Kamis (21 Januari) disela-sela pelaksanaan ujian akhir semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 yang belum redanya pandemi COVID-19, Fakultas Teknik Sipil dan Perencaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta digandeng RUCIKA menggelar kuliah tamu bagi mahasiswa semua Program Studi yang ada secara virtual. Untuk yang kali pertama kegiatan kuliah semacam ini diselenggarakan di awal tahun 2021 masa pandemi.
Dalam sambutannya Dekan FTSP UII (Miftahul Fauziah, Ph.D) menuturkan, kuliah tamu ini pertama kali diselenggarakan selama pandemi COVID-19, yang merupakan kegiatan akademik terselenggara atas kerjasama dengan RUCIKA. Kerjasama semacam ini sudah dilakukan bersama secara rutin setiap tahunnya. Hanya saja yang biasa dilaksanakan secara luring, saat ini dilakukan secara daring.
Miftahul Fauziah menambahkan, walaupun dalam keadaan masih belum kondusif, namun kita bisa bersama bertemu walaupun melalui daring. Semoga dengan adanya pandemi COVID-19 tidak mengurangi iktikat kita untuk belajar, untuk itu disampaikan terima kasihnya kepada RUCIKA. Semoga kuliah tamu yang mengangkat tema “Perkembangan Teknologi Plambing di Indonesia” bermanfaat bagi kita. Ungkap Miftahul Fauziah.
Sebagai narasumber Kuliah tamu Muhajir Direktur RUCIKA diawal kuliahnya mengatakan, Plambing adalah suatu system yang digunakan untuk menyalurkan air yang berhubungan dengan pipa dengan peralatannya yang mencakup air hujan, air limbah, dan air minum yang dihubungkan dengan system lain yang dibenarkan.
Muhajir mengutip sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 dan 4 bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasahi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Air dalam plambing ungkap Muhajir, terdiri air bersih yaitu air yang layak untuk dikonsumsi (minum dan memasak), utuk mandi untuk mencuci, air hujan, air buangan yaitu air sisa dari mandi mencuci tangan mencuci pakaian mencuci piring dan kendaraan, dan air kotor (Black water) air yang berasal dari toilet.
Hubungannya dengan notasi kata Muhajir, bahwa kekuatan menahan tekanan air menjadi standar utama untuk menentukan ukuran pipa. Presure Number adalah notasi atau istilah yang biasa digunakan (biasanya dalam satuan bar). Nah dalam standar SNI ada beberapa notasi atau istilah yang sering digunakan yang berhubungan dengan kekuatan pipa.
Ia sampaikan pula bahwa standar ulir pipa yang biasa digunakan adalah pipa yang ber-ISO 7/1. ISO ini ulir yang dapat mengunci sendiri, karena ulir luar berbentuk taper atau kerucut dan ulir dalam berbentuk paralel atau lurus, dengan adanya perbedaan bentuk ulir tersebut, ulir tidak akan masuk penuh dan akan mengunci pada titik tertentu, hal tersebut untuk menjamin tidak terjadi kebocoran.
Terdapat yang lebih penting lagi standar penimbunan ungkap Muhajir, yaitu harus sesuai dengan SNI 7511:2011 mempunyai syarat-syarat kedalaman galian untuk membuangan pipa PVC paling tidak 30 cm untuk pipa yang tertanam di bawah permukaan tanah biasa misalnya di perkebunan, lapangan, pekarangan rumah atau bangunan. Sementara kedalaman 45 cm ungkap Muhajir, untuk pipa yang tertanam di sisi jalan dan di bawah permukaan jalan kecil. Untuk pipa yang tertanam di tertanam di bawah permukaan jalan besar dengan perkerasan maka kedalamnnya 60 cm. Dan pipa yang tertanam di bawah permukaan jalan besar tanpa perkerasan dengan kedalaman 75 cm.
Diakhir kuliahnya Muhajir menegaskan bahwa, standar pengujian berdasarkan SNI 8153:2015 system plambing pada bangunan gedung pengujian hidrostatik untuk pipa instalasi air bersih sekurang-kurangnya harus menggunakan 2 (dua) kali tekanan kerja maximum dengan jangka waktu 30 menit tanpa ada kebocoran atau penurunan tekanan uji. Tutup Muhajir.
Salah seorang mahasiswi penerima beasiswa program beasiswa santri unggulan Universitas Islam Indonesia (UII) dari Program Studi (Prodi) Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Shofi Latifah Nuha Anfaresi (17513166), yang pernah mendapatkan kesempatan mempresentasikan (Banksand Water Filter) di Stockholm World Water Week yang merupakan Festival air terbesar di dunia yang dilaksanakan akhir tahun 2018 yang lalu, Rabu (20 Januari 2021) ditemui reporter melalui WhatsApp mengatakan, rasa puji dan syukurnya kepada Allah SWT memberikan dirinya beserta teman-teman seprofesinya kemudahan, keberanian dan ketangguhan untuk terus berkiprah di ajang nasional dan internasional walau dengan guncangan ujian pandemi COVID-19.
Dengan reporter ia mengungkapkan, Kiprah start-up saya bernama AiKite berlandaskan pada aspek sosial dan lingkungan hidup. Di lingkungannya sendiri (Bangka Belitung) permasalahan kemiskinan masih merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Untuk memperoleh hal yang paling mendasar saja, yaitu air yang bersih dan sehat, masyarakat di beberapa tempat di pedesaan masih belum mampu. Ketika melihat masyarakat menggunakan air terkontaminasi besi, minyak ataupun logam tambang, saya pun merasa iba. Selain itu, daerah yang dikenal sebagai produsen timah terbesar kedua setelah China.
