Senin, 16 Dzulhijjah 1442 H/26 Juli 2021, secara daring, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kajian rutin senin pagi dengan tema “Apa kata Al Qur’an tentang Waktu” dengan menghadirkan narasumber ustadz. Drs. H. M. Husein Dahlan, M.A. Beliau merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

Acara secara resmi dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FTSP UII, Dr. Ir. Kasam, M.T. yang dalam sambutannya berharap dengan diadakannya kajian ini agar seluruh civitas akademik FTSP UII dapat menambah ilmu dan pengalaman. Beliau juga berharap agar ilmu yang telah diperoleh nantinya dapat diteruskan kepada orang lain dan juga diamalkan. Selain itu juga mengajak kepada warga FTSP UII untuk selalu bersyukur. “Meskipun dalam suasana pandemi, tetapi kita wajib bersyukur, karena masih diberikan kesempatan untuk mengabdi di institusi tercinta ini,” tuturnya.

Sementara itu, ustadz. Drs. H. M. Husein Dahlan, M.A. dalam materinya mengungkapkan bahwa menurut beliau kehidupan ini adalah suatu perjalanan menuju tempat kembali. Perjalanan ini berangkat dari Allah dan akan kembali lagi kepada Allah. Menurutnya terdapat 3 alam dalam perjalanan tersebut yaitu yang pertama alam malakut (alam ruh) kemudian yang kedua yaitu alam rahim, lalu alam yang ketiga yaitu alam di dunia ini hingga meninggal kemudian berkumpul di padang masyhar.

Dari proses kehidupan waktu tersebut membutuhkan kendaraan yang berupa waktu. Kalau di dunia dihitung dengan hitungan hijriah dan juga hitungan masehi. Dalam surat Al-Hajj ayat 47 menjelaskan bahwa 1 hari di akhirat sama dengan 1000 hari di bumi. Dalam surat lain yaitu Surat Al-Mu’minun ayat 112-114 menjelaskan bahwa pada intinya manusia tinggal di bumi ini hanya sebentar saja.” Dengan adanya kedua surat tersebut yang menjelaskan perumpamaan waktu di akhirat dengan waktu di bumi, maka sebagai umat manusia tentunya kita semua dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya yang telah diberikan oleh Allah SWT.,” ungkapnya.

Lebih lanjut sosok yang pernah mengajar di FTSP UII selama puluhan tahun tersebut menjelaskan kandungan dalam firman Allah surat Ad-Dhuha dan surat Asy-Syams yang menjelaskan mengenai sinar matahari yang terbit di waktu dhuha.

Pada kesempatan tersebut ia juga menceritakan bahwa sempat bertemu dengan salah satu ustadz Arab, lalu berdiskusi mengenai makna dan kegunaan dari ayat yang ada di dalam surat tersebut. Warga Arab tersebut mengatakan bahwa barang siapa yang bisa memanfaatkan sinar matahari di waktu dhuha, dia akan terhindar dari sakit mata. Ia pun mempraktikkan apa yang beliau katakan. “Jadi matahari di waktu dhuha, ketika warna sinar matahari masih berwarna merah kemudian dipandang sekitar hitungan 10 hingga 20 detik kalau bisa dilakukan rutin setiap hari, maka akan terjadi perubahan mata yang positif,” ujarnya.

Dalam kajian yang diikuti oleh sekitar 70 peserta tersebut, ia menambahkan bahwa  sesuai ajaran Islam waktu siang digunakan untuk bekerja. Dan waktu malam digunakan untuk waktu istirahat. Namun akan lebih baik lagi meskipun malam hari digunakan untuk beristirahat tetapi dapat terbangun di sepertiga malam untuk melakukan ibadah sholat malam. Rasulullah bersabda bahwa jagalah 5 waktu sebelum datang 5 waktu. “Yang pertama jagalah waktu mudamu sebelum masa tuamu. Yang kedua jagalah waktu sempatmu sebelum waktu sempitmu. Yang ketiga jagalah waktu kayamu sebelum jatuh masa miskinmu. Yang keempat jagalah waktu sehatmu sebelum jatuh masa sakitmu. Yang kelima jagalah masa hidupmu sebelum masa matimu,” pungkasnya.

