“Jiwa Wilwatikta”, karya Tim UII yang di ketuai oleh Dr. Ir. Revianto Budi Santosa, M.Arch. dengan anggota Arif Rasipu, Fanji Tamara, Naura Hassa Lalitya Cornika, Nadya Putri Azzura, dan Zakiyya Rona Ariba berhasil meraih juara 3 dalam Sayembara Masterplan Museum Majapahit yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) Republik Indonesia (RI) bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Pemenang diumumkan pada Selasa, 4 Jumadilakhir 1447 H/25 November 2025 di Aula Gedung Kemenbud  oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon yang didampingi oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, Inspektur Jenderal (Irjen) Fryda Lucyana, Staf Ahli Menteri Kebudayaan Bidang Ekonomi dan Industri Kebudayaan Anindita Kusuma Listya, Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Media dan Komunikasi Muhammad Asrian Mirza, Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Annisa Rengganis, serta jajaran Kemenbud.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Umum IAI, Sandhy PH Sihotang, Wasekjen I IAI, Larasati Wijaya, Kepala Badan Sayembara Harly Valiant Noviano, dan Ketua Dewan Juri Sayembara, Endy Subijono.

Dalam sambutannya, Fadli Zon mengungkapkan bahwa Museum Majapahit akan menjadi museum paling lengkap yang menggambarkan kebesaran Kerajaan Majapahit. Menurutnya, museum tersebut tidak hanya menampilkan artefak masa lalu, tetapi juga menjadi ruang dinamis di mana sejarah Majapahit tidak hanya dilihat, tetapi dipelajari, dipahami, dan dihidupkan kembali sebagai sumber inspirasi masa kini dan masa depan.

Ia juga menyampaikan bahwa desain yang dicari tidak sekadar berupa bentuk arsitektur, melainkan strategi kebudayaan yang mampu merepresentasikan nilai-nilai Majapahit, seperti maritim, agraria, toleransi, dan kebhinekaan. Selain itu beliau memastikan perencanaan Museum Majapahit dibangun tidak hanya menggambarkan kejayaan masa lalu tetapi mampu berdialog dengan tantangan zaman dan menjadi ruang pembelajaran bagi generasi muda.

“Masterplan ini akan menjadi desain rancang Museum Majapahit yang kelak akan menjadi pusat pengetahuan kebesaran Kerajaan Majapahit,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Tim UII, Dr. Ir. Revianto Budi Santosa, M.Arch. menyampaikan total ada 142 pendaftar, dan hanya 55 peserta yang akhirnya mengirimkan karya mereka untuk dinilai. Dari 55 peserta tersebut dipilih sebanyak 9 peserta terbaik,  hingga berakhir dengan 3 karya yang terbaik. Penilaian dilakukan oleh para juri yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, yaitu dari arsitektur, sejarah, arkeologi, museologi, dan juga kebijakan kebudayaan.

Ia juga menambahkan bahwa sayembara tersebut dilaksanakan selama lima bulan, sejak Juni hingga Oktober 2025, mencakup rangkaian proses mulai dari pengumuman, pengumpulan karya, seleksi administrasi dan teknis, penjurian, hingga penetapan pemenang. Menurutnya, sayembara ini bertujuan untuk mendapatkan desain terbaik yang menggambarkan visi besar Museum Majapahit, serta menghasilkan konsep yang memperkuat nilai sejarah, arkeologi, serta jati diri budaya Majapahit. “Perancangan masterplan difokuskan di kawasan Trowulan, Jawa Timur pada lahan baru seluas ±4,58 hektare, dan area eksisting seluas ±5,43 hektare,” ujarnya.

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) sukses menyelenggarakan Webinar Series #2 The 8th International Conference on Sustainable Built Environment (ICSBE) 2025 secara daring pada hari Sabtu, 6 Desember 2025 bertepatan dengan 16 Jumadilakhir 1447 H. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian konferensi internasional ICSBE 2025 dengan tema besar “Vernacularizing Sustainability: Stories of Ideas, Spaces and Technologies”.

