UII-Gedung Auditorium Kahar Mudzakkir, Rapat Terbuka Senat Universitas Islam Indonesia dalam rangka MILAD UII ke-78 dengan tema: Resiliensi di Tengah Turbulensi digelar Jum’at (12/3). Sidang terbuka yang diselenggarakan secara terbatas dengan protokol Kesehatan ketat ini dihadiri oleh Ketua Senat Universitas, Ketua Majelis Guru Besar, Wakil Rektor, Dekan Fakultas di lingkungan Universitas Islam Indonesia serta diikuti secara daring oleh civitas akademika UII melalui zoom maupun streaming Youtube.

Rektor UII menuturkan tema Resiliensi di Tengah Turbulensi diangkat sebagai tema Milad ke-78 sekaligus sebagai bingkai program kerja di Tahun 2021 yakni cermat bertahan, sehat berbenah, dan pesat bertumbuh. Resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam kondisi yang sulit, situasi yang sulit ini disimbulkan dengan turbulensi. Ketika turbulensi terjadi, berbagai strategi harus diambil dalam waktu yang singkat, ungkapnya.

Pada kesempatan ini, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid menyampaikan perkembangan dan capaian yang telah diraih oleh Universitas Islam Indonesia di kala pandemik tahun 2020. Dalam masa pandemik UII telah melakukan berbagai adaptasi proses bisnis seperti mengembangkan ekosistem pembelajaran daring (berlangganan Panopto, Zoom), menerapkan KdR (Kerja dari rumah), membentuk Tim UIISiaga Covid, Membuat Panduan Mitigasi Pandemi, dll. “Pandemik bukan alasan untuk tidak berjalan maju” imbuhnya.

Dampak pandemik tidak pula membuat UII tinggal diam dengan melakukan kepedulian kepada civitas baik berupa bantuan kuota internet untuk 7.247 mahasiswa yang mengajukan, pemotongan SPP terdampak, dan bantuan Kesehatan untuk pensiunan, tendik, mahasiswa. UII juga melakukan kepedulian kepada publik dengan turut serta memproduksi APD, memberikan bantuan sembako, mewadahi 570 UMKM dalam warungrakyat.uii.ac.id, serta berbagai riset terkait covid-19, ungkap Rektor UII.

Selanjutnya, Rektor UII membeberkan tentang Pengembangan Akademik Program Studi. Pengembangan difokuskan pada 3 aspek, yaitu pengembangan kualitas dan kapasitas program studi, pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang sejalan dengan program merdeka belajar, dan peningkatan kapasitas dosen dalam pembelajaran. Saat ini berdasarkan UI GreenMetric World University Rankings 2020, UII berada dalam posisi 8 nasional PTS paling lestari di Indonesia. Selain itu, UII masuk dalam Klaster II yang dikeluarkan oleh kemendikbud pada Agustus 2020 dan banyak prestasi lainnya, ungkap Rektor UII.

Dalam Rapat Terbuka Senat ini dibacakan pula Raihan Penghargahan bagi Dosen dan Tenaga Kependidikan oleh Kepala Bidang Etika dan Hukum, Syarif Nurhidayat, S.H., M.H.

Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.Es., Ph.D. yang juga merupakan Ketua Program Studi/Jurusan Teknik Lingkungan berhasil meraih penghargaan sebagai Dosen berprestasi ketiga dalam bidang Sains dan Teknologi tahun 2020. Prestasi membanggakan juga ditorehkan Uswatun Khasanah, S.E. yang berhasil menjadi Tenaga Kependidikan Tetap Terbaik Universitas Islam Indonesia Tahun 2020 dan berhak mendapatkan hadiah berupa biaya menunaikan ibadah umroh secara penuh.

Raihan Penghargaan kesetiaan mengabdi 25 tahun diraih oleh Setya Winarno, S.T., M.T., Ph.D.; Albany Musyafa’, S.T., M.T., Ph.D.; Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D. dan bagi mereka yang meraihnya berhak mendapatkan piagam penghargaan serta insentif sebesar sepuluh juta rupiah.

