Pertemanan Dalam Islam

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.


Pada umumnya, orang akan senang memiliki banyak teman. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Sebab, teman adalah personifikasi diri. Tetapi bukan berarti seseorang diperbolehkan bergaul dengan sembarang orang menurut selera nafsunya. Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan, dan pemikiran. Sehingga, islam memberi batasan-batasan yang jelas dalam soal pertemanan.

Teman memiliki pengaruh yang besar terhadap diri kita. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah, yang mengatakan bahwa seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Hadits tersebut berisi tentang adab seseorang dalam berbicara dan berperilaku seperti kebiasaan kawannya. Sehingga beliau memberikan peringatan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus mengenali kualitas beragama dan akhlak teman kita. Jika ia merupakan orang yang shalih, maka kita boleh berteman dengannya. Sebaliknya, apabila ia seorang yang tidak baik , buruk akhlaknya, serta kerap melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.

Khathabi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jangan memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa adalah dengan cara mengundang mereka dalam suatu jamuan makan. Hal demikian dikarenakan jamuan makan dapat memupuk rasa kasih sayang dan cinta di antara yang hadir. Jamuan tersebut disarankan makanan yang memang dibutuhkan oleh mereka, maka tidak masalah apabila diberikan. 

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh HR. Ahmad dihasankan oleh al-Albani berisi bahwa Rasulullah SAW bersabda “Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa”. Berdasarkan hadist tersebut, kita dilarng berteman dengan pelaku dosa besar dan ahli maksiat, orang kafir dan munafik.



Allah berfirman dalam Quran surat Al-Insan ayat 8 yang berbunyi “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. Maksud dari orang yang ditawan adalah orang-orang kafir. Hal ini juga berlaku dalam pergaulan yang sifatnya umum seperti jual beli, bertetangga, maka hukumnya masuk dalam hukum muamalah, sehingga kita boleh bermuamalah dengan siapa saja, muslim maupun non muslim. Persahabatan yang paling mulya adalah persahabatan yang dijalin dalam jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Pertemanan yang dibangun untuk saling menguntungkan dalam urusan duniawi sifatnya hanyalah fana. Namun jika keuntungan tersebut telah hilang, maka pertemanan yang dekat itu akan pupus.

Di dalam pertemanan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan selain untuk mendapatkan ridha-Nya. Orang yang seperti ini kelak akan mendapat janji Allah pada Hari Kiamat. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-Ku.” Hadist ini diriwatakan oleh Muslim. Mu’adz bin Jabal menambahkan dalam hadist Riwayat Ahmad yang mengatakan bahwa “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku”

Hal ini serupa dengan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim oleh Abu Hurairah r.a. yang berbunyi “Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Ke mana anda hendak pergi? Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini’, jawabnya, ‘Adakah suatu kenikmatan yang anda harap darinya?’ ‘Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla’, jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, “Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia.” Anas r.a. meriwayatkan bahwa “Terdapat seorang lelaki di sisi Nabi SAW. Tiba-tiba sahabat lain yang berlalu kemudian lelaki tersebut berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang tersebut karena Allah”. Maka Nabi Muhammad SAW bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Kemudian beliau bersabda, “Maka bangkit dan beritahukanlah padaya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintaiku karena-Nya” hadist ini diriwayatkan oleh Ahmad yang dihasankan oleh Al-Albani.

Selalu melakukan intropeksi adalah hal yang harus diperhatikan oleh orang yang saling mencintai karena Allah. Perlu ditanyakan adakah urusan duniawi yang ikut mengotori kecintaan tersebut. Setidaknya, hendaknya kita selalu memasang wajah berseri dan tersenyum saat bertemu dengan teman. Rasulullah SAW bersabda,
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi). 

Aisyah r.a. menyebutkan bahwa “Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.” (HR. al-Bukhari). Sedangkan hadis lain yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan bahwa Allah itu Maha Lemah, dan senang kepada kelembutan. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya.”

Contoh sikap yang dapat membangun kekalnya kasih sayang dan cinta adalah saling memberi hadiah dan kejutan baik pada sesama. Rasulullah SAW bersabda,
“Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian.” (HR. Imam Malik). 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.


Prinsip tolong menolong pertemanan dalam Islam bukan berdasar pada permintaan dan hawa nafsu. Tetapi untuk menunjukkan kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta omong kosong mereka dalam urusan agama Allah. Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk di dalamnya. Adapun mengikuti keinginan teman yang salah atau berbasa-basi atas nama persahabatan dan solidaritas, agar mereka tidak pergi meninggalkan kita, maka yang demikian ini tidak diajarkan dalam Islam.

Lapang dada adalah salah satu sifat paling utama yang tertanam dalam diri penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan. Orang tersebut pasti lihai dalam memahami berbagai kondisi dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang jauh dari kenyatamanan. Ia tidak membalas kezhaliman dengan kejahatan maupun kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan hasad kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya.” (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)

Karena itu Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar kita berdo’a dengan: “Dan lucutilah kedengkian dalam hatiku.” (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata ‘shahih’) dan termasuk bumbu dalam pergaulan adalah berhusnudzon kepada sesama teman, yaitu berfikir positif dan memaknai sikap dan ucapan orang lain dengan perspektif dan cara pandang yang baik, tidak diartikan negatif. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta” (HR.Bukhari dan Muslim).  Berburuk sangka yang dimaksud adalah dugaan tanpa dasar yang benar.

Setiap orang memiliki rahasia. Rahasia itu biasa disampaikan kepada sahabat atau orang yang dipercayainya. Anas r.a. pernah diberikan informasi mengenai suatu rahasia oleh Nabi Muhammad SAW. Anas r.a. berkata, “Nabi SAW merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya.” (HR. Al-Bukhari).

Teman dan saudara sejati adalah seseorang yang mampu menjaga rahasia. Orang yang membocorkan rahasia teman merupakan seorang pengkhianat terhadap amanat. Padahal berkhianat terhadap amanat termasuk sifat orang munafik.

Persahabatan tidak mungkin bisa abadi jika dibangun di atas kepentingan duniawi. Mereka berpisah bahkan mungkin saling bermusuha Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh. Menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu adalah persahabatan yang dijalin karena Allah, dan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat. Allah berfirman, artinya,
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)

Ya Allah, anugerahilah kami hati yang bisa mencintai teman-teman kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu. Amin. (Ibnu Umar)

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنََا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: 

Nama: Hartono Kurniawan  

Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 24 April 1971  

Jenis Kelamin: Laki-Laki  

Status : Kawin  

Alamat: Asrama Polri Patuk NG / I 589, Yogyakarta 55261  

Kewarganegaraan: Indonesia  

Agama: Islam  

Nomor Handphone : 087738744666  

Email : [email protected] dan [email protected]  

Pendidikan :  SMAN 7 Yogyakarta

Tentang Penulis

Nama    : Hartono Kurniawan
Unit       : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jabatan : Tenaga Kependidikan Tetap