Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP)  Universitas Islam Indonesia  (UII), mengikuti kuliah lapangan di Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM), Berbah, Sleman dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Piyungan, Bantul.

Kuliah lapangan  berlangsung  kamis (4 Januari), di bawah arahan dosen pembimbing Hijrah Purnama Putra ST. M.Eng. Kegiatan semacam ini rutin tiap semester yang diselenggarakan pada mata kuliah pengelolaan sampah guna menambah pengetahuan terkait praktek pengolahan sampah yang ada di lapangan.

Sebelumnya 68 (enam puluh delapan)   mahasiswa mengunjungi PIAT UGM  untuk mempelajari penanganan limbah peternakan dan teknologi pengolahan limbah dan sampah yang tidak bernilai menjadi produk yang bernilai tinggi dengan teknologi berbasis fermentasi, termal, dan mekanik. Mahasiswa juga diajak mencermati teknologi pengolahan sampah yang terdapat pada ruang RINDU (Rumah Inovasi Daur Ulang).

Sedangkan  kunjungan  ke TPST Piyungan, Bantul,  para mahasiswa mempelajari tata cara penimbunan sampah yang berasal dari tiga daerah yang ada di DIY yaitu Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman dengan jumlah sampah 500 ton per-hari. Pada kesempatan ini pihak dari TPST Piyungan memberitahukan terkait penanganan masalah yang ditimbulkan oleh sampah terutama pada masyarakat sekitar yaitu memberikan kompensasi satu tahun sekali untuk pemeriksaan kesehatan.

Dalam rangka   memberikan pemahaman dan kesadaran pihak-pihak terkait atas  pentingnya dialektika penegakan hukum pada proyek konstruksi yang dapat  memberikan dampak positif bagi sektor konstruksi di Indonesia, Magister Teknik Sipil (MT) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar  workshop bertajuk “Construction Contract: Learning From the Cases

Workshop digelar di Ruang Sidang Teknik Sipil Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Klaiurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta bulan Oktober yang lalu dengan menghadirkan narasumber Adhi Karya (Persero) serta Akademisi dan praktisi, bertujuan untuk memahami struktur dan lingkup general conditions dari kontrak konstruksi berdasarkan rujukan standar kontrak pemerintah, ketentuan dan syarat-syarat dalam kontrak konstruksi proyek pemerintah dan internasional di Indonesia. Workshop  dihadiri oleh Praktisi Proyek Konstruksi Pemerintah dan Swasta di DI Yogyakarta, Mahasiswa S1 dan S2 Perguruan Tinggi (PT), Mahasiswa S-1/S-2 di lingkungan UII.

Sebagai Keynote Speech  Ir. Inonu  Ferryanto, MT. General Manager, Department EPC PT. Adhi Karya (Persero) yang juga merupakan Panelis, serta  Dr. Ir. Purnomo Soekirno Akademisi dan praktisi bidang konstruksi, yang dimoderatori Ir. Akhmad Suraji, MT., PhD., IP-M. (Akademisi dan peneliti kebijakan industri konstruksi dan pembangunan infrastruktur).  Selesainya workshop dilanjutkan presentasi grup pemakalah mahasiswa S2 Konsentrasi Manajemen Konstruksi, Program Magister Teknik Sipil FTSP UII angkatan tahun 2016.

Workshop yang mengangkat materi proyek konstruksi di Indonesia  sering mengalami permasalahan hukum dan bahkan terjadi kasus hukum yang memenjarakan para pelaku usaha di sektor konstruksi. Para pihak penyelenggara proyek konstruksi sangat terbatas dalam memahami kontrak pada isu unit price dan lumpsum contract. Ketentuan dan syarat-syarat kontrak konstruksi sering diabaikan. Dokumen kontrak konstruksi juga sering hanya terbatas dibaca pada aspek gambar dan spesifikasi, sedangkan general conditions of contract atau ketentuan dan syarat-syarat kontrak sebagai aturan yang menghukumi para pihak berkontrak kurang mendapat perhatian.