Sementara itu, penghargaan kesetiaan 35 tahun mengabdi diraih oleh Dr. Ir. Edy Purwanto, CES, DEA. dan Prof. Ir. Mochamad Teguh, MSCE., Ph.D. Penerima penghargaan ini mendapatkan piagam penghargaan serta insentif sebesar lima belas juta rupiah.

Program Studi Doktor Teknik Sipil (PDTS), Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan atau Asesmen Lapangan (AL) dari  Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Mempertimbangkan situasi pembatasan di masa pandemi covid-19, kegiatan Asesmen Lapangan ini dilakukan secara daring (dalam jaringan) pada hari Senin – Selasa, 8 – 9 Maret 2021. Tim asesor yang ditunjuk oleh BAN-PT untuk kegiatan AL ini adalah Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. M. Saleh Pallu, M.Eng.

Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc. saat mengawali proses asesmen lapangan menyampaikan bahwa keuntungan daring ini selain bisa mencermati format penilaian yang ketat dan mencocokkan bukti kegiatan yang dideskripsikan dalam borang, BAN-PT juga bisa sepenuhnya langsung menyaksikan dan memverifikasi bukti kegiatan tersebut agar dapat diperiksa kebenarannya.

“Pada dasarnya aktivitas AL secara daring bertujuan sama dengan asesmen konvensional yaitu memverifikasi kegiatan prodi sesuai dengan yang tercantum di borang,” tuturnya.

Temu dalam jaringan tersebut dimulai dari jajaran pimpinan fakultas dan unit pendukungnya, Badan Sistem Informasi (BSI), Badan Penjaminan Mutu (BPM), Direktorat Perpustakaan, Badan Pengembangan Akademik (BPA), Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) dan dengan pengelola prodi Doktor Teknik Sipil. Selain itu, dalam AL ini juga dilakukan wawancara dengan tendik dan mahasiswa PDTS.

Berkenan bergabung dalam Asesmen Lapangan tersebut, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., Direktur Perpustakaan, Joko Sugeng Priyanto, SIP., M.Hum., Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Eng. Hendra Setiawan, S.T., M.T., Direktur Pengembangan Akademik, Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si., Direktur Pengembangan Karier dan Alumni, Abdurrahman Al-Faqiih, S.H., M.A., LLM., Kepala Badan Sistem  Informasi, Mukhammad Andri Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D., Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan/Rumah Gagasan, Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI.

Selain itu juga ada Kepala Badan Penjaminan Mutu, Kariyam, S.Si., M.Si., Kepala Bidang Audit Mutu Internal, Dr. Rina Mulyati, S.Psi., M.Si., Kepala Divisi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Agung Nugroho Adi, S.T., M.T., Kepala Bidang Operasi Badan Sistem Informasi, Ari Sujarwo, S.Kom., M.I.T., Kepala Divisi Teknologi Informasi Direktorat Perpustakaan, Muhammad Jamil, S.IP., Kepala Divisi Promosi, Galang Prihadi Mahardhika, S.Kom., M.Kom. Pimpinan Fakultas, serta Pengelola Jurusan dan Prodi  Teknik Sipil FTSP UII.

Selanjutnya, pada hari kedua dilakukan peninjauan fasilitas laboratorium dan perangkatnya yang dilakukan secara live dengan mobile camera dan zoom meeting.

Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc. saat melakukan asesmen lapangan secara daring.

Prof. Dr. Ir. M. Saleh Pallu, M.Eng. saat melakukan asesmen lapangan secara daring.

Para asesor saat melakukan asesmen lapangan secara daring

 

Prof, Noor Cholis Idham, ST., M.Arch., Ph.D., IAI   resmi menyandang gelar sebagai salah satu Profesor di Universitas Islam Indonesia (UII). Pencapaian gelar profesor ini merupakan profesor pertama yang dimiliki oleh Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII. Dirinya meraih jabatan Profesor/ Guru Besar dalam bidang Arsitektur, yang saat ini juga masih menjabat sebagai Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII.

