Tata kepegawaian untuk dosen di lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) terbagi dalam empat poin yaitu, Penilaian Angka Kredit Dosen (PAK) di mana unsur utama dalam PAK terdiri dari pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, dakwah Islamiyah. Selain unsur utama tersebut, dosen-dosen juga perlu memahami mengenai alur PAK beserta syarat yang wajib dipenuhi oleh dosen agar memenuhi PAK. Selanjutnya adalah Sasaran Kerja Pegawai (SKP) atau Penilaian Prestasi Kerja Pegawai (PPKP). SKP merupakan dokumen yang berisi mengenai target-target kerja pegawai dalam satu tahun. Sedangkan PPKP merupakan hasil evaluasi atas ketercapaian SKP. “Hal tersebut wajib dikerjakan oleh semua dosen, dikarenakan ada empat hal yang syaratnya wajib menggunakan SKP dan PPKP,” tuturnya.

Demikian diungkapkan Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psi., Direktur Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) UII dalam acara “Workshop Refreshing Kepegawaian Dosen, SISTER, PPKP 2021 dan Penyusunan SKP 2022” yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center pada 25 Jumadilawal 1443 H/29 Desember 2021.

Dalam kegiatan yang berlangsung secara blended tersebut Ike Agustina menambahkan bahwa empat hal yang dimaksud syarat wajib menggunakan SKP dan PPKP adalah pengajuan jabatan fungsional, pengajuan inpasing pertama dan inpasing kenaikan pangkat serta kenaikan gaji berkala dosen, karyasiswa, perpanjangan kontrak bagi Dosen Tetap Perjanjian Kerja (DTPK) atau Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK). Sedangkan Beban Kinerja Dosen (BKD) atau Laporan Kinerja Dosen (LKD) merupakan dokumen mengenai rencana atau laporan kinerja dosen dalam satu semester, sehingga wajib untuk semua dosen baik yang sudah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi.

Menurutnya, LKD menjadi syarat bagi pencairan tunjangan sertifikasi dosen. Untuk Karyasiswa UII terdiri dari dua kategori yaitu yang pertama izin belajar, merupakan karyasiswa mandiri, masih memiliki kewajiban untuk melakukan catur dharma, masih menyusun BKD dan LKD. “Sementara itu untuk tugas belajar merupakan karyasiswa dengan beasiswa UII atau beasiswa dari luar UII, dengan tidak memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan BKD dan LKD,” ungkapnya.

Sementara itu, Agus Kurniawan, A.Md, Kepala Divisi Sistem Informasi Manajemen SDM dan Umum UII menyampaikan bahwa pelaporan BKD LKD melalui aplikasi Sistem Informasi Sumberdaya Terintegrasi (SISTER) dapat dilakukan mulai Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022. Pelaporan BKD semua basisnya adalah peraturan PO BKD yang dikeluarkan oleh DIKTI berupa SK No.12 Tahun 2021. Ia berharap semua dosen dapat mencermati panduan tersebut kaitannya poin-poin untuk memenuhi BKD. “Semua dosen yang sudah terdaftar di SISTER dapat melakukan pelaporan BKD, baik yang sudah serdos maupun yang belum serdos,” ujarnya.

Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D. dalam sambutannya saat membuka acara tersebut menyatakan bahwa workshop tersebut merupakan kegiatan rutin di akhir tahun dengan mengevaluasi kembali apa saja yang sudah dikerjakan oleh dosen-dosen FTSP UII. Di akhir tahun 2021 ini diharapkan dapat mengevaluasi PPKP 2021 yang sedang kita kerjakan dan merancang SKP 2022 yang akan datang. Dengan adanya sistem SISTER ini diharapkan para dosen lebih mandiri dalam mengerjakan segala tugasnya seperti BKD, PPKP dan SKP,” tuturnya.

Serangkaian bencana goncangan gempa di Indonesia beberapa puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa dampak bencana gempa semakin didominasi oleh gagalnya bangunan rumah sederhana tembokan, karena terindikasi dibangun dibawah standar yang ditentukan. Bangunan semacam itu menjadi bertambah favorit dan menjadi semakin banyak digemari oleh masyarakat sebagai huniannya, karena mempunyai banyak kelebihan yang tidak dipunyai oleh bangunan tradisional yang selama ini menampilkan ketahanan gempanya.

Namun demikian pembangunan bangunan populer tersebut terindikasi kuat umumnya dibangun dibawah standar karena tanpa menggunakan konsep bangunan aman dan tahan gempa, padahal bangunan tembokan itu getas dan berat. “Karena jumlahnya semakin banyak, maka otomatis risiko bencana gempa akan semakin tinggi karena semakin membahayakan penghuninya saat tergoncang gempa kuat,” tuturnya.

Demikian diungkapkan Prof. Ir. Sarwidi, MSCE., Ph.D., IP-U., guru besar Jurusan Teknik Sipil FTSP UII saat mempresentasikan materinya “Evaluasi Ketahanan Bangunan Terhadap Gempa Secara Massal Dalam Upaya Efektif Pengurangan Risiko Bencana Gempa” dalam sebuah webinar Kenduri Kampus yang digelar oleh Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Asosiasi Alumni Arsitektur (AAA) UII dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 19 Jumadilawal 1443 H/23 Desember 2021.

