http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6541R.jpg

Kamis (24 Nopember) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Post Visit Seminar Korea Architecture Accrediting Board (KAAB) dan Akreditasi Arsitektur di Indonesia bertempat di Auditorium Gedung Mohammad Natsit  FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Yogyakarta.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6553.JPG

 

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6562.JPG

Dalam sambutannya Presiden Korea Architecture Accrediting Board (KAAB), Bumshik Shin mengatakan adanya semangat yang tinggi dari sivitas akademika FTSP UII ketika menerima visitasi KAAB. Beliau juga mengatakan  semangat yang  dirasakan sewaktu   mengimplementasikan standar akreditasi internasional  yang pertama kali. Walaupun  di Negara Indonesia belum diwajibkan, akan tetapi Program Studi Arsitektur  FTSP UII sudah memberanikan diri mendahuluinya.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6559.JPG

Dr. Adib Abadi selaku Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) mengemukakan inisiasi UII untuk menyelenggarakan seminar akreditasi internasional arsitek merupakan langkah yang sangat positif guna memajukan bersama pendidikan arsitektur di Indonesia. Karena sampai saat ini menurut Dr.Adib bahwa  baru mencatat 2 (dua) Program Studi Arsitektur yang berani melangkahnya, yaitu UII itu sendiri dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan harapan semoga Program Studi arsitek lainnya yang berada di Indonesia dapat mengikuti langkah yang sama di tahun yang akan datang.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6584.JPG

Senada dengan Ketua APTARI, Dekan FTSP UII (Dr.-Ing. Ir. Widodo, M.Sc) pun mengatakan, penyelenggaraan post visit seminar KAAB dan akreditasi internasional arsitek merupakan langkah yang sangat positif guna memajukan pendidikan. Oleh karenanya apresiasi diberikan kepada para pengelola pendidikan arsitektur sebagai kesadaran untuk membangun kualitas lulusan yang lebih baik.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6566.JPG

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6619.JPG

Sebagai narasumber Post visit seminar KAAB Prof. Jaepil Choi dan Prof. Junyuk Lee dari Korea Selatan memaparkan pentingnya akreditasi internasional. Sedangkan narasumber lainnya Dr.Heru Poerbo (ITB), Noor Cholis Idham, Ph.D (UII), Dr.Adib Abadi (APTARI), Ahmad Djuhara (Pengurus Ikatan Arsitektur Indonesia), Prof.Dr.rer.nat.Imam Buchori (Anggota Majelis Akreditasi BAN-PT), dan Dr.Ridwan (Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan RI).

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6566.JPG

 

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/foto4.jpg

Workshop terbatas roundtable (sekelompok orang dari institusi  datang bersama-sama di ruang rapat dengan meja kursi guna  mendiskusikan dan menciptakan ide-ide tertentu) terselenggara setelah kuliah umum tentang keunggulan Islam dalam mengelola dan mengatur lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kemarin Selasa (22 Nopember) di Gedung Muhammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/foto4.jpg

Pakar fiqh dihadirkan seperti Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D (Pimpinan Cnv.Eng Association) Mesir, Dr Aly Abdelmoneim A, Drs.Tamzys, MA., Ph.D, beberapa pakar fiqh dosen Ilmu Agama Islam, Dekan FTSP UII, Ketua Program Studi Teknik Lingkungan, dan beberapa dosen FTSP UII guna membahas mata kuliah fiqh lingkungan dan peluangnya di FTSP UII.

Beberapa usulan kedepan dalam mewujudkan Program studi yang rahmatan lil’alamin dan unggul diperlukan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh Perguruan Tinggi (PT) lain. Hal ini diperlukan adanya realisasi Mata Kuliah (MK) dalam Satuan Akademik Perkuliahan (SAP), dan berupaya setiap dosen pengampu semua MK dapat menyisipkan keunggulan keislaman (fiqh) diawal perkuliahan.  Roundtable yang dipimpin langsung Dekan FTSP UII berakhir siang hingga sore hari, usulan hasil workshop pun akan dibicarakan lebih lanjut.

 

 

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/1.jpg

Selasa (22 Nopember) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kuliah umum tentang keunggulan Islam dalam mengelola dan mengatur lingkungan bertempat di Auditorium Gedung Muhammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc)  dalam sambutannya mengatakan bagaimana menghadapi tantangan lingkungan yang ada pada saat ini, kita tahu bahwa tanah yang kita injak ini tidaklah abadi hanyalah sementara dan akan diminta kepada Allah SWT. Kita diberikan amanah oleh Allah SWT dimuka bumi guna menjaga alam lingkungan seisinya. Langkah dan bagaimana Islam bersikap kepada lingkungan akan terjawab dalam kuliah umum saat ini yang akan disampaikan oleh Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D (Pimpinan Cnv.Eng Association) Mesir.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

Sementara Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam (FTAI) Drs.Tamzys, MA., Ph.D berharap dalam menyongsong masa depan dengan ilmu lingkungan (fiqh lingkungan) dapat diintegrasikan. Ia juga berharap kerjasama akademik semacam ini tidak berhenti hanya sampai disini saja namun berkelanjutan.

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

Kuliah umum terselenggara atas kerjasama Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan bersama Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia dengan keynote Spekers  Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D (Pimpinan Cnv.Eng Association) Mesir, Dr Aly Abdelmoneim A (FIAI UI), dan Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D (Dosen FTSP UII), yang dihadiri 300 (tiga ratus) mahasiswa FTSP dan FIAI UII.

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D mengatakan, pentingnya ilmu lingkungan datang dari besarnya dan interkoneksinya masalah lingkungan lintas waktu dan lintas perbatasan. Masalah linkungan kini adalah masalah bersama yang harus dikelola bersama pula. Bagi kita, orang islam, masalah lain adalah ketidaktahuan orang-orang akan keunggulan dan komprehensifnya islam dalam memecahkan masalah lingkungan. Akibat dari ketidaktahuan itu, solusi yang diadopsi untuk masalah lingkungan itu sering kali bersifat parsial (tidak seutuh solusi yang datang dari agama).

 

Sumber persoalan lingkungan, sumber masalah yang menghambat pembangunan berkelanjutan, adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan kini tanpa menyia-nyiakan bagian (hak) generasi mendatang dalam sumber daya. Masalah penting pembangunan berkelanjutan adalah deforestrasi, kejarangan air bersih (jangan melihat Indonesia), dan  ketidak seimbangan dalam mengonsumsi sumber daya.

 

Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D mencontohkan, Australia mendatangkan kelinci, kelinci berkembang biak sehingga tidak dapat dikendalikan, malah memakan tanaman. Lalu, orang Australian mendatangkan serigala untuk memakan kelinci, akhirnya malah memakan kanguru. Sehingga bermain-main dengan keseimbangan mengakibatkan hasil yang tidak diinginakan.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

 

Akibat pencemaran lingkungan tidak dapat digampangkan, setiap tahun jutaan nyawa hilang gara-gara pencemaran. Seperti kejadian Cirnobel di Ukrania dulu, di mana radiasi nuklir mengakibatkan serial kejadian yang belum berhenti sampai saat ini. Banyak contoh lain seperti bocornya minyak bumi ke laut, menghancurkan batu karang, padahal siklusnya bisa mencapai ribuan tahun. Peperangan juga sangat berpengaruh negative terhadap lingkungan (pembakaran ladang minyak secara besar besaran di Iraq dulu). Percobaan ilmiah juga bertanggung jawab besar terhadap pencemaran, terutama percobaan nuklir.

 

Syariah tidak memulai dengan hukuman, syariah akan mulai dengan proteksi dini dan pengawasan. Pengawasan dalam syariah dimulai dari diri sendiri, kemudian berkembang dalam lingkaran keluarga, dan masyarakat. Kekuasaan nasihat dalam syariah selalu mendahului kekuasaannegara. Syariah selalu menimbulkan kepedulian, barang siapa tidur dalam keadaan kenyang, pada hal tetangganya tidak, maka dianggap berdosa dalam islam. Selain proteksi dini, syariah memblokir sarana-sarana yang mengantarkan kita kepada dosa. Sebelum melarang kita minum khamr, kita tidak boleh mendekati orang yang meminumnya.

 

Sejak 1400 tahun yang lalu, Islam telah memperhatikan secara unggul persoalan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sesuai dengan masalah zamannya waktu itu, melarang segala bentuk pencemaran seperti melarang kencing di air, melarang memakan bawang jika hendak ke masjid (apalagi rokok atau asap), melarang pembabatan hutan, dan melarang pemotongannya kecuali untuk kepentingan makan, sekalipun dalam peperangan. Melarang menggunakan hewan sebagai sasaran tembak, mencetuskan isolasi untuk tujuan kesehatan, melarang membasmi sebuah hewan secara besar-besaran, dan lain lain.

 

Syariah memulai dari bawah, menumbuhkan kesadaran pada individu terlebih awal, sebuah aturan tidak akan berjalan kecuali ada keyakinan dari setiap individu akan keadilan dan efektifnya aturan itu. Syariah menerpakan kaidah dar’ almafasid dan jalb almasalih: melarang kerusakan, melarang mubazir, melarang musrif, berlaku aktif preventif dan dari hal terkecil. Syariah, dalam menumbuhkan kesadaran akan lingkungan, menunjukkan kepada manusia akan keagungan dan keindahan serta nilai guna yang besar dari lingkungan, ketika itu, manusia akan menghormati lingkugan lalu memperhatikan keseimabangan di alam. Ungkap Hesham Mahmoud Kahadr.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/2.jpg

 

Sedangkan narasumber Dr Aly Abdelmoneim A, dan Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D mengulas permasalahan lingkungan dan tata ruang saat ini yang dalam kondisi krisis, yang pada prinsipnya diperlukan pembangunan yang dilakukan  di suatu wilayah.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/wa2.jpeg

Seiring dengan peningkatan pembangunan, khususnya pembangunan jalan sangat penting. Baik jalan pedesaan untuk pelayanan transportasi hasil produk pertanian, home Indrustri, peternakan dan lain-lain. Untuk mendapatkan  mutu suatu perkerasan jalan yang baik, salah satunya dengan cara membuat Job Mix Formula (JMF), kenapa ? sebab JMF adalah perilaku atau prosedur yang harus dipenuhi persyaratannya baik syarat agregat dan syarat aspal yang akan digunakan untuk membuat campuran AC-BC .

 

JMF bertujuan untuk mengetahui porsi agregat kasar, sedang, halus, dan pasir disamping untuk mengetahui porsi aspal yang akan digunakan, serta untuk mengetahui karakteristik marshal test, sehingga akan dihasilkan Kadar Aspal Optimal (KAO). Manfaat JMF AC-BC  sebagai dasar campuran beton aspal untuk pekerjaan di lapangan, disamping sebagai control suatu pekerjaan dengan campuran AC-BC, dan sebagai acuan bagi pemula yang akan membuat Job Mix Formula AC-BC.

 

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/wa2.jpeg

 

Demikian disampaikan Sukamto HM Laboratorium Jalan Raya Program Studi Teknik Sipil sebagai pemakalah dalam Seminar tersebut dengan judul “Pembuatan Job Mix Formula Campuran AC-BC ” dalam seminar yang  diselenggarakan oleh Institut Teknologi Surabaya (ITS) Jawa Timur,  pada Rabu dan Kamis (16-17 November). Kesempatan yang baik ini Program Studi (Prodi) Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengirimkan 7 (tujuh) delegasi Laboran Seminar Nasional Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) yaitu, Sukamto HM, Abdul Supardi, Amirul Yahya, Darusalam, Suwarno,  Pranoto, dan Yudi Falal.

Dalam presentasinya Sukamto HM mengaku,  menyampaikan hasil penelitian yang di lakukan di Laboratorium Jalan Raya Prodi Teknik Sipil, FTSP UII, dengan mengambil kesimpulan bahwa pembuatan Job Mix Formula (JMF) beton aspal campuran AC-BC dengan proporsi agregat kasar 17,3 %,  agregat sedang  40,7 %,  agregat halus 42,0 %, dengan kadar aspal optimum (KAO) sebesar 5.01 %.

Kami mengusulkan kepada Bapak Dr.Feri Ramadhan, mohon  Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) semacam ini pelibatannya tidak hanya sebatas Perguruan Tinggi Negeri (PTN) saja, namun juga melibatkan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), karena dalam seminar ini UII adalah satu satunya PTS yang ikut andil didalamnya. Semoga usulan ini dapat terwujud sampai ke Dirjen Dikti.  Ungkapnya.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/foto_workshop%20sasaran%20mutu.jpg

Ketua Program Studi, Magister , PSMF dan anggota, serta Kepala Divisi di lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti workshop metode pengukuran Sasaran Mutu Mutu (SMU) yang diselenggarakan oleh Pimpinan Fakultas yang diprakarsai oleh PSMF FTSP UII Jum’at (18 Nopember) bertempat di Ruang Sidang Teknik Sipil Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Workshop ini bertujuan untuk menguatkan pemahaman kepada para  Ketua Program Studi, Magister, PSMF dan anggota, serta Kepala Divisi akan arti pentingnya Sasaran Mutu Unit (SMU)  berstandar MERCY OF GOD  yang selama ini menjadi budaya kerja yang dilakukan setiap harinya. Kami berharap semoga workshop hari ini mengulas parameter minimum dan target minimum Sasaran Mutu Program Studi, dan Divisi Periode 2016-2018 dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya.

Demikian disampaikan oleh Wakil Dekan FTSP UII (Setya Winarno, Ph.D) dalam sambutan pembukaan workshop yang dihadiri 20 (dua puluh) orang peserta.

Sementara narasumber workshop Kepala BPM UII (Kariyam, M.Si) menyampaikan metode pengukuran SM untuk Fakultas, Program Studi dan Kepala Divisi.  Parameter dan target minimum Sasaran Mutu dilingkungan UII diatur dalam Surat Keputusan (SK) Rektor UII nomor 808/SK-Rek/BPM/X/2016. Metode pengukuran SM ini diuraikan setiap ruang lingkup standar baik ditingkat Universitas, Fakultas maupun Program Studi. Indikator SM yang meliputi indikator yang diukur atau dicapai, didefinisi dan batasan khusus untuk istilah istilah yang dipergunakan cara mengukur dan pelaksana pengukurannya yang dijelaskan dalam metode pengukuran.

Standar M (Management dan Organization) Sasaran Mutu Fakultas menitik beratkan tingkat keunggulan produk fakultas bertaraf internasional dan berbasis local genius. Sedangkan  Standar M (Management dan Organization) Sasaran Mutu Program Studi menitik beratkan akreditasi dan atau sertifikasi Program Studi di tingkat internasional. Ungkapnya.