Webinar diawali dengan sesi pembukaan yang berlangsung sejak pukul 08.00 WIB, diawali dengan kehadiran peserta dari berbagai latar belakang akademisi, peneliti, hingga praktisi. Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FTSP UII, Prof. Dr.-Ing. Ar. Ilya Fadjar Maharika, M.A., IAI., yang menekankan pentingnya membangun jejaring lintas disiplin dan lintas negara dalam memahami keberlanjutan yang berakar pada kearifan lokal. Menurutnya, pendekatan keberlanjutan tidak dapat diseragamkan secara global, melainkan harus digali dari konteks sosial, budaya, dan lingkungan setempat.

Dalam sambutan berikutnya, Dr. Fajar Setiawan, M.Sc., Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia sekaligus peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyampaikan duka cita atas bencana alam yang terjadi di Sumatra. “Urgensi integrasi pengetahuan ekologi lokal dengan pendekatan ilmiah modern dalam menghadapi krisis lingkungan dan kebencanaan sangatlah penting”, ungkapnya. Dr. Fajar juga mengutip filosofi Jawa “Hamamayu Hayuning Bawono” yang bermakna memperindah dan menjaga dunia sebagai landasan etis dalam pembangunan berkelanjutan.

Sesi inti webinar menghadirkan dua narasumber utama. Prof. Ir. Dr. Ramli Nazir memaparkan pentingnya pendekatan geoteknik berbasis lokasi (site-specific) dengan memanfaatkan material lokal serta pengetahuan komunitas setempat. Ia menyoroti perlunya pengembangan standar dan spesifikasi lokal, termasuk pemanfaatan bambu, dan material tradisional lainnya, agar dapat diterapkan secara luas dan berkelanjutan.

Sementara itu, Ir. Ni Nyoman Nepi Marleni, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. menyoroti pengelolaan sumber daya air yang tangguh terhadap bencana melalui nature-based solutions. Ia menekankan bahwa solusi berbasis alam perlu dirancang sesuai karakteristik wilayah, sehingga tidak semata mengandalkan pendekatan teknis konvensional, tetapi juga selaras dengan sistem alam dan sosial setempat.

Setelah sesi pemaparan dan diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan panel session yang terbagi ke dalam empat ruang panel. Setiap panel membahas beragam topik mulai dari teknologi lingkungan, ekonomi sirkular, budaya, dan teknologi berbasis lokal, hingga kebijakan, etika konstruksi, dan keadilan sosial. Diskusi panel ini menjadi ruang pertukaran gagasan sekaligus wadah bagi peneliti muda untuk mempresentasikan hasil kajian mereka terkait keberlanjutan berbasis lokal.

Sebagai tindak lanjut, para pemangku kepentingan yang terlibat menyepakati sejumlah langkah strategis, antara lain pengembangan standar material lokal untuk aplikasi teknik, penyusunan seri Book Chapter Internasional vernacularizing sustainability, pemanfaatan data proyek percontohan untuk mendorong kebijakan pengadaan berkelanjutan, serta pendokumentasian pengetahuan tradisional untuk pengurangan risiko bencana. Kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah juga dinilai krusial untuk memastikan gagasan keberlanjutan berbasis lokal dapat diimplementasikan secara nyata.

Melalui webinar ini, ICSBE 2025 kembali menegaskan komitmennya sebagai ruang dialog internasional yang mendorong keberlanjutan tidak hanya sebagai konsep global, tetapi sebagai praktik yang tumbuh dari akar budaya dan kearifan lokal.