Acara yang diikuti oleh alumni, praktisi, dosen dan masyarakat umum tersebut juga menghadirkan narasumber Prof, Noor Cholis Idham, ST., M.Arch., Ph.D., IAI., guru besar Jurusan Arsitektur FTSP UII dengan materinya berjudul “Evaluasi Keselamatan Bangunan Untuk Arsitek”.

Dalam materinya, Prof, Noor Cholis Idham menyatakan bahwa didalam arsitektur ada dua cara dalam menghadapi gempa. Yang pertama adalah dengan cara kuat, dengan struktur yang kuat dan mampu bertahan serta tidak ada perubahan deformasi yang berlebihan dan kembali dengan cepat. Sedangkan yang kedua, dengan cara tidak melawannya tetapi dengan mengikutinya atau cara fleksibel. Hal tersebut sudah dilakukan oleh nenek moyang sejak dulu dengan bangunan bambu dan kayu. Disana tidak ditemukan sambungan kaku. Hanya saja hal tersebut menjadi tidak populer, karena bangunan kayu atau bambu identik dengan kemiskinan. “Oleh karena itu bambu itu akan naik citranya dan naik kelas dengan campur tangan seorang arsitek. Itulah yang akan kita kembangkan sebagai seorang arsitek,” ungkapnya.

Berkenan memberikan sambutan pada kesempatan tersebut, Ketua IAI DIY, Ir. Ahmad Saifuddin Mutaqi, MT., IAI dan Ketua Umum AAA FTSP UII, Yanuar Iwan Pandria, ST.

Pada hari Kamis, 23 Desember 2021, Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan acara Wisuda Profesi dan Janji Arsitek, Angkatan ke-7 dan ke-8 Tahun Akademik 2021/2022 secara daring. Pada kesempatan tersebut, Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) FTSP UII meluluskan sebanyak 34 mahasiswa terdiri dari 17 wisudawati dan 17 wisudawan. Pencapaian IP Kumulatif rata-rata 3,81 dengan IP Kumulatif terendah 3,30 dan tertinggi 4,00.

Berkenan hadir dalam acara tersebut Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ar. Georgius Budi Yulianto, IAI., AA., Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI), Dr. Yulianto P. Prihatmaji, S.T., M.T., IPM., IAI., dan Plt. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta, Bhimo Widyo Andoko., S.H., M.H. Ketua IAI DIY, Ir. Ahmad Saifudin Mutaqi, M.T., IAI, AA, GP.

Selain itu, hadir juga para undangan dari Forkom PAIJO (Forum Komunikasi Pendidikan Arsitek Istimewa Jogjakarta), perwakilan dari 17 Universitas Anggota APTARI dan para Ketua IAI seluruh Indonesia.

Baritoadi Buldan Rayaganda Rito, ST., MA., IAI., dalam laporannya menyatakan bahwa mahasiswa Program Studi Profesi Arsitek UII telah menjalani proses pembelajaran K20 selama 1 (satu) tahun, dengan menempuh 36 SKS, berupa 9 Mata Kuliah baik wajib maupun mata kuliah pilihan. Mata kuliah inti berupa Studio Profesional perancangan Arsitektur berbasiskan multidisiplinary dan partisipatory dengan Dosen Pembimbing yang berkualifikasi profesi, mahasiswa melakukan praktik merancang bangunan dengan kompleksitas sedang hingga tinggi dan beresiko sedang hingga tinggi berbasis proyek nyata, baik bersama para ahli dari berbagai disiplin AEC dan stakeholder proyek. Menurutnya pembelajaran di luar kampus diperkaya dengan Integrated Project Delivery di mana mahasiswa terjun di lapangan guna mengikuti seluruh fase rancang bangun bersama pengembang,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa mahasiswa telah pula melakukan pelatihan Kode Etik Profesi dan Tata Laku Arsitek bersama Ikatan Arsitek Indonesia, dalam hal ini IAI DIY. Atas pencapaian ini, Wisudawan wisudawati berhak mendapatkan Sertifikat Profesi atas kelulusannya dari program ini. “Kini para Arsitek muda siap bekerja dan magang selama 2 tahun dan mencapai kompetensinya dan melakukan registrasi sebagai Arsitek untuk mendapatkan STRA, menuju jenjang profesional mandiri,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII, Prof. Noor Cholis Idham, ST., M.Arch., Ph.D., IAI pada kesempatan yang sama menyampaikan rasa syukur atas tercapainya Re-Akreditasi Internasional penuh selama 6 tahun dari KAAB, yang diikuti dengan diperolehnya Akreditasi Unggul dari BAN-PT. Ia berharap hal tersebut dapat menjadi kebanggaan bersama, yang diiringi dengan motivasi untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan institusi ini.

Prof. Noor Cholis Idham juga menjelaskan bahwa tantangan perubahan zaman, kondisi terkini baik atas pandemi, kebijakan kampus merdeka, serta berbagai dinamika di dunia konstruksi dan arsitektur, mendorong perubahan kurikulum K13 menjadi K20, guna mewujudkan upaya perbaikan yang berkelanjutan serta terus dapat memberikan hasil terbaik bagi seluruh civitas akademika.

“Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu berjalannya program profesi arsitek ini, khususnya para mitra konsultan, biro, firma dan pengembang, serta para ahli multidisiplin selaku adjunct professor yang berkenan membimbing mahasiswa dan mahasiswi, dan IAI sebagai asosiasi wadah para Arsitek menginduk, atas seluruh kerjasama dan dukungannya terhadap berjalannya program ini,” pungkasnya.

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang dikonsumsi. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah yang ditimbulkan.

Dengan adanya Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah maka akan diikuti dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut adalah dihasilkan timbulan gas dan lindi yang sangat berpotensi merusak lingkungan. Jika lapisan dasar TPA tidak memenuhi syarat maka lindi merembes ke dalam tanah. “Terdapat empat komponen lingkungan mempunyai risiko tinggi yaitu pencemaran udara, pencemaran air tanah, berkurangnya estetika lingkungan dan pencemaran air permukaan yang disebabkan adanya timbulan gas, aliran lindi, rembesan lindi pada tanah, serta bau,” ungkapnya.

Demikian diungkapkan Fajri Mulya Iresha, S.T., M.T., Ph.D., dosen Program Studi (Prodi) Teknik Lingkungan FTSP UII dengan materinya “Evaluasi Kondisi Tempat Pembuangan Akhir Sampah dan Risiko Kesehatan Terhadap Manusia di Indonesia” di sebuah acara Diskusi Akhir Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) pada 21 Desember 2021 secara daring.

Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 140 peserta tersebut mengusung tema “Pengenalan Risiko dan Upaya Mitigasi Bencana untuk Lingkungan Berkelanjutan” dan secara resmi dibuka oleh Dekan FTSP UII, Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D.

Agenda rutin tahunan tersebut juga menghadirkan Dr. (cand.) Yunalia Muntafi, S.T., M.T., dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP UII dengan judul materinya “Mengenal Seismisitas Pulau Jawa dan Tantangan Teknologi Dunia Konstruksi Menuju Era Industri 5.0 dan Johanita Anggia Rini, S.T., M.T., Ph.D., dosen Jurusan Arsitektur FTSP UII dengan tema “Struktur dan Arsitektur Rumah Vernakular di Indonesia Bagian Tengah dan Barat”.

Pada kesempatan tersebut Dr. (cand.) Yunalia Muntafi, S.T., M.T. menyatakan bahwa revolusi industri dalam dunia konstruksi di antaranya dengan adanya Building Information Modelling (BIM) dan City Information Modelling (CIM), teknologi konstruksi berbasis digital dan internet di mana dapat menghemat biaya proyek, meminimalisir risiko pekerjaan serta mempermudah koordinasi antarpihak. Menurutnya, BIM dan CIM mempunyai peran yang sangat penting dalam pembuatan master plan dan Detail Engineering Design (DED). “Revolusi industri dalam dunia konstruksi menuntut kemampuan sumber daya manusianya. Dengan demikian maka teknologi konstruksi terbaru tidak bisa lepas dari peran sumber daya manusia tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, Johanita Anggia Rini, S.T., M.T., Ph.D., dalam uraiannya menjelaskan bahwa hubungan antara struktur dan beban distribusi bila terkena beban, deformasi di rumah-rumah vernakular Indonesia umumnya terlihat pada struktur atas atau atap. Beberapa rumah menunjukkan deformasi pada struktur tengah. Hanya beberapa rumah menunjukkan deformasi di sub-struktur, terlepas dari jenis dukungannya. Menurutnya, deformasi tidak dapat sepenuhnya ditafsirkan sebagai negatif, mengingat bahwa sistem sambungan tidak kaku dimaksudkan untuk memungkinkan struktur bergerak sedikit ketika terkena beban. Bahan yang ringan dan ulet seperti kayu dan bahan organik lainnya juga cenderung tidak mudah retak, sehingga dapat dibangun kembali ke konfigurasi struktur aslinya.

Ia juga menambahkan bahwa paradigma global dalam berbagai bencana dan kondisi lingkungan telah mencerminkan kinerja yang akuntabel dari tempat tinggal vernakular dalam hal kelangsungan hidup dan intensitas kerusakan yang rendah selama peristiwa bencana masa lalu. “Ada hubungan yang melekat antara bencana dan perumahan. Korelasi semacam itu lebih diperkuat di negara-negara berkembang di mana perumahan dianggap sebagai salah satu aset paling berharga bagi rakyat,” imbuhnya.

Diskusi yang dimoderatori oleh Jafar, S.T., M.T. cukup memukau para peserta, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada ketiga narasumber dengan mengusung tema yang cukup menarik.

Di penghujung acara ditutup dengan do’a akhir tahun yang dipimpin oleh Rahmadi Agus Setiawan., S.Ag., M.A. (ASY)