Penyerahan Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Akademik Profesor diserahkan oleh Prof.Dr. Didi Achjari, SE., M.Com., Akt. selaku Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V kepada Rektor UII (Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D.) selanjutnya diserahkan langsung kepada Prof. Noor Cholis Idham, S.T., M.Arch., Ph.D., IAI. pada Selasa (9 Maret) bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) UII Jl. Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.disaksikan oleh Ketua Badan Wakaf UII (Drs. Suwarsono Muhammad, M.A.), Pimpinan Fakultas, Jurusan, serta Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII.

Rektor UII (Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.) dalam kata sambutannya menuturkan menjadi guru besar atau profesor tidak dapat dialami semua dosen. Dari 291.623 dosen yang terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (pddikti.kemdikbud) hingga saat ini 9 Maret 2021 yang tersebar di 4.611 perguruan tinggi, dan hanya 5.364 (Sinta, sinta.ristekbrin)  yang mempunyai jabatan akademik guru besar alias hanya 1,8%. Karenanya, banyak harapan publik digantungkan kepada pemegang jabatan akademik ini.

Meski dari sisi cacah, guru besar adalah kalangan terbatas, namun tidak boleh bersikap elitis. Guru besar tidak lantas merasa berhak mengasingkan diri dan hidup di menara gading, tetapi justru sebaliknya, harus tetap membumi dan terlibat dalam banyak aktivitas akademik dan pemecahan masalah nyata di lapangan. Guru besar adalah pengawal pengembangan ilmu pengetahuan yang relevan dengan zaman. Ini adalah syarat penting kemajuan sebuah peradaban manusia.

Seorang guru besar jangan sampai lupa dengan tugas utamanya dalam pengembangan ilmu ungkap Prof. Fathul Wahid, tetapi ilmunya pun harus diajarkan dan disebarkan kepada publik. Jabatan apapun yang diembannya jangan sampai menjadi alasan untuk berhenti mengembangkan diri, meneliti, dan menulis. Saya juga mengharapkan para guru besar memperluas bacaan untuk memperkaya perspektif terkait dengan konteks.

Ada kalanya tambahnya, para guru besar berani mulai menapaki jalan sunyi yang tidak banyak orang berpikirian serupa. Sekali lagi, tidak selalu mudah dan bebas risiko, tetapi bukankah bola salju yang besar selalu berawal dari kepal salju yang kecil?

Oleh karenanya kata Prof.Fathul Wahid, seorang guru besar sudah saatnya meneguhkan diri menjadi pemikir mandiri dengan referensi yang kaya dan argumen kuat, serta tidak lagi terbawa arus narasi publik. Keteguhan ini menjadi semakin penting di era paskakebenaran ketika opini sarat kepentingan lebih dikedepankan dibandingkan fakta.

Jika ini yang dilakukan, maka, para guru besar tidak lagi membangun argumen hanya untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan sesaat. Sampai level tertentu, bisa jadi semangat altruisme, berkorban untuk orang lain dan institusi, diharapkan melekat pada para guru besar. Inilah saatnya mengasah kebahagiaan ketika mampu memberi, dan tidak lagi terlalu menikmati suka ketika menerima.

Pesan-pesan ini tidak hanya valid bagi guru besar baru, tetapi untuk semua guru besar, termasuk saya (ungkap Prof.Fahul Wahid). Bahkan, pesan-pesan ini pun relevan untuk semua dosen. Tantangan berat yang mungkin dihadapi tidak lantas menjadikan pesan-pesan tersebut tidak valid. Ruang diskusi tentu tetap terbuka.

Prof. Fathul Wahid menitipkan pesan, izinkan saya menitipkan beberapa permintaan atas nama UII. Pertama, mohon bantuannya untuk mendorong dan membesarkan UII dalam rel moral dan akademik dengan standar tinggi. Isu ini menjadi penting ketika kita dengar ada kabar bahwa  dosen atau peneliti yang menjadikan jabatan akademik guru besar menjadi tujuan dan bahkan mengabaikan etika untuk mendapatkannya.

