Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan The 8th Civil Engineering Research Forum (CE ReForm) dengan tema “Transformasi Digital untuk Mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan yang Tangguh Bencana”, dengan cakupan sub-topik struktur, kebencanaan, transportasi, manajemen konstruksi, geoteknik, sumber daya air.

Acara yang digelar pada 23 Rajab 1446 H/23 Januari 2025 di Auditorium Gedung Moh. Natsir Kampus FTSP UII tersebut menghadirkan key note speaker Prof. Dr-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A. IAI., guru besar Jurusan Arsitektur FTSP UII, Dr.Eng. Adityawan Sigit, S.T., M.T., dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP UII, dan Ryan Susanto, S.T., M.Eng., CEO Progresi.

Prof. Dr-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A. IAI., dalam materinya “Konstruksi Digital di Era Antroposen Tantangan dalam Riset dan Adopsi Teknologi” memaparkan bahwa tahapan adopsi diawali oleh kesiapan individu untuk memasuki perubahan organisasi. Kesiapan harus meliputi kesiapan individu dan organisasi. Dimensi kesiapan meliputi sumberdaya manusia dan ginansial, budaya kerja, strategi, teknologi, Hasrat untuk inovasi, pengetahuan dan manajemennya, serta kerja sama dan jejaring.

Beliau juga menegaskan bahwa karakter organisasi yang siap yaitu Perusahaan mampu mendefinisikan problem dan prioritasnya, menyediakan infrastruktur dan dukungan terhadap inisiatif baru dan dinamika kerja, menggunakan data dan informasi dalam pengambilan keputusan, mengelola dan mengimplementasikan target atau indikator kinerja dalam sistem yang yang formal, merekrut sumber daya manusia yang terlatih, mengelola proses perubahan secara efektif termasuk praktik dan perilaku anggota.

Menurutnya, konstruksi digital sebagai bidang yang sedang berkembang menawarkan banyak opsi baik dalam pendidikan, riset, dan inovasi. “Tantangan terbesar adalah membangun peta jalan adopsi untuk konteks tertentu, pendidikan, organisasi bisnis konstruksi, manajemen bangunan dan lingkungan, dan menemukan koneksi yang tepat untuk itu,” paparnya.

Selanjutnya, Ryan Susanto, S.T., M.Eng., dengan tema “Manajemen Konstruksi dalam Transformasi Digital Kewirausahan Bidang Konstruksi” menyampaikan bahwa menjadi seorang entrepreneur di bidang konstruksi yang dibutuhkan seorang engineer adalah pengalaman kerja, kemampuan teknis yang mumpuni minimal 10 tahun, tim yang baik dan loyal, koneksi yang luas dalam pekerjaan, kemampuan pengelolaan keuangan. Selain itu juga adanya permodalan yang cukup, visioner terhadap tujuan kontraktor kedepan serta kemampuan dalam penguasaan perpajakan. “Kemampuan dalam pemahaman hukum dan kontrak konstruksi jga sangat dibutuhkan,” ujarnya.

Sementara itu, Dr.Eng. Adityawan Sigit, S.T., M.T., dalam materinya yang berjudul “Analisis Terpadu terhadap Ancaman Bahaya Banjir, Keterpaparan dan Faktor Sosial Ekonomi untuk Pengurangan Risiko Bencana yang Efektif di Indonesia” mengungkapkan bahwa manajemen risiko banjir di Indonesia, khususnya di Jawa, membutuhkan pendekatan multifaset yang mengintegrasikan data geografis, sosio-ekonomi, dan tata guna lahan. Penelitian tersebut menekankan pentingnya memahami karakteristik lokal seperti distribusi populasi, tingkat pendapatan, Tingkat pendidikan, dan pola penggunaan lahan untuk memitigasi risiko banjir secara efektif dan menyesuaikan strategi mitigasi untuk area tertentu. Temuan-temuan tersebut menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan kerentanan sosial, dampak ekonomi, dan tingkat pendidikan dalam menilai paparan risiko banjir. Sistem klasifikasi dan peta risiko yang diusulkan menyoroti perlunya kebijakan pencegahan dan mitigasi bencana yang ditargetkan, yang menggabungkan intervensi struktural dan inisiatif yang berfokus pada masyarakat.

Ia juga menganjurkan pendekatan terpadu terhadap manajemen risiko banjir, dengan merekomendasikan kombinasi yang lebih baik antara langkah-langkah struktural dengan strategi berbasis masyarakat. Pendekatan tersebut mengakui adanya kesenjangan sosial ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan dan mengusulkan strategi yang disesuaikan. “Untuk mengatasi tantangan kompleks risiko banjir di Indonesia, diperlukan pemahaman yang komprehensif mengenai faktor lingkungan dan sosial ekonomi, yang dapat memandu para pembuat kebijakan dan perencana untuk menyusun strategi mitigasi yang tepat, adil, dan efektif,” pungkasnya.

Acara yang diikuti oleh dosen, mahasiswa, praktisi serta peneliti tersebut secara resmi dibuka oleh Ketua Jurusan Teknik Sipil, Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D.

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Dr.-Ing. Ar. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI. dan Ketua Program Studi (Prodi) Profesi Arsitek, Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmaji, S.T., M.T., IPM., IAI., menghadiri Peresmian Perumahan Layak Huni (Mahananni), kolaborasi Prodi Profesi Arsitek, Jurusan Arsitektur FTSP UII, Pemerintah Kota Yogyakarta, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kota Yogyakarta, Prodi Profesi Arsitek dan masyarakan Terban, Gondokusuman.

