{mosimage}Terjadinya beberapa bencana alam berupa gempa bumi akhir-akhir ini merubah paradigma masyarakat, dari yang semula menganggap bahwa bencana alam gempa bumi merupakan bagian yang terpisah dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan kalau terjadi maka memang merupakan takdir Illahi, maka sekarang telah bergeser bahwa gempa bumi merupakan bagian dari resiko kehidupan yang sewaktu-waktu akan terjadi. Permasalahannya adalah kapan gempa bumi akan terjadi dan di wilayah mana.

{mosimage}Terjadinya beberapa bencana alam berupa gempa bumi akhir-akhir ini merubah paradigma masyarakat, dari yang semula menganggap bahwa bencana alam gempa bumi merupakan bagian yang terpisah dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan kalau terjadi maka memang merupakan takdir Illahi, maka sekarang telah bergeser bahwa gempa bumi merupakan bagian dari resiko kehidupan yang sewaktu-waktu akan terjadi. Permasalahannya adalah kapan gempa bumi akan terjadi dan di wilayah mana.

Hal inilah yang melatarbelakangi diselenggarakannya seminar “Prediksi Kejadian Gempa Bumi: Konsepsi dan Aplikasinya di Indonesia”, Senin 3 Agustus 2009, bertempat di Gedung Prof. Dr. Sardjito kampus UII.  Seminar ini digelar sebagai rangkaian kerjasama Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, International Academic of Science (IAS), dan Universitas Islam Indonesia, terkait dengan penempatan alat deteksi gempa bumi Atropatena di Fakultas Teknik Sipil Perencanaan UII.

Rektor  UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, dalam sambutannya menyampaikan  penghargaan yang tinggi atas ditempatkannya Atropatena di UII.  Menurutnya, meskipun sampai saat ini belum terdapat peralatan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan untuk memprediksi akan terjadinya gempa bumi, usaha memprediksi gempa melalui Atropatena ini merupakan salah satu kontribusi keilmuan yang patut dihargai. 

“Penempatan Atropatena di UII merupakan sebuah kehormatan dan kepercayaan yang akan terus dijaga sehingga keberadaan alat ini benar-benar mendatangkan manfaat bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya,” ungkap Rektor dihadapan para peserta seminar.

Sementara itu keynote speech Gubernur DIY dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Ir. Bayudono, MSc.  Para pembicara yang hadir antara lain Dr. Priyadi Kardono, kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, dan Ir. Idwan Suhardi, MSc, Staff Ahli Kementrian Negara Riset dan Teknologi RI.

Pembicara dari kalangan akademisi menghadirkan pakar kegempaan UII Prof. Ir. Widodo, MSCE, Ph.D dengan makalah “Understanding the Development of the Earthquake Forecasting/Prediction and Natural Phenomena before The 27 May 2006 Yogyakarta Earthquake”. Sementara Dr. Wahyudi, pakar kegempaan UGM, mempresentasikan makalah “Atropatena: Paradigma Baru dalam Prediksi Gempabumi”. Diskusi dipimpin oleh moderator Prof. Ir. Sarwidi, MSCE, Ph.D.

Usai makan siang, presentasi dilanjutkan dengan penjelasan mengenai alat deteksi dini gempa bumi Atropatena oleh Prof. Elchin Khalilov.  Prof. Elchin Khalilov merupakan anggota International Council for Scientific Development, International Academic of Science (ICSD-IAS) yang telah meng-klaim menemukan alat untuk memprediksi kejadian gempa secara dini dengan ketepatan 90 persen.

{mosimage}Menurut Prof. Khalilov, Atropatena merupakan alat yang dikembangkan atas dasar teori medan gravitasi.  Alat ini bekerja atas dasar pendeteksian terhadap terjadinya anomali gravitasi yang terjadi mendahului gempa.  Saat ini sudah dipasang 3 stasiun Atropatena yaitu di Baku-Azerbaijan, Islamabad-Pakistan, dan Yogyakarta-Indonesia. Ketiga alat ini terhubung dalam sistem jaringan global yang diharapkan dapat mendeteksi gempa di dunia. 

Nantinya ketiga stasiun dapat menentukan waktu, posisi episenter, dan magnitudo gempa.  Kemampuan alat ini dapat memprediksi kira-kira 2 hari – 1 minggu sebelum kejadian gempa.  Namun peralatan tersebut harus melalui ujicoba terlebih dahulu sebelum secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

Malam harinya dilangsungkan launching Atropatena di Gedung Pracimosono Kompleks Kepatihan Yogya oleh Sekretaris Daerah Propinsi DIY, Tri Harjun Ismaji.  Selasa (4/8) siang Tim Atropatena dari FTSP UII, PUP-ESDM Yogyakarta, dan Prof. Khalilov juga diundang secara khusus oleh Gubernur DIY. (Renny Wijaya)