Sabtu (29 Juli) Emha Ainun Najib (Cak Nun) menghadiri sarasehan “Guruku, Sahabatku, dan Tauladanku”, yang digelar dalam rangka menyambut Purna Bhakti Ir. Munichy Bachron Edrees, M. Arch., IAI., AA yang telah melaksanakan tugas catur Dharma selama 33 (tiga puluh tiga) tahun sebagai dosen Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII).
Ir. Munichy Bachron Edrees, M. Arch., IAI., AA (yang panggilan akrabnya Pak Munichy) pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi selama 3 (tiga) periode di masa awal berdirinya, beliau merupakan founding father Prodi Arsitektur sekaligus sebagai guru, bapak, sahabat, arsitek, ustadz dann tauladan yang baik. Pernah pula menjabat sebagai ketua asosiasi IAI DIY selama 3 (tiga) periode, Ketua IAI Nasional Periode 2012-2015, dan Ketua kehormatan IAI Periode 2015-2018.
Acara Sarasehan “Guruku, Sahabatku, dan Tauladanku” ini dihadiri oleh civitas akademika UII yang merupakan ajang silaturrahmi bagi alumni,, mahasiswa, dosen, di Prodi Arsitektur UII maupun teman sejawat. Acara dalam suasana keakraban, penuh rasa terima kasih dari para muridnya, dan penghormatan atas dedikasi Pak Munichy selama 33 tahun berkiprah dan mengabdi di UII.
Dalam acara ini, Cak Nun bercerita bahwa sepertinya di Lauhul Mahfudl nama Pak Munichy memang sudah tertulis dengan tinta emas. Sejak kecil orangnya rajin dan tekun. Diceritakan pula oleh Cak Nun kemesraan persahabatannya sewaktu SMA itu. Ketika berjalan kaki menuju sekolah, Cak Nun selalu disalip Pak Munichy. “Pak Munichy lulus di semua hal. Dia orang yang baik dan jujur,” kata Cak Nun.
Ini lalu mengingatkan Cak Nun tentang “prestasi” Cak Nun sendiri di sekolah, yaitu bagaimana guru-guru rapat kelulusan siswa untuk akhirnya bersepakat meluluskan Cak Nun daripada akan merepotkan setahun lagi. Selain rajin, Cak Nun juga ingat Pak Munichy aktif melukis sejak SMA.
Cak Nun mengemukakan satu cara pandang bahwa manusia sebenarnya adalah penduduk surga yang sedang outbond ke Bumi sebentar. Nah, oleh Allah Pak Munichy diciptakan dengan Formula biologis yang sangat Arsitektural. Dalam pandangan Cak Nun, arsitek termasuk ujung tombak peradaban.
Sebab, peradaban manusia saat ini agak kacau dalam urusan memahami atau memperlakukan antara yang tampak dan yang tidak tampak. Talbis adalah fenomena yang terkait dengan hal ini. Tetapi di sisi lain, apa yang tampak atau kelihatan adalah wilayah karya arsitek. Maka arsitek adalah pelaku utama peradaban.