Acara yang dipusatkan di Kawasan RT. 02 RW. 01, Kelurahan Terban, Kemantren Gondokusuman pada Rabu, 15 Rajab 1446 H/15 Januari 2025 diresmikan oleh Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Ir. Sugeng Purwanto, M.M.A. ditandai dengan penandatanganan prasasti serta penyerahan secara simbolis kunci rumah kepada perwakilan warga.

Dalam sambutannya beliau mengungkapkan bahwa hasil penataan kawasan kumuh di Terban sangat luar biasa. Dari konstruksi, bangunan dan juga peran aktif dari masyarakat sangat membanggakan. “Tidak hanya tertata dan memberikan kenyamanan aspek lingkungan tapi juga keamanan,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas PUPKP Kota Yogyakarta, Umi Akhsanti, ST., MT. menjelaskan penataan permukiman kumuh di kawasan Terban adalah pilot project dengan konsep Mahananni. Menurutnya, kata mahananni dalam bahasa Jawa akan menjadi sebab selanjutnya. Diharapkan setelah ditata akan menjadi kampung yang lebih baik atau kampung madani.  Penataan kawasan kumuh di Terban seluas sekitar 2 hektare dan ada sekitar 22 kepala keluarga. “Selain permukiman, juga membangun talud dan saluran sanitasi,” ujarnya.

Prof. Dr.-Ing. Ar. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI. menyatakan bahwa kolaborasi tersebut merupakan salah satu dari beberapa kolaborasi dengan instansi pemerintah dan masyarakat. Menurutnya, Prodi Profesi Arsitek yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, dalam kolaborasi tersebut berperan aktif dalam penataan kawasan Terban untuk mewujudkan hunian yang nyaman dan aman. “Kegiatan ini merupakan contoh kolaborasi nyata perguruan tinggi dengan masyarakat yang perlu selalu dikembangkan di masa yang akan dating,” tuturnya.

Selanjutnya, Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmaji, S.T., M.T., IPM., IAI., menyampaikan bahwa Prodi Profesi Arsitek FTSP UII telah menerbitkan buku yang telah ber – ISBN, yaitu buku dengan judul “Vertikalitas Arsitektur Tradisional Jawa Pada Kawasan Bantaran Sungai” dan “Arsitektur Rumah Sehat Bantaran Sungai”. “Prodi Profesi Arsitek FTSP UII mendampingi masyarakat menghimpun permasalahan permukinan dan kebutuhan perumahan, serta menemani diskusi merancang bangunan rumah dan lingkungannya untuk mendapatkan alternatif desain yang adekuat, bertanggung jawab dan lestari,“ pungkasnya.

Sheila Aprilia Putri, mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakutas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2022 berhasil meraih prestasi membanggakan di Kejuaraan Karate Antar Mahasiswa dan Umum tingkat Internasional Piala Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) 2024.

Dalam event yang diselenggarakan pada 24-27 Jumadilakhir 1446 H/26-29 Desember 2024, di Graha Unesa, Kampus 2 Lidah Wetan, Surabaya, Jawa Timur tersebut, Sheila berhasil menyabet dua kejuaraan sekaligus, yaitu medali emas kategori Kumite -55Kg Perseorangan Mahasiwa & Umum Putri, dan medali perunggu untuk kategori Kumite -55Kg Perseorangan Mahasiswa Putri.

Dalam laporan singkatnya, Sheila Aprilia Putri mengutarakan bahwa pada kesempatan tersebut ada tiga kategori yang dipertandingkan, yaitu kategori terbuka, kategori mahasiswa, kategori TNI-Polri, dan kategori festival. “Ada sekitar 3.300 peserta berasal dari berbagai daerah yang turun diberbagai kategori,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa menurutnya, kejuaraan tersebut bukan sekadar ajang kompetisi dan perolehan medali, tetapi juga kesempatan untuk menunjukkan disiplin, semangat juang, dan kerja keras yang telah ditempa melalui latihan Panjang yang telah dilakukannya. “Karate bukan sekadar olahraga, tetapi juga filosofi hidup yang mengajarkan nilai-nilai seperti rasa hormat, keberanian, dan ketekunan, serta menciptakan momen berharga,” imbuhnya.

Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Dieas Natalis ke 60 Unesa tersebut memperebutkan total hadiah mencapai $3.000 USD.

Secara resmi acara dibuka oleh Wakil Rektor I Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Dr. Madlazim, M.Si., yang juga dihadiri jajaran unsur pimpinan UNESA, jajaran federasi olahraga karate, komite olahraga, dan organisasi olahraga terkait.

Dalam sambutannya, Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa tersebut menyatakan bahwa ajang tersebut bertujuan untuk mendukung para atlet Indonesia dalam meningkatkan kualitas pada tingkat regional, serta untuk mengukur kemampuan teknik atlet guna dijadikan bahan evaluasi dalam pembinaan prestasi atlet secara bertahap, berjenjang, bertingkat, dan berkelanjutan. “Kompetisi ini dimaksudkan untuk mencari bibit-bibit unggul dalam olahraga karate serta mempererat tali persaudaraan antar sesama pegiat atau atlet karate setanah air,” tuturnya.

Sementara itu, Afifan Yulfadinata, penanggungjawab kegiatan menjelaskan, bahwa kejuaraan tersebut diikuti sekitar 2.100 peserta pada kategori festival dan 1.061 peserta dalam kategori open. Kompetisi ini melibatkan total sekitar 3.000 atlet yang berasal dari berbagai provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia, dengan 126 kontingen dari seluruh Indonesia.