Kedua, mohon bantuan dalam mendampingi para dosen yang lebih muda secara akademik. Saya memilih menggunakan pendampingan untuk menjaga semangat kolegial. Di kampus, teori manajemen sumber daya konvensional tidak selalu relevan, karena atasan atau bawahan hanya merupakan pembagian peran dalam bingkai waktu tertentu.

Di belakang suami yang hebat, dapat dipastikan ada istri sebagai pendamping yang lebih hebat. Saya percaya, ikhtiar dan doa suami istri ibarat bejana berhubungan yang saling menyeimbangkan. Karenanya, saya titip satu pesan tambahan: jangan lupa berterima kasih kepada istri dan anak-anak. Tutup Prof.Fathul Wahid.

Sabtu (20 Pebruari) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia ke-7 (SAKAPARI 7) secara daring bertajub Pengelolaan Cagar Budaya di tengah Krisis.

Dekan FTSP UII (Miftahul Fauziah, Ph.D) dalam sambutannya menuturkan, Jurusan Arsitektur UII secara periodik menyelenggarakan Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia atau SAKAPARI, dan saat ini adalah SAKAPARI yang ke-7.

Di era kemajuan teknologi saat ini Ungkap Miftahul Fauziah, terlebih sedang masa krisis akibat pandemi maka bukan turis yang datang ke Indonesia menikmati heritage yang ada. Dan salah satu pelestarian dan pemanfaatannya bukan membawa orang datang ke heritage tersebut, akan tetapi cagar budayanya yang di bawa kepada mereka dengan kemajuan teknologi secara virtual.

Oleh karena itu, imbuh Miftahul Fauziah, pelestarian arsitektur di tengah krisis yang diakibatkan oleh pandemi seperti Covid-19 tetap harus dilakukan untuk kepentingan lintas generasi.

Sementara Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII (Prof. Noor Cholis Idham, Ph.D., IAI) dalam seminarnya mengatakan, heritage atau cagar budaya harus terus dilestarikan. Bukan hanya sebagai benda museum saja yang hanya dipertahankan keasliannya, namun juga harus memberikan manfaat bagi kehidupan sosial dan ekonomi dimana heritage itu berada. Heritage itu kedepan harus dapat diwariskan dan dilimpahkan kepada generasi kita selanjutnya agar mereka juga dapat mengambil manfaat dari yang kita ditinggalkan.

Lebih jauh disampaikan, pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini sudah mengubah sendi-sendi kehidupan, termasuk di dalamnya kondisi pengelolaan warisan budaya. Padahal di tanah air ini terdapat banyak heritage yang didalamnya tentu perlu dijaga keberadaannya.

Intinya bahwa, keberadaan warisan budaya dari pendahulu kita itu harus kita jaga untuk bangsa ini dan anak cucu kita kelak kemudian hari. Semua itu penting agar tetap bisa sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kelangsungan hajat hidup orang di negara ini. Tutup Prof. Noor Choolis.

SAKAPARI 7 menghadirkan narasumber Prof.Ir. Antariksa M.Eng., Ph.D (Universitas Brawijaya) mengatakan, jika suatu bangunan heritage sudah hancur, kemungkinan besar tidak bisa direkonstruksi kembali. Hal itu karena bahannya dan struktur bangunannya sudah berubah.

Kalau kita perhatikan banyak beberapa candi di Indonesia itu banyak yang tidak direkonstruksi karena data historis dan data arsitekturnya tidak ada, sehingga mereka tidak berani. Sebuah heritage bisa memiliki fungsi baru, namun bukan bentuk baru. Penambahan bangunan tidak boleh mengganggu bentuk aslinya. Ungkap Prof. Antariksa.

Seminar dipandu oleh Dr-Ing. Nensi Golda Yuli yang dihadiri dan menyampaikan kata sambutan Wakil Rektor UII Bidang Networking dan Kewirausahaan (Ir.Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D), Dekan FTSP (Miftahul Fauziah PhD), Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII (Prof. Noor Cholis Idham, Ph.D., IAI), Segenap Ketua Program Studi, yang diikuti oleh 114 penyaji paper dari dalam dan luar UII. (h).

