Tepatnya pertengahan April yang lalu Ega (17513014) Mahasiswi Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) telah memperoleh prestasi  lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) VI yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Jamaah Al-Kahfi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Surya Global Yogyakarta.

Dalam ajang MTQ berjudul Cerdas Bersama Al-Quran, Menuju Generasi Millenial Qurani Ega, mahasiswi PSTL FTSP UII mendapatkan juara 1 (satu) Musabaqah Syarhil Quran (MSQ) bersama 2 (dua) rekannya dari Statistika (W. Pratiwi Joti) dan Ana Uswatun Khasanah Ekonomi Islam.

Ega merasa bersyukur karena tidak menyangka dapat menjadi juara 1 (satu) di ajang MSQ ini, namun tentu saja tidak boleh terlalu berlebihan bangga, karena di luar sana masih banyak yang lebih baik dari kita oleh karena kita harus terus belajar. Dalam kejuaraan ini saya (Ega) disamping mendapatkan tropi, sertifikat juga mendapatkan uang pembinaan yang cukup lumayan. Ungkap Ega.

Membangun peradaban merupakan salah satu langkah untuk menuju kemajuan. Salah satu media yang dapat digunakan yakni melalui desain bangunan atau arsitektural. Bermula dari hal tersebut, Program Studi Arsitektur bersama dengan Magister Arsitektur (M.Ars) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan seminar bertajub Arsitek Perempuan dalam Membangun Peradaban  pada Selasa (24/4) bertempat di Auditorium Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta Selasa (24 April) yang lalu.

Sebagai narasumber  Vidya Spaey PA, ST., MaHS, yang merupakan lulusan S1 di UGM dan lulusan master housing for the poor di Belgia. Ia pernah menorehkan banyak prestasi diantaranya sebagai arsitek utama di LAUDE Architects, LPDP Awardee (Belgia), mata garuda Jawa Tengah dan YSEALI Alumni 2017.

Ia menuturkan bahwa dirinya  disaat usia 22 tahun mendapatkan kesempatan untuk untuk menyelesaikan proyek tower salah satu program dari Jusuf Kalla dan pengembangan hotel di NTT. Dalam penuturannya, arsitektur dapat membangun negara. “Tantangan terbesar bagi arsitek saat ini adalah membangun networking, portofolio dan global. Arsitek ditantang dalam uber desain yang terbangun.

Vidya Spaey dalam kesempatannya banyak menceritakan pengalaman dalam menyelesaikan berbagai proyek di luar negeri. Menurutnya tantangan lainnya yang bagi para arsitek adalah harus mampu memahami suatu negara atau wilayah dalam waktu singkat. Seorang artsitek harus mampu memahami kodisi dan perubahan suatu negara dari segi lingkungan yang terjadi selama satu tahun dengan melakukan survei beberapa minggu.

Dalam penjelasannya salah satu pengalamannya adalah pada saat mengerjakan proyek di Qatar. Penyelesaian proyek dimulai dari memahami kultur suatu wilayah. “Inspirasi pada saat mengerjakan proyek ini berasal dari kota tua di sana,”.

Dari pengalaman itu melihat kota tua yang memiliki bangunan yang rapat dengan fungsi untuk meneduhkan para pejalan kaki. Ia mendapat ide membangun suatu bangunan dimana saat warga melakukan aktivitas di luar bangunan tetap terlindung dari trik matahari. Ia menambahkan agar tidak terkesan monoton, maka dibuatlah 5 pengembangan yaitu tradisional, modern, internasional, jetset (orang kaya), dan expatriate (pendatang).

Proyek yang ia kerjakan juga merencanakan reklamasi. Dengan mengikuti kultur masyarakat arab (Qatar) yang ingin memiliki sesuatu yang pertama di dunia, maka pemilihan model reklamasi ia tentukan bergelombang agar mendapat kesan yang berbeda pada saat berada di titik-titik tertentu.

