Pendirian UII pada 27 Rajab 1364 merupakan ikhtiar membangun peradaban. Harapan kolektif para pendiri digantungkan. Sejak awal, UII diharapkan menjadi aktor penting yang menyiapkan anak bangsa untuk membangun peradaban baru Indonesia dan Islam. Catatan sejarah menunjukkan itu semua.
Kini, usia UII menginjak 78 tahun menurut kalender hijriah. Kondisi UII saat ini merupakan akumulasi kerja peradaban para pendiri dan pendahulu. Tak seorang pun berhak mengklaimnya sebagai hasil kerja personal. Jika ada (semoga tidak), klaim seperti itu adalah simbol arogansi karena menafikan kontribusi banyak orang.
Kemurahan Allah Swt. telah mengantarkan UII dalam kondisinya yang sekarang. Tanpa bermaksud membanggakan diri, kerja kolektif kita semua, telah menjadikan UII masuk dalam jajaran perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan dikenal kolega-kolega di manca negara. Jaringan global pun semakin tertata. Keterlibatan aktif UII di beragam konsorsium internasional dapat menjadi indikasi. Publikasi ilmiah para warganya di kanal internasional dan pengakuan beragam lembaga akreditasi internasional juga semakin menegaskan. Tentu, capaian ini perlu disyukuri bersama, dengan penuh catatan.
Demikian dituturkan Prof. Fathul Wahid (Rektor UII) dalam kata sambutan dan pengantar workshop “Menuju FTSP 2045: Rebranding dan Reconfiguring”secara daring yang digelar Fakultas Teknik Sipil dan Perencaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Rabu (17 Pebruari). Workshop dihadiri tidak kurang dari 150 dewan dosen dan tenaga kependidikan FTSP UII, serta para pimpinan Fakultas dilingkungan UII.
Dalam kata sambutannya Prof. Fathul melanjutkan, banyak harapan kepada UII yang belum sepenuhnya menjadi nyata (Ungkap Prof. Fathul). Bahwa deretan pekerjaan rumah masih menanti ditunaikan. Kita bisa sebut di sini beberapa. Termasuk di antaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan yang membebaskan, penelitian yang berimbas, dan sensitivitas serta kontribusi signifikan dalam penyelesaian beragam masalah bangsa.
Semua tersebut membutuhkan kerja kolektif yang bersambung antargenerasi. Ini kerja peradaban sepanjang hayat. Saya personal berharap (ungkap Prof. Fathul) Allah masih mengizinkan saya melihat UII ketika berusia satu abad. Waktu 22 tahun ke depan memang terlalu singkat untuk membangun peradaban baru, tetapi sangat lama untuk berlalu tanpa kemajuan berarti.
Saya (Prof. Fathul) berdoa, ketika usia menginjak satu abad pada 27 Rajab 1464 (9 Juni 2042), setelah 1.200 kali purnama dilalui UII, harapan-harapan besar tersebut semakin nyata. UII tetap tegar berdiri dan tumbuh menjadi perguruan tinggi yang semakin dihormati dan tetap menjaga standar akhlak organisasi tertinggi.
Warga UII berhasil secara berjemaah mendorong kemajuan substantif, menentukan takdirnya sendiri, dan tidak terjebak pada muslihat yang dapat membocorkan energi dan menggerus nurani. UII semakin mantap menjadi organisasi modern dengan dukungan teknologi dan semua indikatornya. UII dan warganya pun, saya doakan, semakin siap menjadi warga global yang berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah kemanusiaan. Banyak inovasi berimbas yang diproduksi dengan niat suci.
Prof. Fathul menegaskan, saya percaya, ketika harapan kolektif disatukan dan ikhtiar bersama dilakukan, Allah akan memudahkan jalan ke depan. Jalan untuk membangun peradaban baru Indonesia dan Islam yang bermartabat. Ia pun mengajak, mari kita bersama jemput masa depan itu. Yang perlu kita lakukan adalah mengenali kekuatan diri, memahami perkembangan mutakhir, dan meresponsnya secara inovatif.
