Fakultas Teknik Sipil (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) berdiri pada tahun 1964 yang mempunyai 3 (tiga) Program Studi (Prodi), Teknik Sipil, Arsitektur dan Teknik Lingkungan, serta Program Profesi Arsitektur. Ketiga Prodi sedang menuju internasionalisasi, 2 (dua) Prodi dalam proses menuju akreditasi internasional, sedangkan 1 (satu) Prodi yang sudah mendapatkan sertifikat akreditasi internasional adalah Prodi Teknik Sipi dari Japan Accreditation Board for Engineering Education (JABEE). Sedangkan Prodi Arsitektur saat ini sedang proses menuju akreditasi internasional yang menginduk Korean Architecture Accrediting Board (KAAB), sedangkan Teknik Lingkungan menginduk Accreditation Board of Engineering and Technology (ABET) Amerika Serikat. FTSP UII tahun ini berangkat menuju internasionalisasi.
Dalam upaya peningkatan syiar Islam di FTSP UII, Fakultas menyelenggarakan tabligh akbar songsong Ramadhan 1437 H semoga bermanfaat bagi semua pihak. Tabligh akbar yang digelar atas kerjasama Panitia Ramadhan 1437 H dengan Lembaga Dakwah Al Mustanir FTSP UII. Demikian sambutan Dekan FTSP UII (Dr.-Ing.Ir.Widodo, M.Sc) dalam acara Tabligh Akbar songsong Ramadhan 1437 H bertempat di Hall Gedung Mohammad Natsir FTSP UII Jl.Kaliurang Km.14,5 Sleman Yogyakarta Rabu (1 Juni) sore. Turut hadir dalam tausyiah Wakil Dekan (Setya Winarno, Ph.D), para dosen, tenaga kependidikan, segenap lembaga mahasiswa dan mahasiswa FTSP tidak kurang dari 200 (dua ratus) orang.
Sementara Ustadz besar Masjid Jogokaryan Yogyakarta (Salim A.Fillah) dalam tabligh akbar menyampaikan “Kekasih yang Dinanti”. Apa yang diharapkan Allah SWT dari hamba hamba yang beriman untuk memasuki Ramadhan dengan keimanan puasa didalamnya. Ada 3 (tiga) kata La’ala; agar, supaya, mudah mudahan yang kemudian ditebar oleh Allah SWT yang dirangkai dalam ayat 183-187 Surat Al Baqoroh. La’alakum Tattaqun (ayat 183), La’alakum Tasykurun (185), dan La’alakum Yarsyudun (186).
Maka dengan demikian yang diharapkan Ramadhan kekasih yang diharapkan menginginkan 3 (tiga) hak yaitu La’alakum Tattaqun agar kita semuanya bertaqwa, La’alakum Tasykurun agar kita sekalian pandai bersyukur kepada Allah SWT, dan La’alakum Yarsyudun agar kita semuanya selalu dibimbing kepada Allah SWT.
La’alakum Tattaqun makna hakikinya adalah hati hati, sebab hidup di dunia ini seperti hidup dalam cahaya yang kadang remang remang yang di situ banyak jebakan duri yang mengancam setiap langkah baik kita, maka taqwa artinya hati hati dalam segala hal. Ada dalam sebuah hadits mengatakan “Siapa yang kemudian bertaqwa berhati hati di situ baik yang disubhat, disamar sungguh dia menjaga kehormatan harga diri dan agamanya”.
Makna teknis dari taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Secara operasional makna taqwa itu dapat dikatakan taqwa dalam 5 (lima) langkah yaitu mengingat akan janji Allah SWT, mengisi dengan niat yang baik, menghitung langkah langkah diri secara serius (munasabah), berani memberi konsekwensi atas pelanggaran , dan perjuangan untuk istiqomah. Jadi taqwa itu ada lima karena merasa diawasi, dilihat dan dicatat atas perbuatannya terhadap Allah SWT.
Karena kita ini hakekatnya bintang film juru kameranya tidak mengenal habis baterai atau habis memori sejak kita baligh terus merekam tanpa berhenti sampai Allah SWT memangkas umur kita. Hasil rekaman itu akan ditayangkan ulang oleh Allah SWT dalam hari yang disebut kiyamul hisyab. Oleh karena itu marilah kita sekarang ini menjadi bintang film yang baik, agar kelak kita menjadi bangga dihadapan Allah SWT tidak perlu keluar keringat dingin karena merasa takut. Pinta ustadz Salim.
Yang kedua taqwa itu mengingat janji bahwa kita ini adalah pernah bersaksi aatas alam ruh kita yang bertanya, apakah aku Tuhan Mu yang memberikan rizki. Padahal orang mukmin itu yang lebih baik atau bagus niatnya dari pada amalnya. Hal ini dicontohkan antara niat dan besar kecilnya shodaqoh.
Oleh karenanya ustadz Salim mengajak untuk membuat program kerja selama Ramadhan seperti sholat fardhu berjama’ah, membaca Al Qur’an setiap habis sholat fardhu, sholat taraweh di masjid minimal sepekan 5 kali, shodaqoh setiap hari, membuat takjil buka bersama, sehingga kita bisa melakukan munasabah. Inilah langkah taqwa yang ketiga munasabah atau keseriusan.
Langkah taqwa yang keempat adalah muaqobah atau berani memberi konsekwensi. Dicontohkan seseorang yang lalai dengan kwajiban menjalankan sholat hanya untuk shopping di Mall sehingga waktunya sholat habis diambang waktu sholat berikutnya.
Yang terakhir adalah mujahadah atau mengistiqomahkan. Jangan menyepelekan yang kecil. Bahwa Allah SWT itu akan melihat amal orang itu yang ihsan. Artinya amal yang paling baik adalah amal yang secara terus menerus dilestarikan untuk diamalkan meskipun amalnya kecil. Ungkapnya.