Fakultas Teknik Universitas Widya Gama (UWG) Malang melaksanakan kunjungan studi tiru ke Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) Yogyakarta pada Jumat, 5 Desember 2025 M/ 15 Jumadilakhir 1447 H. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya penguatan pengembangan akademik, khususnya dalam pengelolaan laboratorium Teknik Sipil serta penjajakan kerja sama di bidang publikasi dan penelitian.

Kunjungan yang berlangsung pukul 09.00 hingga 11.00 WIB tersebut diikuti oleh Wakil Rektor, Dekan Fakultas Teknik, Direktur Pasca Sarjana, Ketua Pusat Kajian Teknik Sipil, serta perwakilan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UWG Malang. Rombongan disambut oleh jajaran pimpinan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII beserta ketua jurusan, ketua program studi, serta Koordinator Laboratorium Teknik Sipil.

Dekan Fakultas Teknik UWG Malang, Dr. Ir. Candra Aditya, S.T., M.T., menyampaikan bahwa kegiatan studi tiru ini bertujuan untuk memperoleh wawasan dan praktik terbaik (best practices) dalam pengembangan laboratorium Teknik Sipil, baik dari aspek pengelolaan, pemanfaatan sarana prasarana, maupun integrasinya dengan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

“FTSP UII dikenal memiliki pengelolaan laboratorium yang baik serta budaya riset dan publikasi yang kuat. Melalui kunjungan ini, kami berharap dapat belajar dan mengadaptasi sistem yang relevan untuk peningkatan mutu pembelajaran dan penelitian di UWG Malang,” ujarnya.

Selain eksplorasi fasilitas laboratorium, agenda kunjungan juga diisi dengan diskusi mengenai peluang kerja sama publikasi ilmiah dan penelitian kolaboratif antara dosen dan mahasiswa kedua institusi. Kerja sama tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas luaran riset serta kontribusi nyata perguruan tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang teknik sipil.

Sementara itu, pihak Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII menyambut baik kunjungan tersebut sebagai bagian dari penguatan jejaring antarperguruan tinggi. Kolaborasi lintas institusi dinilai strategis untuk meningkatkan kualitas tridarma perguruan tinggi secara berkelanjutan.

Melalui kunjungan studi tiru ini, Fakultas Teknik Universitas Widya Gama Malang berharap dapat merealisasikan sinergi akademik yang berkelanjutan serta mengimplementasikan hasil pembelajaran ke dalam program pengembangan fakultas di masa mendatang. Kegiatan ini diakhiri dengan kunjungan ke beberapa laboratorium Teknik Sipil.

Sosialisasi Peraturan Kepegawaian Universitas Islam Indonesia (UII) diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) pada Selasa, 2 Desember 2025. Kegiatan yang berlangsung pukul 08.00–12.00 WIB menghadirkan dosen dan tenaga kependidikan FTSP  ini menjadi salah satu ikhtiar strategis dalam mewujudkan tata kelola sumber daya manusia yang transparan, adil, dan berorientasi pada kesejahteraan pegawai. Kegiatan ini dilatarbelakangi kebutuhan untuk memperkuat pemahaman dosen dan tenaga kependidikan terhadap berbagai regulasi kepegawaian yang berlaku di lingkungan Universitas Islam Indonesia, khususnya terkait cuti, fasilitas kesejahteraan, dan pensiun. Melalui sosialisasi ini, FTSP UII menegaskan komitmen untuk menghadirkan layanan kepegawaian yang tertib dan akuntabel.​

Salah satu fokus utama kegiatan adalah pemaparan peraturan mengenai cuti pegawai yang mencakup cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, hingga cuti karena alasan penting. Pemahaman yang tepat tentang jenis, ketentuan, dan mekanisme pengajuan cuti dinilai krusial agar pelaksanaannya tidak menimbulkan perbedaan penafsiran dan tetap sesuai prosedur. Penataan cuti yang baik diharapkan dapat menjaga disiplin kerja sekaligus mendukung kesejahteraan pegawai tanpa mengganggu produktivitas di lingkungan FTSP UII.

