Makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya bermakna hari raya setelah menjalankan puasa ramadan, tetapi juga secara konseptual bermakna kembali suci seperti kita baru terlahir kedunia. Makna secara konseptual tersebut yakni kembali suci secara budaya telah diterima umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi.
Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud kembali suci dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Alloh SWT saja karena ini menyangkut habluminalloh, sedangkan kembali suci dari dosa-dosa kepada manusia atau habluminanas itu tidak otomatis teratasi. “Dan dua-duanya kita harapkan kita terbebas dari segala dosa, baik habluminalloh maupun habluminanas,” tuturnya.
Demikian dituturkan Dr. Drs. Rohidin, M.Ag. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni UII saat memberikan sambutannya dalam acara Syawalan Keluarga Besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) yang diselenggarakan pada Sabtu, 10 Syawal 1442 H/22 Mei 2021 secara daring dengan media Zoom meeting yang mengusung tema “Hikmah Pandemi dalam Meningkatkan Spiritual Menuju Hidup Berkualitas”.
Kegiatan yang diikuti oleh pimpinan fakultas, pimpinan jurusan, pimpinan prodi, dosen, tenaga kependidikan, perwakilan mahasiswa, purna tugas dan tamu undangan tersebut menghadirkan ustadz Ahmad Andres Bahari, MA yang menyampaikan hikmah syawalan.
Dalam kesempatan tersebut ustadz Andres mengungkapkan bahwa saat ini perjalanan kita posisinya ada dialam dunia, kita menanti kapan akan dipanggil oleh Alloh SWT. Pastinya dunia ini bukan tempat tinggal tapi tempat meninggal. Oleh karena itu ustadz Andres mengajak untuk meluruskan niat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan tanpa niat karena Alloh SWT, maka akan menjadi debu. “Lurus niat dalam setiap aktifitas merupakan pondasi yang kokoh buat kita semua,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa dalam meningkatkan spiritual menuju hidup berkualitas syaratnya adalah tobat, yaitu senantiasa bertobat dan mohon ampun kepada Alloh SWT., dan ikhlas, yaitu tidak mengungkit-ungkit apa yang telah dilakukan. “Selain syarat diatas, selalu tawakal, syukur, sabar, yakin dan jujur juga merupakan syarat dalam meningkatkan spiritual menuju hidup yang berkualitas,” imbuhnya.
“Sibukkan dengan hal yang wajib dan sunah, boleh sekali-kali mubah, tapi tinggalkan makruh dan campakkan haram,” pungkasnya.
Acara rutin tahunan tersebut secara resmi dibuka oleh Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D. dan ungkapan ikrar syawalan dipimpin oleh Ketua Ikatan Pegawai FTSP UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc.