Pembelajaran secara daring harus direncanakan dan tidak hanya memindahkan pembelajaran luring ke daring. Memindahkan tatap muka luring menjadi kelas daring tidak sesederhana mendigitalkan materi pembelajaran dalam bentuk daring, melainkan lebih pada berinovasi dengan teknologi sebagai alat dalam menyampaikan materi. Dengan inovasi tersebut, dosen mampu memberikan berbagai macam pilihan dan konten yang terstruktur bagi peserta didik sehingga mereka dapat mendemonstrasikan apa yang dipelajarinya. “Tanpa penguasaan teknologi yang cukup, dosen bakal kesulitan menghasilkan inovasi yang dibutuhkan mahasiswa untuk bisa mengambil manfaat secara optimal lewat keterlibatan aktif dalam pembelajaran daring tersebut,” tuturnya.

Demikian sambutan singkat yang disampaikan Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D. saat membuka acara “Workshop Peningkatan Engagement Dosen-Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring” yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) pada 8 Safar 1443 H/15 September 2021.

Kegiatan yang diikuti sekitar 90 dosen di lingkungan FTSP UII tersebut menghadirkan narasumber Analisa Widyaningrum, S.Psi, M.Psi, Psikolog., Director & Founder Analisa Personality Development Center (APDC). Di awal materinya ia berinteraksi dengan peserta di mana salah satunya adalah menanyakan mengenai tantangan yang dihadapi dosen saat melakukan pembelajaran daring. Pertanyaan tersebut direspon dengan jawaban yang beragam. Ada yang terkendala koneksi jaringan internet kurang stabil, kurang kondusifnya situasi dan kondisi tempat berlangsungnya pembelajaran daring, bahkan ada yang terkendala ketika mahasiswa yang kurang interaktif ketika sedang diajak berdiskusi dengan dosen.

Lebih lanjut, Clinical Psychologist di Rumah Sakit JIH tersebut mengungkapkan bahwa di masa pandemi ini sangat penting untuk tetap produktif dan mengurangi stres. Terlebih, sekarang terjadi perubahan kebiasaan hidup yang tentunya berdampak dalam banyak hal, di antaranya adalah merasakan kelelahan berlebih, kehidupan sosial memburuk, kondisi emosi tidak stabil, kinerja menurun dan putus asa.  “Kita semua semua dalam kapal yang sama, tentunya mengalami dan menghadapi hal yang sama,” ujarnya.

Ia menyampaikan bahwa menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental merupakan suatu kondisi sehat utuh dengan mampu menyadari pikiran, perasaan, serta perilaku sehingga dapat produktif dan kolaboratif secara sosial dan ekonomi.  Menurutnya, saat ini mau tidak mau harus membiasakan diri menggunakan platform daring dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak siap maka akan menimbulkan rasa stres yang dapat memicu respons tubuh. “Hal tersebut jika tidak dikelola dengan baik, tentu dapat berakibat buruk, baik fisik maupun psikologis,” ungkapnya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama juga dipresentasikan hasil survey dosen dan mahasiswa terkait pembelajaran daring yang disampaikan oleh Prayogo Afang Prayitno,S.T., M.Sc.

 

 

Hijrah memiliki dua makna, yaitu hijrah secara tempat dan hijrah secara spiritual. Semangat hijrah spiritual adalah kita harus bertransformasi dan berevolusi menjadi lebih baik, walaupun hijrah secara tempat atau fisik tidak ada hijrah setelah fathul mekah. Namun, kita tetap harus melakukan hijrah spiritual, yaitu meninggalkan dari apa yang dilarang oleh Allah SWT menuju kepada yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Dalam kitab Ta’lim Muta’allim tertulis bahwa salah satu syarat menuntut ilmu adalah menjadi orang asing karena ketika kita menjadi orang asing, kita akan mempunyai kegigihan, keseriusan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan hal-hal baru di suatu tempat. “Imam-imam besar telah memberi contoh bahwa dengan berkelana, maka akan banyak ilmu yang didapat,” tuturnya.

Demikian disampaikan ustadz Drs. Agus Triyanta, M.A., M.H., Ph.D., dari Fakultas Hukum UII dalam materinya yang berjudul “Ngalap Berkah” Etos Kerja di sebuah kajian yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) secara daring pada 21 Muharram 1443 H/30 Agustus 2021 dan diikuti oleh dosen dan tendik.

Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa manusia diajarkan untuk selalu berhusnudzon kepada Allah SWT. Karena apapun yang dialami baik itu sesuai dengan keinginan kita ataupun tidak, yakinlah bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita menurut Allah SWT. Semua keadaan harus menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin dan itulah orang-orang yang beruntung. Maka dengan seperti itu, kita dapat memaknai hijrah dengan sebenarnya. “Kita dapat mengambil contoh dari Prof. Hamka yang dapat menyelesaikan tafsir Al-Azhar justru ketika berada di dalam penjara,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut ia juga menceritakan bahwa ada seorang nonmuslim yang bernama Park Chung-hee yang dikenal sebagai bapak pembangunan Korea Selatan, saat berkunjung ke Malaysia kagum dengan salah satu ayat Al Qur’an, dan olehnya dijadikan pedoman dalam pembangunan Korea Selatan hingga dapat maju pesat seperti saat ini.  “Hanya dengan satu ayat dapat merubah tatanan negara, bagaimana dengan kita yang mempunyai 6666 ayat dalam Al Qur’an seharusnya dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari,” jelasnya.

“Dalam memaknai Ngalap Berkah Etos Hijrah adalah kita harus ngalap, menggunakan atau mencari keberkahan dengan menghayati makna-makna dari hijrah tersebut,” pungkasnya.

Sementara itu, Dr. Ir. Revianto Budi Santosa, M. Arch., Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni dalam sambutan singkatnya saat membuka acara tersebut berpesan dan mengajak untuk memaknai tahun baru hijrah ini dengan semangat menuju kebaikan. Menurutnya hijrah secara fisik dalam sejarah Islam hanya hijrahnya Rasululloh SAW dari Mekah ke Yatsrib, tetapi secara maknawi kesempatan hijrah ini selalu ada setiap saat untuk melakukan semua hal atau keadaan menjadi lebih baik. “Kita masih dihidupkan oleh Allah SWT sampai saat ini, berarti kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk melakukan hal-hal kebaikan yang diridhoi Allah SWT,” ungkapnya.

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) terus berupaya untuk menjalin kerjasama baik dengan pihak internal maupun eksternal. Untuk kali ini kerjasama yang dijalin adalah dengan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Proses penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) secara resmi dilakukan oleh Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D. dan Ketua Dewan Pimpinan Propinsi (DPP) INKINDO DIY, Ir. Dwiaryo Dyatmiko, M.Si, AA, GA. pada Sabtu, 14 Dzulhijjah 1442 H/24 Juli 2021 secara daring.

Dalam sambutannya, Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D. menyampaikan bahwa MoU atau kerjasama tersebut sangat penting yang di antaranya untuk mengimplementasikan merdeka belajar kampus merdeka. Menurutnya, ke depan nanti lebih luas lagi cakupannya yaitu tidak hanya mahasiswa dan calon alumni, tapi juga bagi sesama pelaku di bidang profesional jasa konstruksi. “Lingkup kerjasama ini di antaranya dalam bidang pembelajaran di luar kampus, pendidikan, penelitian, pengembangan, dan pengabdian masyarakat baik di lingkungan FTSP UII maupun di INKINDO DIY. Selain itu juga dalam hal pembelajaran publik, misalnya seminar, workshop, dialog, atau webinar,” tuturnya.

Selain penandatanganan MoU, sebagai rangkaian dari agenda tersebut, pada kesempatan yang sama digelar webinar dengan mengangkat tema “Bisnis Konsultan di Masa Pandemi” dengan menghadirkan narasumber Ir. Dwiaryo Dyatmiko, M.Si, AA, GA. dengan materinya “Bisnis Konsultan Membangun Peradaban” dan Ir. ‪Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI, AA. dengan materinya yang berjudul “Bisnis Jasa Konstruksi di Masa Pandemi”.

Dalam paparannya, Ir. ‪Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI, AA. menyatakan bahwa terkait sumber dana dan relokasi selama pandemi, 31% perusahaan konsultan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pegawai tetap di bawah 10 orang, dan 28% lainnya melakukan PHK pegawai tidak tetap sebanyak 5 orang. Sedangkan sumber pendanaan perusahaan konsultan yang paling besar berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan yang paling kecil dari dana asing 34%. Sementara, perusahaan konsultan yang sumbernya APBD terkena dampak relokasi anggaran lebih besar 75%. “Ada sekitar 315 perusahaan konsultan yang sumbernya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terkena dampak relokasi anggaran antara 25%-50% sedangkan 35% perusahaan konsultan yang sumbernya Badan Usaha Miik Negara (BUMN) terkena dampak relokasi anggaran kurang dari 25%,” ungkapnya.

Ketua Program Studi (Kaprodi) Profesi Arsitek FTSP UII tersebut juga menjelaskan tentang Building Information Modeling (BIM) Project 4D & 5D Solusi Norma Baru, yaitu BIM level 0, mampu membuat gambar 2D dan tanpa kolaborasi, BIM level 1, pengguna BIM sudah mampu memodelkan gambar secara 3 dimensi, BIM level 2, kolaborasi pengguna BIM memodelkan gambar 3 dimensi disertai dengan perhitungan volume, schedule, dan biaya serta BIM level 3, berkoordinasi dengan pihak lain melalui layanan terpadu berbasis awan. “Mulailah bisnis Anda sendiri bukan hanya sebagai pekerjaan, namun sebagai cara hidup,” pesannya.