Beberapa poin penting hasil rekomendasi yang perlu diperhatikan dari workshop ini adalah dialektika (komunikasi dua arah), penegakan hukum pada proyek pemerintah; komplikasi dan kriminalisasi dalam pelaksanaan proyek pemerintah; dan dilema hukum bagi PPK dan kontraktor proyek pemerintah.

 

Jum’at (15 Desember) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Diskusi Akhir Tahun (DAT) bertajub “Mengenali dan Merespon Badai Tropis Cempaka-Dahlia”, dengan narasumber  Danang Samsu (Pusdalops PB BPBD DIY), Hary Tirto Djatmiko (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), dan Tim Relawan FTSP UII bertempat di Auditorium Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Yogyakarta.

 

Turut hadir dan menyampaikan kata sambutan Wakil Rektor I (Ilya Fadjar Maharika, Ph.D.,IAI), Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc), Wakil Dekan FTSP (Setya Winarno, Ph.D), para dosen  dilingkungan FTSP UII.

 

Penanganan Dampak Siklon Tropis Cempaka disampaikan oleh Danang Samsu bahwa, Siklon Cempaka berdampak terhadap 4 (empat) Kabupaten dan 1 (satu)  Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dampak Siklon tropis Cempaka mulai di rasakan sejak 27 November 2017 (angin kencang, gelombang besar laut, hujan sangat lebat, tanah longsor, banjir) menyebabkan terjadi puluhan korban jiwa dan harta, ribuan jiwa terdampak atau mengungsi juga terputusnya jalur transportasi darat.

Danang Samsu berpendapat bahwa semua yang terjadi menjadi pembelajaran bagi kita, karena lemahnya EWS terkait cuaca ekstrim terutama pada pengenalan risiko,  analisa wilayah terdampak dan penyampaian informasi kepada masyarakat. Pusdalops perlu meningkatkan kemampuan dalam mengelola EWS  terutama terkait cuaca ekstrim. Kekurangan Sumberdaya untuk respon darurat bencana (personil yang kompeten dan peralatan penyelamatan yang baik). Perlu membentuk Incident Management Team untuk semua level  bencana. Ungkap Danang.

Sementara Hary Tirto Djatmiko (Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Badan Meteorologi) menegaskan bahwa, Siklon Tropis adalah Sistem tekanan rendah non-frontal yang  berskala sinoptik yang  tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya,  serta bertahan setidaknya enam jam, dengan radius rata-rata mencapai 150 hingga 200 km.

 

Terbentuk di atas lautan luas dengan suhu permukaan air  laut hangat, lebih dari 26.5°C.  Angin kencang yang  berputar di  dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam. Dampak Siklon Tropis adalah secara langsung dan tidak secara langsung (perubahan pola cuaca). Dampak langsung terjadi angin kencang, hujan lebat, gelombang tinggi, dan gelombang pasang yang mengakibatkan banjir dan tanah lonsor. Imbuhnya.

 

Sedangkan tim relawan FTSP UII Peduli  juga melaporkan bahwa, lokasi kegiatan ini difocuskan di kabupaten Bantul, Gunung Kidul, dan Pacitan Jawa Timur.

Dilaporkan hasil survei dan assessment pasca bencana di Kec. Piyungan, Kab. Bantul oleh Adityawan Sigit. ST., MT bahwa di lokasi dusun Bintaran Wetan Piyungan Bantul bencana/ kerusakan adalah sebuah jempatan yang roboh dengan bentang 30 meter lebar 2,5 meter , tanggul/ turap roboh akibat longsor.

Lokasi dusun Payak Cilik, Piyungan, Bantul bencana/ kerusakan 2 (dua) buah jembatan roboh, bentang 30 meter lebar 2,5 meter. Dan jembatan yang kedua  dengan bentang 30 meter lebar 1,5 meter. Upaya sementara dibuat jembatan bambu dan rakit sebagai alat penyeberangan sementara. Disamping itu juga dilaporkan Adityawan Sigit bahwa di Daerah Piyungan Bantul yang terkena banjir, longsor di dusun Rejosari, dusun Kaligatuk, dusun ngablak, dusun Cempokojajar, dusun Banyakan, dan dusun sungapan.