Rumah pabrikasi adalah system pembangunan yang semua panel sudah dibuat di pabrik dan siap dibangun hanya dengan menggabungkan panel panel yang dibutuhkan sesuai desain. Dana yang dibutuhkan menjadi lebih murah dan waktu yang lebih singkat dalam pengerjaannya. Pembatasan lahan terbangun, lay out sederhana, kwalitas bangunan baik, efisiensi bahan, material ramah lingkungan yaitu dari sekam padi, plastik daur ulang, dan kertas koran, dan dengan efisiensi beaya siklus hidup bangunan.
Demikian materi presentasi Teknologi Rumah Pabrikasi Untuk Pembangunan Masa Depan yang dipresentasikan oleh Anggit Mas Arifudin,ST dalam pameran Open Day dan Innovation Expo (ODIEX) yang diselenggarakan Universitas Islam Indonesia (UII) Rabu (26 Oktober) di Auditorium Prof.KH.Abdulkahar Mudzakir Kampus Terpadu UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta.
Pameran yang berlangsung 3 (tiga) hari Selasa hingga Kamis (25-27 Oktober) Fakultas Teknik dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) berperan aktif mengikuti pameran tahunan ini dengan menampilkan rumah pabrikasi menggunakan system sambungan cor di tempat, dan ornamen dinding dibuat menggunakan material erupsi merapi, serta museum kegempaan Prof.Sarwidi.
Dalam presentasinya Anggit menambahkan bahwa, rumah pabrikasi ini diberi nama “Baiti Jannati” yang dilatarbelakangi dengan pertumbuhan penduduk yang terus berkembang dari tahun ke tahun mengakibatkan permintaan akan hunian semakin melonjak tiap tahunnya. Sementara data yang dirilis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kebutuhan perumahan di Indonesia mencapai 13.526.000 unit, sementara pertumbuhan 800 ribu unit pertahun yang dibutuhkan. Padahal pengembang dari pemerintah di Indonesia hanya menyediakan 300-400 ribu unit per tahun. Ungkap Anggit.
Sementara Anggit yang merupakan alumnus Program Studi Teknik Sipil yang saat ini sedang menempuh S2 Magister Teknik (MT) ini memberikan latar belakang ornamen dinding dibuat menggunakan material erupsi merapi keprihatinannya terhadap warga lereng merapi akibat erupsi merapi Gunung Merapi 2010 yang menyebabkan mereka kehilangan pemanfaatan material hasil erupsi yang melimpah berupa pasir, maupun abu batu, yang juga memberikan semangat baru agar kepala keluarga dan remaja mempunyai penghasilan baru. Sebagai langkah nyata hal ini dibuktikan dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik tahun 2013 dan 2014 di Cangkringan dengan memberikan motivasi dan pelatihan ornamen dinding yang dilaksanakan bersama dengan Pusat Inovasi Material Vulkanik Merapi FTSP UII untuk mengembangkannya.
Anggit berharap semoga pengembangan inovasi Rumah Pabrikasi Ramah Lingkungan ini dapat terwujud, sehingga dapat membantu pemerintah dalam mewujudkan akan kebutuhan perumahan yang belum sepenuhnya terpenuhi.
Tiga puluh mahasiswa baru Program Profesi Arsitektur (PPAr) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti kuliah perdana angkatan V yang digelar di Auditorium Mohammad Natsir, Gedung Kampus Terpadu FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Slemann Yogyakarta, Sabtu (22 Oktober).
Ketua PPAr (Ir. Ahmad Saifudin, MT., IAI) menyampaikan, angkatan V tahun 2016 ini mahasiswa baru PPArs berjumlah 30 (tiga puluh) orang. Dengan demikian jumlah mahasiswa yang harus mengikuti kuliah Program Profesi Arsitektur sebanyak 43 orang yang terdiri dari tiga puluh mahasiswa baru, dan tiga belas mahasiswa lama yang saat ini sedang menjalankan kuliahnya. Angka ini menunjukkan kepercayaan masyarakat kepada PPAr UII yang semakin meningkat setiap waktunya.
Demikian disampaikan Ketua PPAr UII dalam pembukaan kuliah perdana yang dihadiri pula Sekretaris PPAr (Jarwa Prasetya Sih Handoko, ST., M.Sc) serta puluhan mahasiswa PPAr UII untuk mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Endy Subijono, IAI., AA.
Dalam presentasinya Endy Subijono, IAI., AA.menyampaikan peran dan posisi PPAr dalam Profesi Arsitek guna menghadapi pasar bebas ASEAN. Peran PPAr memenuhi prasyarat ASEAN MRA untuk menjadi ASEAN Arsitek sehingga akan memberikan peluang lebih besar bagi arsitek Indonesia dalam pasar bebas ASEAN, baik sebagai pelaku praktik lintas batas maupunn sebagai kolaborator lokal.
Menyetarakan program pendidikan arsitek di Indonesia dengan standar yang disepakati secara internasional 5 tahun dengan pola 4+1, yaitu 4 tahun pendidikan akademis + 1 tahun pendidikan profesi PPAr. Kesetaraan ini akan sangat berarti bagi praktik profesi arsitek Indonesia. Menyiapkan jalur profesi untuk menjadi praktisi arsitek dengan materi pendidikan yang fokus mendalami ranah keprofesian melengkapi 4 tahun pendidikan akademis. Ungkapnya.