Apa yang diinisiasi oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) melalui workshop hari ini yang bertajuk “Menuju FTSP 2045: Rebranding dan Reconfiguring”, adalah salah satu anak tangga untuk melakukan itu semua. Saya berharap dari workshop ini muncul kesadaran kolektif baru untuk meneguhkan perjalanan FTSP ke depan, sebagai bagian penting UII. Selain itu, mendesain anak tangga mencapai tujuan yang lebih tinggi sama pentingnya dengan membangun harapan bersama.
Siapa tahu, untuk menemukan hentakan baru, nama FTSP sendiri mungkin ingin diubah sebagai bagian dari penjenamaan (rebranding). Jika disepakati, nama baru tersebut perlu dipilih supaya tidak ada kesan hegemonik disiplin tertentu, tetap menghargai sejarah lampau, tetapi lebih inklusif, distingtif, dan futuristik. Tutupnya.
Sebelumnya Dekan FTSP UII (Miftahul Fauziah, Ph.D) dalam sambutan dan pengantar workshop mengemukakan, bahwa Tahun 1945 adalah merupakan tahun yang penting bagi seluruh rakyat Indonesia umumnya dan Universitas Islam Indonesia (UII) khusunya. Karena pada tahun 1945 Indonesia Merdeka dan UII berdiri.
100 tahun adalah merupakan momentum yang penting bagi kita sebagai pandangan kita ke-depan. Oleh karenanya saat ini FTSP mempersiapkan diri menuju 2045 dengan menggelar workshop, dengan harapan acara dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Workshop “Menuju FTSP 2045: Rebranding dan Reconfiguring” hari pertama menghadirkan 3 (tiga) nara sumber Dr.Muhammad Muqoddas, SH., M.Hum; Drs.Suwarsono Muhammad, MA ; dan Ir.Munichy B Edrees, M.Arch., IAI
Dr.Muhammad Muqoddas, SH., M.Hum menyampaikan Guardian of Equity Nasionalitas Korupsi NKRI, dengan merekomendasikan untuk mengawal keadilan dan proporsi pembangunan berbasis pembebasan masyarakat.
Maka FTSP menganisiasi pola lintas disiplin ilmu untuk disain pembangunan berkeadilan dengan catatan dilanjutkan Desain Riset Nasional, dan simposium pembangunan perspektif keadilan ekonomi kerakyatan. Ungkapnya.
Sementara Ketua yayasan Badan Wakaf UII (Drs.Suwarsono Muhammad, MA) mengapresiasi rebrending 2045 ini dibikin scenario yang menarik. 25 tahun kedepan globalisasi yang diberikan kedaulatan untuk pendidikan di FTSP. Oleh karenanya FTSP berdaulat dalam pergaulan internasional yang salah satu subtansinya adalah keunikan FTSP.
Dihari kedua Jum’at (19 Pebruari) workhop “Menuju FTSP 2045” menghdirkan narasumber Prof. Aris Ananta, M.Sc., Ph.D dengan tema Gateway to Global Market.
Bumi saat ini mengalami tekanan perubahan iklim yang dramatis, tentu saja komitmen dari alumninya akan menjadi penting untuk lebih menegaskan bahwa FTSP UII adalah merupakan bagian dari upaya menyelamatkan bumi. Berapa besar dampak disrupsi teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Apalagi tuntutan pasar global sangat dibutuhkan maka diperlukan keahlian khusus serta kemampuan untuk berkolaborasi diberbagai disiplin ilmu. Ungkapnya.
Sebelumnya disampaikan pemaparan scenario peran FTSP di tahun 2045 perwakilan dari masing-masing Jurusan dan dilanjutkan dengan diskusi reconfiguring serta penjaringan aspirasi. (h).