Sementara itu, Ir. Dwiaryo Dyatmiko, M.Si, AA, GA. diawal materinya menyampaikan visi, misi, struktur organisasi dan sebaran keanggotaan INKINDO DIY yang dikelolanya. Lebih lanjut ia juga mengungkapkan bahwa strategi optimalisasi jasa konsultasi secara digital adalah menggunakan metode baru yang berbasiskan teknologi informasi dalam menghasilkan produk jasa konstruksi, jasa konsultasi perancangan, jasa konsultasi pengawasan, jasa konsultasi kajian dan pekerjaan konstruksi. “sedangkan dalam hal perlindungan sumber daya manusia, selalu menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara maksimal, menjalin kerjasama dengan fasilitas kesehatan, memanfaatkan asuransi kesehatan atau perlindungan tenaga kerja dan Work from Home jika memungkinkan,” ujarnya.

Acara yang diikuti oleh sekitar 150 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa, alumni, praktisi dan konsultan tersebut diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab.

 

 

 

 

Senin, 16 Dzulhijjah 1442 H/26 Juli 2021, secara daring, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kajian rutin senin pagi dengan tema “Apa kata Al Qur’an tentang Waktu” dengan menghadirkan narasumber ustadz. Drs. H. M. Husein Dahlan, M.A. Beliau merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

Acara secara resmi dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FTSP UII, Dr. Ir. Kasam, M.T. yang dalam sambutannya berharap dengan diadakannya kajian ini agar seluruh civitas akademik FTSP UII dapat menambah ilmu dan pengalaman. Beliau juga berharap agar ilmu yang telah diperoleh nantinya dapat diteruskan kepada orang lain dan juga diamalkan. Selain itu juga mengajak kepada warga FTSP UII untuk selalu bersyukur. “Meskipun dalam suasana pandemi, tetapi kita wajib bersyukur, karena masih diberikan kesempatan untuk mengabdi di institusi tercinta ini,” tuturnya.

Sementara itu, ustadz. Drs. H. M. Husein Dahlan, M.A. dalam materinya mengungkapkan bahwa menurut beliau kehidupan ini adalah suatu perjalanan menuju tempat kembali. Perjalanan ini berangkat dari Allah dan akan kembali lagi kepada Allah. Menurutnya terdapat 3 alam dalam perjalanan tersebut yaitu yang pertama alam malakut (alam ruh) kemudian yang kedua yaitu alam rahim, lalu alam yang ketiga yaitu alam di dunia ini hingga meninggal kemudian berkumpul di padang masyhar.

Dari proses kehidupan waktu tersebut membutuhkan kendaraan yang berupa waktu. Kalau di dunia dihitung dengan hitungan hijriah dan juga hitungan masehi. Dalam surat Al-Hajj ayat 47 menjelaskan bahwa 1 hari di akhirat sama dengan 1000 hari di bumi. Dalam surat lain yaitu Surat Al-Mu’minun ayat 112-114 menjelaskan bahwa pada intinya manusia tinggal di bumi ini hanya sebentar saja.” Dengan adanya kedua surat tersebut yang menjelaskan perumpamaan waktu di akhirat dengan waktu di bumi, maka sebagai umat manusia tentunya kita semua dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya yang telah diberikan oleh Allah SWT.,” ungkapnya.

Lebih lanjut sosok yang pernah mengajar di FTSP UII selama puluhan tahun tersebut menjelaskan kandungan dalam firman Allah surat Ad-Dhuha dan surat Asy-Syams yang menjelaskan mengenai sinar matahari yang terbit di waktu dhuha.

Pada kesempatan tersebut ia juga menceritakan bahwa sempat bertemu dengan salah satu ustadz Arab, lalu berdiskusi mengenai makna dan kegunaan dari ayat yang ada di dalam surat tersebut. Warga Arab tersebut mengatakan bahwa barang siapa yang bisa memanfaatkan sinar matahari di waktu dhuha, dia akan terhindar dari sakit mata. Ia pun mempraktikkan apa yang beliau katakan. “Jadi matahari di waktu dhuha, ketika warna sinar matahari masih berwarna merah kemudian dipandang sekitar hitungan 10 hingga 20 detik kalau bisa dilakukan rutin setiap hari, maka akan terjadi perubahan mata yang positif,” ujarnya.

Dalam kajian yang diikuti oleh sekitar 70 peserta tersebut, ia menambahkan bahwa  sesuai ajaran Islam waktu siang digunakan untuk bekerja. Dan waktu malam digunakan untuk waktu istirahat. Namun akan lebih baik lagi meskipun malam hari digunakan untuk beristirahat tetapi dapat terbangun di sepertiga malam untuk melakukan ibadah sholat malam. Rasulullah bersabda bahwa jagalah 5 waktu sebelum datang 5 waktu. “Yang pertama jagalah waktu mudamu sebelum masa tuamu. Yang kedua jagalah waktu sempatmu sebelum waktu sempitmu. Yang ketiga jagalah waktu kayamu sebelum jatuh masa miskinmu. Yang keempat jagalah waktu sehatmu sebelum jatuh masa sakitmu. Yang kelima jagalah masa hidupmu sebelum masa matimu,” pungkasnya.