Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan pengajian menyongsong bulan ramadan 1446 H. Kegiatan Oasis Hikmah Ramadan dengan tema “Menghidupkan Ilmu” yang dihadiri oleh dosen dan tenaga kependidikan dilingkungan FTSP UII, tersebut digelar pada Kamis, 27 Februari 2025 di Auditorium Gedung Moh. Natsir Kampus FTSP UII dengan mengadirkan narasumber Saiful Aziz, S.H., M.H., dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII.

 

Secara resmi acara dibuka oleh Dekan FTSP UII, Prof. Dr.-Ing. Ar. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI. Dalam arahannya beliau menekankan pentingnya menuntut ilmu, bahkan di tengah kesibukan dunia kerja. Kajian kali ini diambil dari kitab Ihya Ulumuddin tentang menghidupkan ilmu-ilmu agama yang dapat tergambar kondisi lesunya kehidupan beragama saat itu, sehingga Imam al-Ghazali melakukan upaya untuk kembali menghidupkannya. Beliau juga mengajak untuk senantiasa mengembangkan pengetahuan agar dapat berkontribusi lebih baik dalam profesi masing-masing. “Kita semua dapat mencontoh tokoh-tokoh atau ulama-ulama terdahulu, terutama ilmunya yang dapat diterapkan dalam kehidupan saat ini,,” tuturnya.

Sementara itu, ustaz Saiful Aziz, S.H., M.H. dalam paparannya menyampaikan bahwa memahami ilmu sebelum melakukan suatu pekerjaan. Menurutnya, niat yang baik sangat berpengaruh dalam menjalankan berbagai amal, terutama dalam menyambut bulan ramadan yang penuh berkah ini. Beliau juga membahas terkait Kitab Ihya Ulumuddin yang merupakan karya fenomenal terbesar dan terpopuler Imam al-Ghazali. Ia menjelaskan bahwa kitab tersebut menjadi referensi dan sumber inspirasi para ahli dan pemikir, sekaligus menjadi pujian dari orang-orang yang mengaguminya atau bahkan yang berseberangan dengannya.

“Pokok pikiran yang dituangkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab tersebut adalah menjelaskan masalah ilmu yang menjadi media penghubung antara kehidupan dunia dengan akhirat, karena sebenarnya dunia adalah ladang akhirat,” ujarnya.

Program Studi (Prodi) Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Architectural Blue Ribbon Award (ABRA) XIII tahun 2025, yang kali ini hadir di ruang publik, dengan tujuan membawa arsitektur lebih dekat dengan masyarakat. Acara seremonial dan pameran diselenggarakan di kafe Mr. Like Coffee di Jl. Gambir, Kocoran, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Puncak kegiatan digelar pada 26 Sya’ban 1446 H/25 Februari 2025, dimana hal tersebut menjadi momen penting bagi para nominator terpilih untuk mempresentasikan karya terbaik mereka di hadapan dewan juri, Dr. Defry Agatha Ardianta, ST., MT., Co-Founder Ordes Arsitektur dan Ar. Sigit Kusumawijaya, S.T., M.Sc., IAI., GP., Principal Architect & Urban Designer SiG, Co-Inisiator Indonesia Berkebun.

Secara resmi acara dibuka oleh Ketua Prodi (Kaprodi) Arsitektur, Ir. Hanif Budiman, M.T., Ph.D., IALI., yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik, kegiatan tersebut menampilkan hasil pembelajaran studio yang dirancang dengan kurikulum adaptif, membekali mahasiswa dengan keterampilan yang selaras dengan perkembangan arsitektur masa depan. “Ini merupakan salah satu upaya memperkenalkan profesi arsitek dan karya arsitek pada masyarakat. Kafe sebagai ruang publik merupakan lokasi yang pas untuk mensosialisasikan dua hal penting tersebut,” tuturnya.

Pameran yang akan berlangsung hingga 3 Ramadan 1446 H/3 Maret 2025 tersebut dengan penuh antusiasme, para peserta menampilkan konsep desain mereka, membagikan gagasan inovatif, dan menunjukkan bagaimana arsitektur dapat menjawab tantangan yang dihadapi dalam studio masing-masing. Dewan juri pun memberikan review dan masukan berharga bagi para mahasiswa, tidak hanya dalam meningkatkan kualitas desain, tetapi juga memperluas wawasan arsitektur dan cara berpikir kritis dalam perancangan.

Mempelajari sejarah arsitektur penting untuk memahami warisan budaya dan nilai-nilai sosial yang berkembang di berbagai peradaban. Melalui sejarah arsitektur, dapat melacak perubahan dalam estetika, struktur, dan teknologi dari masa ke masa. Selain itu, sejarah arsitektur membantu dalam pelestarian bangunan bersejarah, yang memiliki nilai budaya dan edukasi bagi generasi mendatang. Dengan memahami konteks sejarah dari setiap bangunan, kita dapat menghargai warisan arsitektur dengan lebih baik.