Pendirian UII pada 27 Rajab 1364 merupakan ikhtiar membangun peradaban. Harapan kolektif para pendiri digantungkan. Sejak awal, UII diharapkan menjadi aktor penting yang menyiapkan anak bangsa untuk membangun peradaban baru Indonesia dan Islam. Catatan sejarah menunjukkan itu semua.

Kini, usia UII menginjak 78 tahun menurut kalender hijriah. Kondisi UII saat ini merupakan akumulasi kerja peradaban para pendiri dan pendahulu. Tak seorang pun berhak mengklaimnya sebagai hasil kerja personal. Jika ada (semoga tidak), klaim seperti itu adalah simbol arogansi karena menafikan kontribusi banyak orang.

Kemurahan Allah Swt. telah mengantarkan UII dalam kondisinya yang sekarang. Tanpa bermaksud membanggakan diri, kerja kolektif kita semua, telah menjadikan UII masuk dalam jajaran perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan dikenal kolega-kolega di manca negara. Jaringan global pun semakin tertata. Keterlibatan aktif UII di beragam konsorsium internasional dapat menjadi indikasi. Publikasi ilmiah para warganya di kanal internasional dan pengakuan beragam lembaga akreditasi internasional juga semakin menegaskan. Tentu, capaian ini perlu disyukuri bersama, dengan penuh catatan.

Demikian dituturkan Prof. Fathul Wahid (Rektor UII) dalam kata sambutan dan pengantar workshop “Menuju FTSP 2045: Rebranding dan Reconfiguring”secara daring yang digelar Fakultas Teknik Sipil dan Perencaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Rabu (17 Pebruari). Workshop dihadiri tidak kurang dari 150 dewan dosen dan tenaga kependidikan FTSP UII, serta para pimpinan Fakultas dilingkungan UII.

Dalam kata sambutannya Prof. Fathul melanjutkan, banyak harapan kepada UII yang belum sepenuhnya menjadi nyata (Ungkap Prof. Fathul). Bahwa deretan pekerjaan rumah masih menanti ditunaikan. Kita bisa sebut di sini beberapa. Termasuk di antaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan yang membebaskan, penelitian yang berimbas, dan sensitivitas serta kontribusi signifikan dalam penyelesaian beragam masalah bangsa.

Semua tersebut membutuhkan kerja kolektif yang bersambung antargenerasi. Ini kerja peradaban sepanjang hayat. Saya personal berharap (ungkap Prof. Fathul) Allah masih mengizinkan saya melihat UII ketika berusia satu abad. Waktu 22 tahun ke depan memang terlalu singkat untuk membangun peradaban baru, tetapi sangat lama untuk berlalu tanpa kemajuan berarti.

Saya (Prof. Fathul) berdoa, ketika usia menginjak satu abad pada 27 Rajab 1464 (9 Juni 2042), setelah 1.200 kali purnama dilalui UII, harapan-harapan besar tersebut semakin nyata. UII tetap tegar berdiri dan tumbuh menjadi perguruan tinggi yang semakin dihormati dan tetap menjaga standar akhlak organisasi tertinggi.

Warga UII berhasil secara berjemaah mendorong kemajuan substantif, menentukan takdirnya sendiri, dan tidak terjebak pada muslihat yang dapat membocorkan energi dan menggerus nurani. UII semakin mantap menjadi organisasi modern dengan dukungan teknologi dan semua indikatornya. UII dan warganya pun, saya doakan, semakin siap menjadi warga global yang berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah kemanusiaan. Banyak inovasi berimbas yang diproduksi dengan niat suci.