​Dekan FTSP, Prof. Ilya Fadjar Maharika dalam sambutannya menegaskan pentingnya sosialisasi regulasi kepegawaian sebagai pijakan bersama dalam membangun budaya kerja yang profesional, transparan, dan sesuai nilai-nilai keislaman yang menjadi ruh UII.​ Agenda sosialisasi ini juga menyoroti berbagai fasilitas kesejahteraan yang disediakan UII bagi pegawainya, antara lain program beasiswa pendidikan bagi anak pegawai serta bantuan pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Fasilitas tersebut merupakan bentuk nyata perhatian institusi terhadap kualitas hidup keluarga pegawai, yang diharapkan berbanding lurus dengan meningkatnya motivasi, kinerja, dan loyalitas kepada kampus. Dalam forum ini, mekanisme pengajuan serta kriteria pemanfaatan fasilitas dijelaskan secara rinci agar dapat diakses secara tepat dan merata.​

Kegiatan turut membahas secara khusus peraturan dan tata laksana pensiun pegawai, mengingat terdapat sejumlah dosen dan tenaga kependidikan FTSP UII yang memasuki masa purnatugas. Masih terbatasnya pemahaman terkait proses administrasi pensiun, hak-hak menjelang pensiun, hingga pengelolaan dana pensiun menjadi salah satu alasan pentingnya sesi ini. Dengan informasi yang lebih komprehensif, pegawai diharapkan mampu mempersiapkan masa pensiun secara matang, baik dari sisi administrasi maupun perencanaan kesejahteraan setelah pensiun.​

Sosialisasi menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Direktur Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII ,Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Ketua Pengurus Dana Pensiun Pegawai Yayasan Badan Wakaf UII, Syamsul Hadi, Drs., MS., Ak., CA. Keduanya memaparkan berbagai regulasi dan skema layanan kepegawaian secara sistematis, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang membuka ruang dialog antara peserta dan narasumber. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan FTSP menjadi sasaran kegiatan ini, sehingga pesan yang dibawa dapat menjangkau seluruh lini pengelola akademik dan administratif.​

Melalui penyelenggaraan Sosialisasi Peraturan Kepegawaian UII ini, FTSP UII berharap literasi administrasi kepegawaian di kalangan pegawai semakin meningkat dan selaras dengan kebijakan institusi. Pemahaman yang baik atas hak, kewajiban, dan fasilitas kepegawaian diyakini akan mendukung terciptanya lingkungan kerja yang sehat, produktif, serta berintegritas. Pada akhirnya, penguatan aspek kepegawaian ini diharapkan menjadi fondasi penting bagi lahirnya sumber daya manusia FTSP UII yang unggul dan sejahtera

Perubahan iklim yang semakin terasa dalam kehidupan sehari-hari mendorong kebutuhan akan hunian yang lebih tangguh dan adaptif. Menjawab tantangan tersebut, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) bekerjasama dengan Yayasan Habitat Kemanusiaan Indonesia (Habitat for Humanity Indonesia) menggelar Coffee Morning Lecture (CML) Episode 9 dengan tema “Kajian Rumah Adaptif Iklim” pada hari Jumat, 28 November 2025 bertepatan dengan 8 Jumadilakhir 1447 H. Acara yang berlangsung di Selasar Hall FTSP UII ini menghadirkan akademisi, praktisi, organisasi profesi, mitra pembangunan, serta warga penerima manfaat dari Desa Wunung, Gunungkidul.

CML #9 menyoroti urgensi perancangan rumah yang mampu merespons cuaca ekstrem, peningkatan suhu, hingga perubahan pola musim. Salah satu contoh implementasi nyata dibahas dalam program Rumah Habitat Adaptif Iklim di Desa Wunung, hasil kolaborasi FTSP UII dan Yayasan Habitat Kemanusiaan Indonesia.

Perwakilan PT Prudential Life Assurance Indonesia, selaku mitra pendukung program perumahan berkelanjutan, menegaskan komitmennya terhadap penguatan ketahanan masyarakat.

“Investasi terbaik adalah memastikan setiap keluarga memiliki rumah yang mampu melindungi mereka dari risiko iklim,” ujar Nuranisa Putri Matahari selaku Head of Community Investment Prudential Indonesia.

Dukungan lapangan turut ditegaskan oleh Habitat for Humanity Indonesia melalui asesmen, pendampingan, dan pembangunan rumah. “Solusi teknis harus selaras dengan budaya lokal dan melibatkan partisipasi masyarakat. Di situlah kekuatan rumah adaptif iklim,” ungkap Rudi Nadapdap, perwakilan Habitat for Humanity Indonesia.

Dekan FTSP UII, Prof. Ilya Fadjar Maharika, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata kontribusi perguruan tinggi bagi masyarakat.“Rumah adaptif iklim adalah bukti bahwa ilmu Arsitektur, Teknik Sipil, dan Lingkungan dapat berpadu untuk menghasilkan solusi yang membumi sekaligus visioner” ungkapnya.

 Dalam sesi pemaparan, Karnen Dasen, selaku pendamping lapangan, menggambarkan perjalanan panjang program di Wunung. “Kunci keberhasilan di Wunung adalah kepemilikan bersama. Warga tidak hanya menerima rumah, tetapi terlibat penuh dalam merancang hingga merawatnya.” Sementara itu, Prof. Suparwoko, peneliti utama kajian arsitektur adaptif, menjelaskan bahwa pendekatan adaptasi iklim menuntut desain yang lebih holistik.

“Orientasi matahari, ventilasi alami, konservasi air, material lokal, hingga kapasitas ekonomi warga—semua menjadi pertimbangan utama,” jelasnya.

Diskusi semakin menguat dengan hadirnya dua panelis yakni Ar. Erlangga Winoto, IAI, AA., Ketua Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta dan Ar. Daud Tjondro Rahardja, MBA., IAI., GP., Direktur Green Building Council Indonesia (GBCI). Keduanya sepakat bahwa model di Wunung memiliki potensi untuk direplikasi secara nasional. Desain adaptif iklim bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan masa depan Indonesia.

Acara ini dihadiri lebih dari 50 peserta secara luring ataupun daring dari berbagai kalangan baik dari kalangan mahasiswa, akademisi, lembaga pemerintah, organisasi profesi, hingga warga desa Wunung. Para penerima manfaat turut membagikan pengalaman bagaimana rumah baru mereka meningkatkan rasa aman dan kualitas hidup.

Sebagai penanggung jawab kegiatan, Ikrom Mustofa, menyampaikan bahwa hasil diskusi akan dirumuskan menjadi rekomendasi teknis dan kebijakan. “CML bukan hanya forum diskusi, tetapi ruang kolaborasi untuk melahirkan solusi nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

CML #9 kembali menegaskan bahwa membangun rumah berarti membangun masa depan yang lebih tangguh. Dari Desa Wunung, FTSP UII, dan para mitra berharap lahir model hunian adaptif iklim yang dapat diterapkan di seluruh Indonesia.

Kegiatan yang berlangsung sejak pagi hingga menjelang siang ini turut diliput oleh sejumlah media, baik cetak maupun daring, di antaranya:

https://beritabernas.com/dari-coffee-morning-lecture-ke-9-ftsp-uii-merancang-rumah-yang-mampu-bertahan-di-tengah-perubahan-iklim/

https://www.jogpaper.net/dekan-ftsp-uii-rumah-adaptif-iklim-kolaborasi-tiga-ilmu-untuk-solusi-membumi-dan-visioner/

https://kedu.suaramerdeka.com/yogyakarta/2116327525/merancang-rumah-yang-mampu-bertahan-di-tengah-perubahan-iklim