Demikian disampaikan Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch, Ph.D., saat membuka  yang membuka Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia (SAKAPARI) seri 15 yang diselenggarakan oleh Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) pada Sabtu, 22 Februari 2025.

Kegiatan dengan mengusung tema “Merancang Masa Depan: Arsitektur Berbasis Sejarah, Budaya, dan Perilaku” yang digelar pada 23 Sya’ban 1446 H/22 Februari 2025 di Auditorium Gedung Moh. Natsir FTSP UII tersebut berkolaborasi dengan Laboratorium Reka Rancang Ruang yang dimiliki Program Studi Arsitektur FTSP UII. Berkenan mendukung acara tersebut, Universitas Aisyiah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

Narasumber yang dihadirkan dalam kesempatan tersebut adalah Kamil Muhammad, dari Design Director of pppooolll, Co-Founder ASF-ID., M. Galieh Gunagama, S.T., M.Sc. dan Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc., Ph.D. dari dosen Arsitektur FTSP UII, dengan moderator Aryo Akbar Aldiansyah, S.T., M.Arch.

Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII, Prof. Ar. Noor Cholis Idham, S.T., M.Arch., Ph.D., I.A.I. pada kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa seminar dan pameran tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara yang dilaksanakan setiap semester untuk membahas isu-isu seputar arsitektur, perkotaan, kawasan, dan lingkungan. “Isu-isu arsitektur yang terkait dengan sejarah, budaya, dan perilaku manusia menjadi aspek krusial dalam merancang masa depan,” tuturnya.

Jakarta, 23-26 Januari 2025 – Universitas Islam Indonesia (UII) turut berpartisipasi dalam Indonesia International Education Training & Expo (IIETE) 2025 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC). Dalam ajang ini, UII, termasuk Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), hadir dengan booth luas yang strategis, terletak tepat di pintu masuk Hall B. Dengan warna khas kuning dan biru, booth UII tampil mencolok dan menarik perhatian para pengunjung, terutama siswa SMA/SMK/MA yang ingin mengenal lebih dekat dengan UII.

Sejak hari pertama, antusiasme para pengunjung terlihat sangat tinggi. Banyak siswa yang awalnya datang dengan rasa ingin tahu, kemudian semakin tertarik setelah mendapatkan informasi lengkap mengenai UII, baik secara keseluruhan maupun terkait program studi yang diminati. Tim UII yang bertugas dengan penuh semangat menjelaskan berbagai aspek akademik dan keunggulan kampus, termasuk melalui tur virtual 360 derajat yang memungkinkan pengunjung merasakan suasana kampus secara langsung melalui layar interaktif. Tidak hanya itu, booth UII juga menyajikan berbagai informasi menarik, mulai dari sejarah universitas, beasiswa yang tersedia, hingga fakta unik seperti keberadaan candi Hindu di dalam lingkungan kampus Islam melalui sudut fun fact yang telah di siapkan.

Selain mendapatkan informasi akademik, para pengunjung juga dimanjakan dengan berbagai keuntungan, seperti kesempatan langsung membuat akun NIU (Nomor Induk UII) untuk proses pendaftaran, hingga pembelian formulir dengan cashback menarik. Kegiatan ini semakin semarak dengan berbagai hiburan dan aktivitas seru di booth UII, seperti permainan Spin Wheel dengan beragam hadiah menarik, serta photobooth sebagai kenang-kenangan bersama teman dan keluarga.

Puncak antusiasme terjadi pada hari keempat, 26 Januari 2025, ketika banyak siswa kembali datang bersama orang tua mereka untuk memperoleh informasi lebih mendalam terkait kualitas akademik, fasilitas, serta prospek masa depan di UII. Momen ini menjadi bukti bahwa UII mampu menarik perhatian dan kepercayaan calon mahasiswa serta orang tua mereka.

Sebagai penutup yang membanggakan, booth UII dianugerahi penghargaan sebagai Best Booth Design dalam IIETE 2025. Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa kehadiran UII di ajang ini tidak hanya memberikan informasi berkualitas kepada pengunjung, tetapi juga mencerminkan komitmen universitas dalam menghadirkan pengalaman terbaik bagi calon mahasiswa. Dengan pencapaian ini, UII semakin yakin untuk terus berinovasi dan memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan The 8th Civil Engineering Research Forum (CE ReForm) dengan tema “Transformasi Digital untuk Mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan yang Tangguh Bencana”, dengan cakupan sub-topik struktur, kebencanaan, transportasi, manajemen konstruksi, geoteknik, sumber daya air.

