII Prof. Ir. Widodo, MSCE, Ph.D dengan makalah “Understanding the Development of the Earthquake Forecasting/Prediction and Natural Phenomena before The 27 May 2006 Yogyakarta Earthquake”. Sementara Dr. Wahyudi, pakar kegempaan UGM, mempresentasikan makalah “Atropatena: Paradigma Baru dalam Prediksi Gempabumi”. Diskusi dipimpin oleh moderator Prof. Ir. Sarwidi, MSCE, Ph.D.

Usai makan siang, presentasi dilanjutkan dengan penjelasan mengenai alat deteksi dini gempa bumi Atropatena oleh Prof. Elchin Khalilov.  Prof. Elchin Khalilov merupakan anggota International Council for Scientific Development, International Academic of Science (ICSD-IAS) yang telah meng-klaim menemukan alat untuk memprediksi kejadian gempa secara dini dengan ketepatan 90 persen.

{mosimage}Menurut Prof. Khalilov, Atropatena merupakan alat yang dikembangkan atas dasar teori medan gravitasi.  Alat ini bekerja atas dasar pendeteksian terhadap terjadinya anomali gravitasi yang terjadi mendahului gempa.  Saat ini sudah dipasang 3 stasiun Atropatena yaitu di Baku-Azerbaijan, Islamabad-Pakistan, dan Yogyakarta-Indonesia. Ketiga alat ini terhubung dalam sistem jaringan global yang diharapkan dapat mendeteksi gempa di dunia. 

Nantinya ketiga stasiun dapat menentukan waktu, posisi episenter, dan magnitudo gempa.  Kemampuan alat ini dapat memprediksi kira-kira 2 hari – 1 minggu sebelum kejadian gempa.  Namun peralatan tersebut harus melalui ujicoba terlebih dahulu sebelum secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

Malam harinya dilangsungkan launching Atropatena di Gedung Pracimosono Kompleks Kepatihan Yogya oleh Sekretaris Daerah Propinsi DIY, Tri Harjun Ismaji.  Selasa (4/8) siang Tim Atropatena dari FTSP UII, PUP-ESDM Yogyakarta, dan Prof. Khalilov juga diundang secara khusus oleh Gubernur DIY. (Renny Wijaya)