 

Meskipun dalam suasana pandemi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) tetap secara rutin menyelenggarakan kajian Senin pagi. Dalam menyiasati pelaksanaan kajian agar tetap berjalan yaitu dilakukan secara virtual dengan media Zoom.

Begitu juga pada kajian Senin, 28 Juni 2021, di mana pada kesempatan tersebut menghadirkan ustadz Habib Hasan Abdullah Alkaff, S.H., S.Pd., M.A.P., CI., dan dihadiri oleh sekitar 94 yang terdiri dari dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan FTSP UII.

Dalam uraian materinya beliau mengajak untuk selalu menerapkan optimal thinking, yaitu pikiran, hati, ucapan, dan perilaku untuk selalu positif. Menurutnya, dengan ber-husnudzon dengan siapapun, akan dapat mengambil ilmu dan hikmah pada setiap keadaan. “Berprasangka baik akan memberikan hikmah dalam setiap kondisi dan keadaan,” ujarnya.

Pria yang akrab dipanggil bang Hasan tersebut juga menyampaikan dan mengajak untuk selalu istiqomah dengan menerapkan 3T, yaitu Tunduk pada Allah SWT, Taat pada ajaran yang dibawa Rasulullah, dan Tawadhu’ pada guru, pimpinan, orang tua, dan orang-orang yang wajib dihormati. Dengan menerapkan 3T, Insya Allah keberkahan akan selalu menyertai, sehingga selalu dimudahkan dan selalu mensyukuri segala nikmat tanpa batas dan selalu bahagia tanpa syarat.

“Beliau juga mengutip surat Al-Insyiroh, yang dalam surat tersebut dijelaskan bahwa pada setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Pada masa pandemi ini, pasti Allah SWT menyertai kemudahan-kemudahan dan hikmah yang mungkin tidak kita sadari.” tandasnya.

Sosok yang berpengalaman dibidang Consultant of Marketing Communication & Customer Service, Public Relation maupun Service Excellence serta ahli dalam hipnoterapi tersebut, dalam kesempatan itu juga memberikan motivasi kata dalam penyampaian materinya, sehingga menambah suasana makin hidup dan para peserta semakin antusias dalam mengikuti kajiannya.

Acara yang secara resmi dibuka oleh Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, S.T, M.T., Ph.D. dalam sambutan dan arahannya mengajak kepada keluarga besar FTSP UII untuk selalu bersyukur. Menurutnya, pada masa pandemi ini, banyak sekali hikmah yang harus disyukuri. Selalu ada hikmah di balik musibah.

Beliau juga mengingatkan bahwa banyak sekali nikmat Allah SWT yang tidak bisa dihitung, tetapi wajib disyukuri. “Dengan bersyukur niscaya Allah SWT akan menambah nikmat dan segala urusan akan dimudahkan baik di dunia maupun akhirat,”pesannya.

Wallahua’lam bishawab

Remunerasi kinerja dosen bertujuan untuk memberikan penghargaan agar lebih terstruktur dan berkeadilan, menghindari duplikasi penghargaan, menghimpun data dan bukti aktivitas dan capaian dosen dengan baik serta menjaga dan meningkatkan kinerja dosen.

Syarat umum karya yang diajukan adalah mencantumkan UII sebagai afiliasi pengusul dan menyertakan email dengan domain uii.ac.id. selain itu karya tersebut belum pernah dan tidak akan diajukan untuk mendapatkan penghargaan sejenis di lingkungan UII serta dihasilkan paling lama satu tahun sebelum tahun anggaran berjalan. “Dosen yang berstatus sebagai dosen tetap dan tidak sedang dalam masa cuti di luar tanggungan dapat mengajukan remunerasi kinerja tersebut,” terangnya.

Demikian diutarakan Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si dari Direktorat Pengembangan Akademik UII, saat menyampaikan materinya yang berjudul “Peraturan Universitas Islam Indonesia tentang Remunerasi Kinerja Dosen di UII dan Peraturan Rektor UII tentang Pedoman Remunerasi Kinerja Dosen” dalam “Workshop Implementasi SIM Remunerasi Kinerja Dosen dan UII Portofolio” yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) pada 8 Dzulqa’dah 1442 H/19 Juni 2021.

