FTSP UII Adakan Workshop dan Training PBM berbasis Outcome Based Education

Workshop dan Training PBM berbasis Outcome Based Education FTSP UII

Kamis (20 Juli) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan workshop dan training Proes Belajar Mengajar (PBM) berbasis Outcome Based Education (OBE) bertempat di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14.5 Yogyakarta.

Workshop berbasis OBE diperuntukkan para dosen dilingkungan FTSP UII diikuti 60 (enam puluh) dosen dengan nara sumber Sylvi Dewanjani, Ph.D (Dosen Psikologi UGM), Ketua Program Studi (Prodi) Teknik Sipil (Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D.), Ketua Prodi Arsitektur (Noor Cholis Idham, Ph.D), dan Ketua Prodi Teknik Lingkungan (Hudori, ST, MT).

Hadir sekaligus menyampaikan kata sambutan dalam workshop Wakil Dekan FTSP UII (Setya Winarno, Ph.D), berharap para peserta workshop untuk dapat mengikuti acara dari awal hingga selesai selama sehari. Workshop ini bermaksud untuk merifles kembali apa apa yang sudah dilakukan selama ini, sehingga akan dapat menghasilkan yang terbaik, dan saat ini kita harus mengajar dengan system Outcome Based Education (OBE) walaupun masih ada yang harus sedikit diperbaiki. Wakil Dekan berharap kepada para dosen pada semester mendatang penyerahan nilai ujian dapat diserahkan tepat pada waktunya, karena hal inilah yang menjadi sedikit kendala dalam Nilai Kinerja Dosen (NKD).

Sylvi Dewanjani, Ph.D dalam paparannya menyampaikan bahwa bagi anak didik dengan kemampuan intelejensi tidak tinggi tidak diperbolehkan menggunakan model evaluasi yang berbasis ingatan, dan dalam hal ini FTSP sudah menghindari berdasarkan subject maters.

Silvi menambahkan bahwa akan sangat diperlukan ruang dalam evaluasi untuk menyampaikan rubrik Rencana Pembelajaran Semester (RPS), baik itu rubrik berisi terbaik dan terburuk. Rubrik memang kendalinya di CP di masing-masing mata kuliah. Oleh karenanya jika terjadi kuliah paralel maka rubrik yang bekerja cukup satu saja. Mengenai praktikum upayakan 1 (satu) SKS 170 (seratus tujuh puluh) menit, sehingga diperlukan pertemuan 1-8 teori , pertemuan 9-16 praktikum. Desain RPS durasi menjadi syarat dalam pembuatan RPS, waktu disamakan dengan pengalaman belajar

Dalam merancang pembelajaran tidak perlu memisahkan antara belajar dan ujiannya, belajar dan evaluasi terintegrasi, karena prinsip pembelajaran dalam SNPT adalah integratif. Sehinggta dikatakan terakreditasi sama dengan atau sesuai SN DIKTI, berdurasi 1 SKS = 170 menit).

Mengenai out put Silvi menegaskan bahwa, nilai adalah deskripsi kritik bukan scooring, sehingga mahasiswa punya kesempatan untuk memperbaiki, sehingga diakhir perkuliahan nilai mahasiswa akan bagus semua karena mahasiswa memperbaiki tugas berdasarkan masukan dari dosen.

Perlu diketahui bahwa ada 3 (tiga) level hasil akreditasi, yaitu level akreditasi internasional = kategori memuaskan/unggul, (baik = sesuai dikti; baik sekali = melampaui dikti; unggul = internasional). Ungkapnya.

Sementara Ketua Prodi Teknik Sipil (Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D.), Ketua Prodi Arsitektur (Noor Cholis Idham, Ph.D), dan Ketua Prodi Teknik Lingkungan (Hudori, ST, MT) menyampaikan masalah dan tantangan PBM di masing masing Program Studi yang menitik beratkan tantangan akreditasi internasional.