Dirinya mengaku, hal itu lah yang kemudian mendorong untuk membuat sebuah karya, yaitu BankSand, media filter air yang saya buat untuk mengurangi kontaminan di dalam air bekas tambang. Yang akhirnya BankSand tersebut saya bawa ke Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 2017 saat itu.
Akhirnya saya mendapat tawaran menjadi pemain film dokumenter ungkapnya, yang berjudul Inventing Tomorrow yang menelisik latar belakang riset saya dan masalah lingkungan di Bangka. Alhamdulillah, film ini telah ditayangkan di beberapa bioskop dan stasiun tv nasional di Amerika dan Eropa, beberapa kota besar yang turut menayangkan yaitu Los Angeles, CA dan di kota Paris, Prancis. Untuk mengembangkan produk ini, pada tahun 2018, saya membangun start-up bekerjasama dengan NGO di Belgia dan Switzerland dengan bantuan beasiswa Pemerintah Switzerland. Di tahun 2019, saya pun melakukan project bersama masyarakat dan terus mengedepankan kerjasama lokal dan antar negara di Asia dan Eropa.
Melalui WhatsApp hand phone genggamnya dengan hati gembira Nuha (nama panggilannya) menceriterakan bahwa, di tahun 2020 Alhamdulillah kami banyak memperoleh penghargaan baik di nasional dan internasional. Kami pun memperoleh dana dari program Kementerian Pemuda dan Olahraga pada kompetisi nasional di bidang Kewirausahaan. Selain itu ungkap Nuha, AiKite memperoleh beasiswa sebesar €2300 dari GIN Austria untuk mengikuti inkubasi start-up dengan IECT Germany dan University of Cambridge UK.
Ini merupakan pengalaman pertama saya pak ungkapnya. berkompetisi langsung dengan beberapa start-up universitas terbaik di dunia, salah satunya University of Oxford, dan waktu itu, start-up dari Indonesia, hanya satu yaitu AiKite. Pada ajang internasional Ev-Box di Amsterdam kami pun menjadi salah satu start-up dengan polling terbanyak setelah melakukan pitching. Untuk saat ini, kami sedang melakukan inkubasi selama 5 bulan dan mengikuti kompetisi internasional bersama Singapore International Foundation dan salah satu perusahaan ternama di Singapura.
Apakah di start-up anda melibatkan banyak temen?
Dengan khas gambar senyumnya ia mengatakan, bahwa di start-up saya melibatkan banyak peran tim sesama mahasiswa. Tidak hanya dari jurusan teknik lingkungan saja, namun ada jurusan lainnya seperti kimia, informatika, psikologi hingga ilmu komunikasi.
Boleh disebutkan?
Beberapa mahasiswa yang turut terlibat dalam lomba dan berhasil yaitu M. Sayyid (T. Informatika), Zakiyah (T. Sipil), dan teman-teman dari Tek. Lingkungan yang berhasil mendapatkan predikat Mahasiswa Berprestasi Teknik Lingkungan versi HMTL tahun ajaran 2019/2020 yaitu, Almira Clarissa, Rifa Nur A, F Anisa Noor A, Muhammad Panji, Ajwad el-Amin, Nurul Muzayannah, Naufal Amanu, Chusnia Warda, Dwi Septari, Lesi Trian E.
Bagaimana anda mengelola waktu sehingga keduanya dapat diraih dengan baik dan lancar?
Tentunya, tidak hanya perolehan penghargaan yang kami dapatkan selama satu semester ini. Pembelajaran, wawasan baru, sikap pantang menyerah dan sabar, konflik diluar dan di dalam tim turut menghiasi carut marut perkembangan start-up. Mengelola waktu dengan baik tentu merupakan tantangan tersendiri bagi kami yang memiliki jadwal beragam. Proses, ujian dan pelajaran memang harus dilewati untuk memperoleh kesuksesan. Hal yang paling penting dalam proses yaitu selalu melibatkan Allah SWT, melaksanakan ibadah dan bersikap sabar. Success takes time and there’s no instant success. Be patient and keep working hard, and you’re going to see the result!
Apa yang akan anda sampaikan atas kesuksesan yang anda raih?
Saya bersyukur kepada Allah dan juga atas doa para pendahulu dan orangtua saya. Saya pun mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya karena UII telah memberikan lingkungan yang kondusif bagi saya untuk belajar dan berkarya, salah satunya melalui program beasiswa santri unggulan UII. Kiprah ustadz dan ustadzah yang luar biasa tentu merupakan dukungan yang besar bagi saya dan teman-teman santriwan/wati di pondok pesantren.
Nuha melanjutkan, terlebih kepada al-Ustadz Dr. Drs. H. Asmuni Mth selaku direktur PP UII, al-Ustadz Suyanto, M.Pd. M. Si selaku pengasuh PP Putra, al-Ustadz Fuat Hasanudin Lc., MA selaku pengasuh PP Putri, serta seluruh ustadz/ah yang telah mengajarkan kami di pondok.
Tidak hanya itu, Nuha menambahkan, pengajaran dan pemahaman yang diberikan oleh dosen-dosen di TL UII tentu sangat berharga bagi saya dan tim. Terlebih saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D selaku kaprodi dan pembimbing riset, Bapak Dr. Eng. Awaluddin Nurmiyanto, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M. Eng dan Ibu Lutfia Isna A, S.Si., M.Sc, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.
Kamipun tentu mengharapkan dukungan dan doa dari pihak manapun sehingga karya kami dapat terus berkembang dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, tidak hanya di Bangka, namun untuk masyarakat Indonesia, Asia, hingga belahan dunia yang lain. Tutup Nuha.(h).