Acara yang digelar secara daring diikuti oleh dosen dilingkungan FTSP UII dan secara resmi dibuka oleh Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D. tersebut juga menghadirkan Ahmad Fathan Hidayatullah, S.T., M.Cs., Kepala Bidang Pengembangan Badan Sistem Informasi (BSI) UII dengan materinya “Development System UIIPortofolio”.

Lebih lanjut, dosen Program Studi (Prodi) Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UII tersebut menambahkan bahwa karya, prestasi atau pencapaian dosen yang dapat diakui adalah bahan atau konten pembelajaran digital, buku, jurnal atau prosiding, paten, HKI, karya tulis populer atau karya tulis bermuatan keislaman yang dipublikasikan di media massa, bahan dan konten pengabdian kepada masyarakat dan/atau dakwah digital, reviewer jurnal dan perolehan sitasi. “Menjadi invited speaker dalam seminar nasional atau internasional, atau menjadi dosen tamu di perguruan tinggi luar negeri dapat diakui untuk mendapatkan remunerasi kinerja dosen,” imbuhnya.

Sementara itu, Ahmad Fathan Hidayatullah, S.T., M.Cs. pada kesempatan yang sama menjelaskan tentang integrasi antara sistem UIIPortofolio dan sistem luar. Landasannya ingin membangun database besar yang mengcapture semua data aktivitas karya dosen, yang dapat digunakan untuk keperluan CCP, PAK, BKD, Remunerasi dan sebagainya. “UIIPortofolio konsepnya adalah menyimpan data aktivitas dan karya dosen. Apa yang telah diinputkan di UIIPortofolio secara otomatis dimuat di UIIRemunerasi,” ungkapnya.
Workshop yang diikuti oleh sekitar 69 dosen tersebut diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab.

 

Makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya bermakna hari raya setelah menjalankan puasa ramadan, tetapi juga secara konseptual bermakna kembali suci seperti kita baru terlahir kedunia. Makna secara konseptual tersebut yakni kembali suci secara budaya telah diterima umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi.

Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud kembali suci dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Alloh SWT saja karena ini menyangkut habluminalloh, sedangkan kembali suci dari dosa-dosa kepada manusia atau habluminanas itu tidak otomatis teratasi. “Dan dua-duanya kita harapkan kita terbebas dari segala dosa, baik habluminalloh maupun habluminanas,” tuturnya.

Demikian dituturkan Dr. Drs. Rohidin, M.Ag. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni UII saat memberikan sambutannya dalam acara Syawalan Keluarga Besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) yang diselenggarakan pada Sabtu, 10 Syawal 1442 H/22 Mei 2021 secara daring dengan media Zoom meeting yang mengusung tema “Hikmah Pandemi dalam Meningkatkan Spiritual Menuju Hidup Berkualitas”.

Kegiatan yang diikuti oleh pimpinan fakultas, pimpinan jurusan, pimpinan prodi, dosen, tenaga kependidikan, perwakilan mahasiswa, purna tugas dan tamu undangan tersebut menghadirkan ustadz Ahmad Andres Bahari, MA yang menyampaikan hikmah syawalan.

Dalam kesempatan tersebut ustadz Andres mengungkapkan bahwa saat ini perjalanan kita posisinya ada dialam dunia, kita menanti kapan akan dipanggil oleh Alloh SWT. Pastinya dunia ini bukan tempat tinggal tapi tempat meninggal. Oleh karena itu ustadz Andres mengajak untuk meluruskan niat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan tanpa niat karena Alloh SWT, maka akan menjadi debu. “Lurus niat dalam setiap aktifitas merupakan pondasi yang kokoh buat kita semua,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa dalam meningkatkan spiritual menuju hidup berkualitas syaratnya adalah tobat, yaitu senantiasa bertobat dan mohon ampun kepada Alloh SWT., dan ikhlas, yaitu tidak mengungkit-ungkit apa yang telah dilakukan. “Selain syarat diatas, selalu tawakal, syukur, sabar, yakin dan jujur juga merupakan syarat dalam meningkatkan spiritual menuju hidup yang berkualitas,” imbuhnya.

“Sibukkan dengan hal yang wajib dan sunah, boleh sekali-kali mubah, tapi tinggalkan makruh dan campakkan haram,” pungkasnya.

Acara rutin tahunan tersebut secara resmi dibuka oleh Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D. dan ungkapan ikrar syawalan dipimpin oleh Ketua Ikatan Pegawai FTSP UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc.