http://fcep.uii.ac.id/images/berita_desember_2016/dr.ing.ir.widodo.jpg

Universitas Islam Indonesia (UII) terdiri dari 8 (delapan) Fakultas, salah satunya adalah Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) yang terdiri dari 3 (tiga) Program Studi (Prodi) S1 yaitu Prodi Teknik Sipil, Arsitektur, dan Teknik Lingkungan. FTSP UII berdiri pada 12 Oktober 1964, MILAD nya yang ke 52 memiliki event yang sangat besar yaitu forum transportasi dan ICSBE converensi internasional  yang diikuti beberapa Negara guna berbagi pengalaman.

Selain S1 FTSP UII mempunyai Prodi S2 Magister Teknik (MT) dan Magister Arsitektur (MAr), Program Profesi Arsitektur (PPAr), dan tahun depan 2017 Program Doktor S3 Teknik Sipil berdiri. Insya Allah FTSP UII semakin berkembang dan dirasa sudah komplit/ lengkap.  S1 FTSP UII semua Prodi sudah terakreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional  Peguruan Tinggi (BAN-PT), dan sekarang FTSP menuju ke Akreditasi Internasinal.

Setelah terakreditasi A dari BAN-PT, ada kebijakan dari Universitas yang sudah terakreditasi A didorong untuk ke Akreditasi Internasional, dorongan itu berupa dana dan pendampingan. Prodi Teknik Sipil sudah dahuluan mendapatkan pengakuan Akreditasi Internasional dari Japan Acreditation Board for Engineering Education (JABEE), dan lembaga akreditasi ini menjadi bagian pengakuan dari Wasington dan bagi yang mendapatkannya setingkat atau selevel Akreditasi Internasional. Prodi Teknik Sipil ini Akreditasi Internasional diproses akhir 2015 dan grentitnya pada Maret 2016 yang lalu.

Demikian disampaikan Dekan FTSP UII (Dr._Ing.Ir.Widodo, M.Sc) diruang kerjanya Kamis (1 Desember) di Gedung Mohammad Natsir Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman, Yogyakarta saat berbincang bincang dengan reporter. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Prodi Arsitektur juga sudah diproses Akreditasi Internasionalnya dan tanggal 20 s/d 23 Nopember yang lalu divisitasi oleh Korea Architectural Accrediting Board (KAAB).    

Dalam kita melaksanakan proses pendidikan atau pengajaran baik Fakultas ataupun Prodi kita harus selalu meningkatkan kwalitas. Di sana juga ada aturan dalam Akreditasi Internasional itu, ada syarat bahwa Prodi atau institusi itu harus terakreditasi. Kalau di Indonesia Prodi yang sekarang disebut BAN-PT Akreditasi Nasional. Ke-depan arahnya Prodi itu yang akan meng-akreditasi adalah bukan BAN-PT lagi, akan tetapi badan atau Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Dan BAN-PT hanya akan mengakreditasi LAM yang akan mengakreditasi Prodinya. Kita semuanya sudah terakreditasi oleh BAN-PT baik Prodi Prodinya (Teknik Sipil, Arsitektur, Teknik Lingkungan) maupun institusi (UII) dengan akreditasi A. Itu berarti bahwa FTSP UII sudah mempunyai standar pendidikan sesuai dengan ketentuan Negara.

Akreditasi BAN-PT lebih berarah pada input base, sedangkan untuk menuju ke Akreditasi Internasional nota base. Kita mempunyai standar kompetensi yang disebut KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang memiliki beberapa jenjang atau level. Level 6 lulusan S1, 7 profesi, 8 master, dan 9 doktor (S3). Nah kita itu akan menuju yang 6 (enam) itu tadi, imbuh Dr.Ing.Ir.Widodo. 

Guna mendukung Akreditasi Internasional perlu adanya dukungan fasilitas yang memadai seperti laboratorium yang lengkap, ruang kelas atau ruang kuliah, tersedianya studio, IT (internet) yang memadai, serta adanya dukumen dukumen yang tertata dengan baik sebagai bukti bahwa kita melalui proses dengan benar.

UII menjadi rahmatan lil’aalamin yang mengarahkan/ menargetkan bahwa UII unggul di bidang pendidikan, masyarakat sebanding dengan Negara Negara maju dan unggul di global. Oleh karenanya FTSP UII sesuai dengan visi menuju ke sana bagaimana kita penguatan karakter UII dengan ke-Islamannya itu bisa mewarnai dunia melalui prestasi pendidikan ke depan bisa diakui kwalitasnya selevel atau sebanding dengan Negara Negara Internasional.

Dr.Ing.Ir.Widodo berharap, karena UII sudah dianggap maju, maka lulusan atau alumni kita semoga menjadi lebih siap di lapangan kerja selevel internasional seperti Jepang, Korea, atau Amerika. Disamping itu FTSP UII akan membuka klas Internasional dengan menerima mahasiswa asing yang akan belajar di FTSP UII. Selanjutnya kami mohon do’a restu dan sportnya dari semua pihak agar supaya semua itu diridhoi Allah SWT. Semoga hasil akreditasi Internasional KAAB dapat segera terwujud keluar Januari 2017 mendatang, sedangkan Prodi Teknik Lingkungan yang akan di visitasi akreditasi Internasional oleh Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) besuk tanggal 4 s/d 6 Desember, semoga dapat membuahkan hasil yang terbaik.  Tutupnya.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/5/1.jpeg

Pengaplikasian arsitektur hijau (green architecture) di Indonesia saat ini sudah mulai banyak diterapkan, akan tetapi konsep green architecture sering salah dipahami oleh banyak pihak tak terkecuali pula oleh mahasiswa Arsitektur. Dibutuhkan pemahaman agar konsep tersebut tidak hanya berupa penampilan fisik saja, namun juga kepada performannya yang ramah lingkungan. Untuk mendukung terwujudnya green architecture dibutuhkan partisipasi berbagai pihak ksususnya masyarakat, dibutuhkan sebuah desain bangunan yang dapat menciptakan sebuah komunitas sosial hijau sebagai modal sosial hijau serta gaya hidup hijau, yang dapat memberikan pendidikan hijau kepada masyarakat untuk melaksanakan praktik penerapan prinsip prinsip arsitektur hijau.

Pemahaman konsep ini diaplikasikan 11 (sebelas) delegasi Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) dalam workshop pendidikan hijau 2016 yang diselenggarakan di Bandung Jawa Barat 15 hingga 17 November. Delegasi yang terdiri dari Nidaul Husna (13512107), Resya Putri Alifia Lestari (14512226), Ibtihajar Mangputri Al Ishan (13512072), Rai Muhammad Segovia (14512215),   Filly Khusna Aflakha (13512215), Neni Kusumawardani (13512175), Triaditha Yulindari (13512114), Alifia Nahil Firdaus (13512151), Haifa Azizah Utaryanto (13512160), Ratna Asri NM (13512147), dan Dwi Rosida (13512143), yang didampingi seorang koordinator Syarifah Ismailiyah Al-Athas, ST., MT.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/5/3.jpeg

Triaditha Yulindari ditemui reporter mengatakan, workshop pendidikan hijau 2016 ini menghasilkan suatu model desain secara berkelompok berdasarkan kasus yang diberikan. Terdapat 9 (sembilan) karya yang dipilih  menjadi 3 (tiga) karya terbaik. Alhamdulillah tiga karya terbaik tersebut dikantongi semua oleh delegasi FTSP UII yang dapat menggeser dari beberapa Universitas universitas lain yang ada di Indonesia. Yaitu saya sendiri Triaditha Yulindari (13512114) mendapatkan juara 1 (satu), Nidaul Husna (13512107) mendapatkan juara 2 (dua), serta Filly Khusna Aflakha (13512215) dan Rai Muhammad Segovia (14512215) masing masing mendapatkan posisi juara 3 (ketiga). Atas keberhasilannya juara satu, dua dan tiga kami mendapatkan penghargaan berupa piagam dan uang pembinaan dari panitia.  

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/5/3.jpeg

Triaditha Yulindari menambahkan, keeikutsertaan workshop ini guna mengembangkan skill dalam bidang arsitektur hijau juga dapat berbagi ilmu diantara peserta. Untuk itu janganlah malu untuk keluar dari comfortzone dan berani untuk mengasah potensi diri, janganlah takut untuk mencoba hal baru karena itu adalah pengalaman berharga.

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/5/3.jpeg

Saya sangat bangga bisa menjadi salah satu delegasi dari Arsitektur FTSP UII dan membawa nama UII di tingkat nasional serta dapat mengaplikasikan apa yang sudah saya pelajari di UII. Dengan ini saya mempunyai banyak teman baru dan bisa bertemu dengan arsitek arsitek hebat yang sangat memotivasi saya untuk belajar lebih banyak lagi. Ungkapnya.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6541R.jpg

Kamis (24 Nopember) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Post Visit Seminar Korea Architecture Accrediting Board (KAAB) dan Akreditasi Arsitektur di Indonesia bertempat di Auditorium Gedung Mohammad Natsit  FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Yogyakarta.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6553.JPG

 

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6562.JPG

Dalam sambutannya Presiden Korea Architecture Accrediting Board (KAAB), Bumshik Shin mengatakan adanya semangat yang tinggi dari sivitas akademika FTSP UII ketika menerima visitasi KAAB. Beliau juga mengatakan  semangat yang  dirasakan sewaktu   mengimplementasikan standar akreditasi internasional  yang pertama kali. Walaupun  di Negara Indonesia belum diwajibkan, akan tetapi Program Studi Arsitektur  FTSP UII sudah memberanikan diri mendahuluinya.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6559.JPG

Dr. Adib Abadi selaku Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) mengemukakan inisiasi UII untuk menyelenggarakan seminar akreditasi internasional arsitek merupakan langkah yang sangat positif guna memajukan bersama pendidikan arsitektur di Indonesia. Karena sampai saat ini menurut Dr.Adib bahwa  baru mencatat 2 (dua) Program Studi Arsitektur yang berani melangkahnya, yaitu UII itu sendiri dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan harapan semoga Program Studi arsitek lainnya yang berada di Indonesia dapat mengikuti langkah yang sama di tahun yang akan datang.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6584.JPG

Senada dengan Ketua APTARI, Dekan FTSP UII (Dr.-Ing. Ir. Widodo, M.Sc) pun mengatakan, penyelenggaraan post visit seminar KAAB dan akreditasi internasional arsitek merupakan langkah yang sangat positif guna memajukan pendidikan. Oleh karenanya apresiasi diberikan kepada para pengelola pendidikan arsitektur sebagai kesadaran untuk membangun kualitas lulusan yang lebih baik.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6566.JPG

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6619.JPG

Sebagai narasumber Post visit seminar KAAB Prof. Jaepil Choi dan Prof. Junyuk Lee dari Korea Selatan memaparkan pentingnya akreditasi internasional. Sedangkan narasumber lainnya Dr.Heru Poerbo (ITB), Noor Cholis Idham, Ph.D (UII), Dr.Adib Abadi (APTARI), Ahmad Djuhara (Pengurus Ikatan Arsitektur Indonesia), Prof.Dr.rer.nat.Imam Buchori (Anggota Majelis Akreditasi BAN-PT), dan Dr.Ridwan (Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan RI).

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/4/DSCF6566.JPG

 

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/foto4.jpg

Workshop terbatas roundtable (sekelompok orang dari institusi  datang bersama-sama di ruang rapat dengan meja kursi guna  mendiskusikan dan menciptakan ide-ide tertentu) terselenggara setelah kuliah umum tentang keunggulan Islam dalam mengelola dan mengatur lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) kemarin Selasa (22 Nopember) di Gedung Muhammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/foto4.jpg

Pakar fiqh dihadirkan seperti Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D (Pimpinan Cnv.Eng Association) Mesir, Dr Aly Abdelmoneim A, Drs.Tamzys, MA., Ph.D, beberapa pakar fiqh dosen Ilmu Agama Islam, Dekan FTSP UII, Ketua Program Studi Teknik Lingkungan, dan beberapa dosen FTSP UII guna membahas mata kuliah fiqh lingkungan dan peluangnya di FTSP UII.

Beberapa usulan kedepan dalam mewujudkan Program studi yang rahmatan lil’alamin dan unggul diperlukan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh Perguruan Tinggi (PT) lain. Hal ini diperlukan adanya realisasi Mata Kuliah (MK) dalam Satuan Akademik Perkuliahan (SAP), dan berupaya setiap dosen pengampu semua MK dapat menyisipkan keunggulan keislaman (fiqh) diawal perkuliahan.  Roundtable yang dipimpin langsung Dekan FTSP UII berakhir siang hingga sore hari, usulan hasil workshop pun akan dibicarakan lebih lanjut.

 

 

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/1.jpg

Selasa (22 Nopember) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kuliah umum tentang keunggulan Islam dalam mengelola dan mengatur lingkungan bertempat di Auditorium Gedung Muhammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.

Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc)  dalam sambutannya mengatakan bagaimana menghadapi tantangan lingkungan yang ada pada saat ini, kita tahu bahwa tanah yang kita injak ini tidaklah abadi hanyalah sementara dan akan diminta kepada Allah SWT. Kita diberikan amanah oleh Allah SWT dimuka bumi guna menjaga alam lingkungan seisinya. Langkah dan bagaimana Islam bersikap kepada lingkungan akan terjawab dalam kuliah umum saat ini yang akan disampaikan oleh Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D (Pimpinan Cnv.Eng Association) Mesir.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

Sementara Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam (FTAI) Drs.Tamzys, MA., Ph.D berharap dalam menyongsong masa depan dengan ilmu lingkungan (fiqh lingkungan) dapat diintegrasikan. Ia juga berharap kerjasama akademik semacam ini tidak berhenti hanya sampai disini saja namun berkelanjutan.

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

Kuliah umum terselenggara atas kerjasama Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan bersama Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia dengan keynote Spekers  Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D (Pimpinan Cnv.Eng Association) Mesir, Dr Aly Abdelmoneim A (FIAI UI), dan Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D (Dosen FTSP UII), yang dihadiri 300 (tiga ratus) mahasiswa FTSP dan FIAI UII.

 http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D mengatakan, pentingnya ilmu lingkungan datang dari besarnya dan interkoneksinya masalah lingkungan lintas waktu dan lintas perbatasan. Masalah linkungan kini adalah masalah bersama yang harus dikelola bersama pula. Bagi kita, orang islam, masalah lain adalah ketidaktahuan orang-orang akan keunggulan dan komprehensifnya islam dalam memecahkan masalah lingkungan. Akibat dari ketidaktahuan itu, solusi yang diadopsi untuk masalah lingkungan itu sering kali bersifat parsial (tidak seutuh solusi yang datang dari agama).

 

Sumber persoalan lingkungan, sumber masalah yang menghambat pembangunan berkelanjutan, adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan kini tanpa menyia-nyiakan bagian (hak) generasi mendatang dalam sumber daya. Masalah penting pembangunan berkelanjutan adalah deforestrasi, kejarangan air bersih (jangan melihat Indonesia), dan  ketidak seimbangan dalam mengonsumsi sumber daya.

 

Hesham Mahmoud Kahadr, Ph.D mencontohkan, Australia mendatangkan kelinci, kelinci berkembang biak sehingga tidak dapat dikendalikan, malah memakan tanaman. Lalu, orang Australian mendatangkan serigala untuk memakan kelinci, akhirnya malah memakan kanguru. Sehingga bermain-main dengan keseimbangan mengakibatkan hasil yang tidak diinginakan.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/3.jpg

 

Akibat pencemaran lingkungan tidak dapat digampangkan, setiap tahun jutaan nyawa hilang gara-gara pencemaran. Seperti kejadian Cirnobel di Ukrania dulu, di mana radiasi nuklir mengakibatkan serial kejadian yang belum berhenti sampai saat ini. Banyak contoh lain seperti bocornya minyak bumi ke laut, menghancurkan batu karang, padahal siklusnya bisa mencapai ribuan tahun. Peperangan juga sangat berpengaruh negative terhadap lingkungan (pembakaran ladang minyak secara besar besaran di Iraq dulu). Percobaan ilmiah juga bertanggung jawab besar terhadap pencemaran, terutama percobaan nuklir.

 

Syariah tidak memulai dengan hukuman, syariah akan mulai dengan proteksi dini dan pengawasan. Pengawasan dalam syariah dimulai dari diri sendiri, kemudian berkembang dalam lingkaran keluarga, dan masyarakat. Kekuasaan nasihat dalam syariah selalu mendahului kekuasaannegara. Syariah selalu menimbulkan kepedulian, barang siapa tidur dalam keadaan kenyang, pada hal tetangganya tidak, maka dianggap berdosa dalam islam. Selain proteksi dini, syariah memblokir sarana-sarana yang mengantarkan kita kepada dosa. Sebelum melarang kita minum khamr, kita tidak boleh mendekati orang yang meminumnya.

 

Sejak 1400 tahun yang lalu, Islam telah memperhatikan secara unggul persoalan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sesuai dengan masalah zamannya waktu itu, melarang segala bentuk pencemaran seperti melarang kencing di air, melarang memakan bawang jika hendak ke masjid (apalagi rokok atau asap), melarang pembabatan hutan, dan melarang pemotongannya kecuali untuk kepentingan makan, sekalipun dalam peperangan. Melarang menggunakan hewan sebagai sasaran tembak, mencetuskan isolasi untuk tujuan kesehatan, melarang membasmi sebuah hewan secara besar-besaran, dan lain lain.

 

Syariah memulai dari bawah, menumbuhkan kesadaran pada individu terlebih awal, sebuah aturan tidak akan berjalan kecuali ada keyakinan dari setiap individu akan keadilan dan efektifnya aturan itu. Syariah menerpakan kaidah dar’ almafasid dan jalb almasalih: melarang kerusakan, melarang mubazir, melarang musrif, berlaku aktif preventif dan dari hal terkecil. Syariah, dalam menumbuhkan kesadaran akan lingkungan, menunjukkan kepada manusia akan keagungan dan keindahan serta nilai guna yang besar dari lingkungan, ketika itu, manusia akan menghormati lingkugan lalu memperhatikan keseimabangan di alam. Ungkap Hesham Mahmoud Kahadr.

http://fcep.uii.ac.id/images/berita_november_2016/3/2.jpg

 

Sedangkan narasumber Dr Aly Abdelmoneim A, dan Ir.Suparwoko, MURP., Ph.D mengulas permasalahan lingkungan dan tata ruang saat ini yang dalam kondisi krisis, yang pada prinsipnya diperlukan pembangunan yang dilakukan  di suatu wilayah.