Peristiwa Bencana Gempa di Banjarnegara  yang terjadi pada 18 April 2018 membuat banyak pihak prihatin, karena selain menelan 2 (dua) korban jiwa peristiwa tersebut juga banyak menimbulkan kerusakan bangunan. Prof. Sarwidi, Dosen Rekayasa Kegempaan dan Manajemen Bencana(RGMB) bersama dengan Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil (PMTS) Universitas Islam Indonesia (UII)  konsentrasi RGMB melakukan kunjungan ke lokasi terjadinya gempa guna meninjau dampak kerusakan di lokasi gempa, Sabtu (21 April 2018).

Hasil temuan tim di lapangan banyak menemukan bangunan yang roboh atau rusak umumnya rumah dan beberapa bangunan sekolah yang dikatagerikan sebagai bangunan non-teknis (non-engineered) dan memang terindikasi bersifat getas. Bangunan rumah dan sekolah yang roboh atau rusak berat tidak mengikuti kaidah-kaidah dalam membangun bangunan tahan gempa, diantaranya adalah sistem struktur yang kurang menyatu, mutu tembokan yang rendah, bangunan didirikan di atas tanah yang kurang stabil serta material bangunan, seperti kayu dan bambu yang telah lapuk.

Ada hal menarik yang ditemukan di lokasi bencana. Di sana ditemui inovasi dari masyarakat dalam menekan biaya bangunan dengan menggunakan kombinasi tulangan baja dan bambu untuk perkuatan rangka beton rumah. Sayangnya, teknis pelaksanaan kurang memadai dan tidak dibuat dengan praktek yang semestinya. Seperti, adanya kekurangan pembuatan kait pada penyambungan tulangan, pemakaian tulangan bambu yang bermutu rendah dan berukuran terlalu kecil dan sambungan pada simpul antar elemen beton pengekang yang tidak memadai. Hal ini yang menyebabkan bangunan sangat rawan runtuh.

Perlu diketahui, gempa yang terjadi di Banjarnegara berskala rendah, yaitu 4,4 SR tanggal 18 April 2018 dengan kedalaman pusat gempa 4 km dan 3,4 SR tanggal 21 April 2018 dengan kedalaman pusat gempa 1 km. Namun demikian, pusat gempa yang sangat dangkal menyebabkan intensitas goncangan gempa di permukaan dapat terasa sangat kuat sehingga bangunan yang kurang memenuhi standar keamanan gempa banyak yang roboh atau rusak berat.

“Mengingat sebagian besar permukiman masyarakat di Indonesia terancam bencana gempa, maka sewajarnyalah semua pihak dapat bahu-membahu dalam mengantisipasi bencana gempa agar menjadi kekuatan besar dalam mengantisipasi bencana tersebut, misalnya dengan mengadakan semacam gerakan nasional PRB gempa”, ujar Prof.Sarwidi.

 

Dalam rangka menjalin silaturrahmi sekaligus memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara keluarga besar Ikatan Keluarga Ibu-ibu (IKI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan pertemuan  di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII, hari Jum’at (20 April) di Hall Gedung Mohammad Natsir. Pertemuan yang diselenggarakan secara kontinyu dihadiri oleh ibu-ibu dan istri dewan dosen dan  tenaga kependidikan UII yang sekaligus memperingati hari Raden Ajeng Kartini.

Tanggal 21 April adalah tanggal kelahiran Raden Ajeng  Kartini. Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai tonggak sejarah lahirnya seorang wanita Indonesia yang berjuang untuk kaumnya, wanita Indonesia. Namun, satu hal yang jarang diungkapkan, bahkan terkesan disembunyikan dalam catatan sejarah, adalah usaha Raden Ajeng  Kartini untuk mempelajari Islam dan mengamalkannya, serta bercita-cita agar Islam disukai. Sesungguhnya RA.Kartini merupakan Muslimah sejati, dikala itu Raden Ajeng Kartini mempelajari Al Qur’an hingga di Juz 10. Demikian dituturkan Ketua IKI FTSP UII (Ir.Tuti Anuriyah Widodo) dalam sambutan IKI UII.