Acara yang digelar pada 23 Rajab 1446 H/23 Januari 2025 di Auditorium Gedung Moh. Natsir Kampus FTSP UII tersebut menghadirkan key note speaker Prof. Dr-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A. IAI., guru besar Jurusan Arsitektur FTSP UII, Dr.Eng. Adityawan Sigit, S.T., M.T., dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP UII, dan Ryan Susanto, S.T., M.Eng., CEO Progresi.

Prof. Dr-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A. IAI., dalam materinya “Konstruksi Digital di Era Antroposen Tantangan dalam Riset dan Adopsi Teknologi” memaparkan bahwa tahapan adopsi diawali oleh kesiapan individu untuk memasuki perubahan organisasi. Kesiapan harus meliputi kesiapan individu dan organisasi. Dimensi kesiapan meliputi sumberdaya manusia dan ginansial, budaya kerja, strategi, teknologi, Hasrat untuk inovasi, pengetahuan dan manajemennya, serta kerja sama dan jejaring.

Beliau juga menegaskan bahwa karakter organisasi yang siap yaitu Perusahaan mampu mendefinisikan problem dan prioritasnya, menyediakan infrastruktur dan dukungan terhadap inisiatif baru dan dinamika kerja, menggunakan data dan informasi dalam pengambilan keputusan, mengelola dan mengimplementasikan target atau indikator kinerja dalam sistem yang yang formal, merekrut sumber daya manusia yang terlatih, mengelola proses perubahan secara efektif termasuk praktik dan perilaku anggota.

Menurutnya, konstruksi digital sebagai bidang yang sedang berkembang menawarkan banyak opsi baik dalam pendidikan, riset, dan inovasi. “Tantangan terbesar adalah membangun peta jalan adopsi untuk konteks tertentu, pendidikan, organisasi bisnis konstruksi, manajemen bangunan dan lingkungan, dan menemukan koneksi yang tepat untuk itu,” paparnya.

Selanjutnya, Ryan Susanto, S.T., M.Eng., dengan tema “Manajemen Konstruksi dalam Transformasi Digital Kewirausahan Bidang Konstruksi” menyampaikan bahwa menjadi seorang entrepreneur di bidang konstruksi yang dibutuhkan seorang engineer adalah pengalaman kerja, kemampuan teknis yang mumpuni minimal 10 tahun, tim yang baik dan loyal, koneksi yang luas dalam pekerjaan, kemampuan pengelolaan keuangan. Selain itu juga adanya permodalan yang cukup, visioner terhadap tujuan kontraktor kedepan serta kemampuan dalam penguasaan perpajakan. “Kemampuan dalam pemahaman hukum dan kontrak konstruksi jga sangat dibutuhkan,” ujarnya.

Sementara itu, Dr.Eng. Adityawan Sigit, S.T., M.T., dalam materinya yang berjudul “Analisis Terpadu terhadap Ancaman Bahaya Banjir, Keterpaparan dan Faktor Sosial Ekonomi untuk Pengurangan Risiko Bencana yang Efektif di Indonesia” mengungkapkan bahwa manajemen risiko banjir di Indonesia, khususnya di Jawa, membutuhkan pendekatan multifaset yang mengintegrasikan data geografis, sosio-ekonomi, dan tata guna lahan. Penelitian tersebut menekankan pentingnya memahami karakteristik lokal seperti distribusi populasi, tingkat pendapatan, Tingkat pendidikan, dan pola penggunaan lahan untuk memitigasi risiko banjir secara efektif dan menyesuaikan strategi mitigasi untuk area tertentu. Temuan-temuan tersebut menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan kerentanan sosial, dampak ekonomi, dan tingkat pendidikan dalam menilai paparan risiko banjir. Sistem klasifikasi dan peta risiko yang diusulkan menyoroti perlunya kebijakan pencegahan dan mitigasi bencana yang ditargetkan, yang menggabungkan intervensi struktural dan inisiatif yang berfokus pada masyarakat.

Ia juga menganjurkan pendekatan terpadu terhadap manajemen risiko banjir, dengan merekomendasikan kombinasi yang lebih baik antara langkah-langkah struktural dengan strategi berbasis masyarakat. Pendekatan tersebut mengakui adanya kesenjangan sosial ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan dan mengusulkan strategi yang disesuaikan. “Untuk mengatasi tantangan kompleks risiko banjir di Indonesia, diperlukan pemahaman yang komprehensif mengenai faktor lingkungan dan sosial ekonomi, yang dapat memandu para pembuat kebijakan dan perencana untuk menyusun strategi mitigasi yang tepat, adil, dan efektif,” pungkasnya.

Acara yang diikuti oleh dosen, mahasiswa, praktisi serta peneliti tersebut secara resmi dibuka oleh Ketua Jurusan Teknik Sipil, Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D.