Prof. Fathul menegaskan, saya percaya, ketika harapan kolektif disatukan dan ikhtiar bersama dilakukan, Allah akan memudahkan jalan ke depan. Jalan untuk membangun peradaban baru Indonesia dan Islam yang bermartabat. Ia pun mengajak, mari kita bersama jemput masa depan itu. Yang perlu kita lakukan adalah mengenali kekuatan diri, memahami perkembangan mutakhir, dan meresponsnya secara inovatif.

Apa yang diinisiasi oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) melalui workshop hari ini yang bertajuk “Menuju FTSP 2045: Rebranding dan Reconfiguring”, adalah salah satu anak tangga untuk melakukan itu semua. Saya berharap dari workshop ini muncul kesadaran kolektif baru untuk meneguhkan perjalanan FTSP ke depan, sebagai bagian penting UII. Selain itu, mendesain anak tangga mencapai tujuan yang lebih tinggi sama pentingnya dengan membangun harapan bersama.

Siapa tahu, untuk menemukan hentakan baru, nama FTSP sendiri mungkin ingin diubah sebagai bagian dari penjenamaan (rebranding). Jika disepakati, nama baru tersebut perlu dipilih supaya tidak ada kesan hegemonik disiplin tertentu, tetap menghargai sejarah lampau, tetapi lebih inklusif, distingtif, dan futuristik. Tutupnya.

Sebelumnya Dekan FTSP UII (Miftahul Fauziah, Ph.D) dalam sambutan dan pengantar workshop mengemukakan,  bahwa Tahun 1945 adalah merupakan tahun yang penting bagi seluruh rakyat Indonesia umumnya dan Universitas Islam Indonesia (UII) khusunya. Karena pada tahun 1945 Indonesia Merdeka dan UII berdiri.

100 tahun adalah merupakan momentum yang penting bagi kita sebagai pandangan kita ke-depan. Oleh karenanya saat ini FTSP mempersiapkan diri menuju 2045 dengan menggelar workshop, dengan harapan acara dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Workshop “Menuju FTSP 2045: Rebranding dan Reconfiguring” hari pertama menghadirkan 3 (tiga) nara sumber Dr.Muhammad Muqoddas, SH., M.Hum; Drs.Suwarsono Muhammad, MA ; dan Ir.Munichy B Edrees, M.Arch., IAI

Dr.Muhammad Muqoddas, SH., M.Hum menyampaikan Guardian of Equity Nasionalitas Korupsi NKRI, dengan merekomendasikan untuk mengawal keadilan dan proporsi pembangunan berbasis pembebasan masyarakat.

Maka FTSP menganisiasi pola lintas disiplin ilmu untuk disain pembangunan berkeadilan dengan catatan dilanjutkan Desain Riset Nasional,  dan simposium pembangunan perspektif keadilan ekonomi kerakyatan. Ungkapnya.

Sementara Ketua yayasan Badan Wakaf UII (Drs.Suwarsono Muhammad, MA) mengapresiasi rebrending 2045 ini dibikin scenario yang menarik. 25 tahun kedepan globalisasi yang diberikan kedaulatan untuk pendidikan di FTSP. Oleh karenanya FTSP berdaulat dalam pergaulan internasional yang salah satu subtansinya adalah keunikan FTSP.

Dihari kedua Jum’at (19 Pebruari) workhop “Menuju FTSP 2045” menghdirkan narasumber Prof. Aris Ananta, M.Sc., Ph.D dengan tema Gateway to Global Market.

Bumi saat ini mengalami tekanan perubahan iklim yang dramatis, tentu saja komitmen dari alumninya akan menjadi penting untuk lebih menegaskan bahwa FTSP UII adalah merupakan bagian dari upaya menyelamatkan bumi. Berapa besar dampak disrupsi teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Apalagi tuntutan pasar global sangat dibutuhkan maka diperlukan keahlian khusus serta kemampuan untuk berkolaborasi diberbagai disiplin ilmu. Ungkapnya.

Sebelumnya disampaikan pemaparan scenario peran FTSP di tahun 2045 perwakilan dari masing-masing Jurusan dan dilanjutkan dengan diskusi reconfiguring serta penjaringan aspirasi. (h).