Ia memberikan apresiasi kepada ibu-ibu yang telah hadir dalam pertemuan ini dengan tampil beda, disamping hari ini pertemuan rutin IKI UII juga sekaligus memperingati hari Raden Ajeng Kartini.  

Sementara Ibu Wakil Rektor II UII   (Ibu Nur Feriyanto) mewakili Ibu Rektor menyampaikan ungkapan terima kasih atas terselenggranya acara ini. Kita tahu bahwa setiap tanggal 21 April selalu diperingati sebagai Hari Raden Ajeng Kartini, ini merupakan wujud penghargaan Negara kepada pahlawan yang selalu memperjuangkan kesetaraan antara kaum pria dan wanita.  

Siapa yang tidak kenal dengan Pahlawan wanita asal Jepara, Raden Ajeng Kartini. Dia dikenal dengan sebagai pahlawan yang memperjuangkan kaum wanita, meski menempuh banyak tantangan oleh keluarga dan lingkungannya. Ungkapnya.

Sementara kultum disampaikan oleh Dr.Ir.Sri Amini Yuni Astuti., MT (dosen Teknik Sipil FTSP UII) dengan thema berbahkti kepada orang tua. Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini.  

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain berbakti kepada kedua orang tua,  merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, untuk berbakti kepada orang tuanya. “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. (Surat al-Israa’ ayat 23).  

Selesainya kultum dilanjutkan dengan lomba pembacaan surat puisi Raden Ajeng Kartini dan lomba pakaian adat, sekaligus pembagian hadiah para pemenang lomba.

Sabtu (14 April) Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar pelatihan persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi laboratorium ISO/IEC 17025: 2017 bertempat di Ruang Sidang Teknik Lingkungan Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.
Penyelenggaraan pelatihan ini karena Komite Akreditasi Nasional (KAN) menetapkan dan memberlakukan ISO/IEC 17025:2017 sebagai persyaratan akreditasi laboratorium oleh KAN. Tata cara penyesuaian persyaratan akreditasi dari SNI ISO/IEC 17025:2008 (adopsi dari ISO/IEC 17025:2005) ke ISO/IEC 17025:2017 diatur dalam kebijakan KAN.
Pelatihan digelar 2 (dua) hari (Sabtu dan Ahad) tanggal 14 dan 15 April yang lalu diikuti oleh para dosen dan laboran PSTL FTSP UII serta beberapa dosen dari laboratorium terpadu. Sebagai instruktur Ir.Anwar Hadi, MEM (Trainer, Consultant dan penulis beberapa buku tentang Sistem Manajemen Mutu dan Teknis Laboratorium).
Dalam makalahnya Anwar Hadi menyampaikan bahwa dalam ISO/IEC 17025: 2017 menekankan pada hasil sebuah proses, bukan deskripsi rinci tentang pekerjaan dan langkahnya. Fokus pada teknologi informasi dan menggabungkan penggunaan sistem komputer, rekaman dan laporan hasil secara elektronik.
Ia menambahkan bahwa ISO/IEC 17025: 2017 mencakup pemikiran berbasis resiko yang menggambarkan kesamaan dengan ISO 9001: 2015. Disamping itu cetakan, manual, rekaman, dan laporan secara perlahan diganti sesuai versi elektronik. Sedangkan ruang lingkup mencakup semua kegiatan laboratorium termasuk pengujian, kalibrasi dan pengambilan sampel terkait dengan kalibrasi dan pengujian selanjutnya. Laboratorium menjamin seluruh proses dalam kendali sehingga data yang dihasilkan valid disertakan ketidakpastian pengujian dan ketertelusuran metrologi dapat dibuktikan.