Perwujudan Masjid yang Aksesibel untuk Semua

Arif Budi Sholihah

Suatu riwayat menyebutkan bahwa Al Quran Surat Abasa diturunkan oleh Allah SWT setelah suatu peristiwa yang berkaitan dengan sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Tersebut ketika itu Rasulullah SAW sedang berbicara dengan beberapa tokoh Quraisy diantaranya Syaiban bin Rabi’ah. Pada saat itu Rasulullah SAW sangat berharap para tokoh Quaisy tersebut akan bersedia masuk Islam. Tiba-tiba seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum seorang sahabat yang berasal dari kalangan kebanyakan bertanya hal yang penting kepada Rasulullah SAW, namun karena sedang asyik berdiskusi, Rasulullah pun terlihat tidak menghiraukan pertanyaan dari Abdullah.

Setelah selesai berunding dengan para tokoh Quraisy tersebut, Rasulullah SAW kemudian bersiap untuk pulang, namun mendadak beliau merasa kesakitan. Saat itulah Firman Allah berupa Surat Abasa ayat 1 hingga 16 turun. Berikut adalah isi dari QS Abasa ayat 1-16, sebagai berikut:

 

عَبَسَ وَتَوَلَّى (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى (2) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (3) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (4) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (5) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (6) وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى (7) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (8) وَهُوَ يَخْشَى (9) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (10) كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (11) فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (12) فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (13) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (14) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16)

 

Artinya:

 

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (alasan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran). sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti.

 

 

Ayat-ayat diatas benar-benar secara eksplisit memperingatkan Rasulullah SAW yang bermuka masam kepada seseorang yang dianggap tidak penting demi mengharapkan perhatian dari para pemuka Quraisy yang dianggap lebih penting. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pun melakukan kekeliruan apalagi kepada masyarakat difabel.

 

Jika kita hubungkan dengan perancangan masjid yang ada disekeliling kita pernahkah kita berfikir, apakah bangunan tersebut telah mengakomodasi kebutuhan dari semua kalangan. Bagaimana orang buta dapat mengakses dan menggunakan masjid? Bagaimana pengguna kursi roda dapat masuk ke dalam toilet masjid dengan mudah? Apakah selama ini desain masjid hanya mengakomodasi orang-orang dari kalangan tertentu saja? Para tokoh atau orang yang normal saja?

 

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang masih perlu kita ajukan mengenai perwujudan masjid yang aksesibel bagi semua. Dalam dunia arsitektur kini berkembang teori tentang Universal Design yang banyak berkembang di Jepang, Amerika, dan Eropa. Universal design adalah design bangunan dan lingkungan binaan yang aksesibel untuk semua tanpa kecuali, baik dari sisi disabilitas, umur, dan faktor lainnya. Dalam universal design terdapat tujuh prinsip, yaitu:

 

  1.   Equitable use
  2.   Flexibility in use
  3.   Simple and intuitive
  4.   Perceptible information
  5.   Tolerance for error
  6.     Low physical effort
  7.     Size and space for approach and use

 

Prinsip 1: Penggunaan yang Adil

Desainnya berguna dan dapat dipasarkan untuk orang-orang dengan beragam kemampuan.

 

Pedoman:

1a. Menyediakan sarana penggunaan yang sama untuk semua pengguna: identik bila memungkinkan; setara bila tidak.

1b. Hindari memisahkan atau menstigmatisasi pengguna mana pun.

1c. Ketentuan untuk privasi, keamanan, dan keselamatan harus tersedia secara merata untuk semua pengguna.

1d. Buat desain menarik bagi semua pengguna.

 

Prinsip 2: Fleksibilitas dalam Penggunaan

Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan individu.

Pedoman:

2a. Memberikan pilihan dalam metode penggunaan.

2b. Mengakomodasi akses dan penggunaan tangan kanan atau kiri.

2c. Memfasilitasi akurasi dan presisi pengguna.

2d. Memberikan kemampuan beradaptasi dengan kecepatan pengguna.

 

Prinsip 3: Penggunaan Sederhana dan Intuitif

Penggunaan desain mudah dipahami, terlepas dari pengalaman pengguna, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat ini.

Pedoman:

3a. Hilangkan kerumitan yang tidak perlu.

3b. Konsisten dengan ekspektasi dan intuisi pengguna.

3c. Mengakomodasi berbagai keterampilan literasi dan bahasa.

3d. Atur informasi yang konsisten dengan kepentingannya.

3e. Memberikan dorongan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah penyelesaian tugas.

 

Prinsip 4: Informasi yang Terlihat

Desain mengkomunikasikan informasi yang diperlukan secara efektif kepada pengguna, terlepas dari kondisi sekitar atau kemampuan sensorik pengguna.

Pedoman:

4a. Gunakan mode yang berbeda (bergambar, verbal, taktil) untuk penyajian informasi penting yang berlebihan.

4b. Berikan kontras yang memadai antara informasi penting dan sekitarnya.

4c. Maksimalkan “keterbacaan” informasi penting.

4d. Bedakan elemen dengan cara yang dapat dijelaskan (yaitu, membuatnya mudah untuk memberikan instruksi atau arahan).

4e. Menyediakan kompatibilitas dengan berbagai teknik atau perangkat yang digunakan oleh orang-orang dengan keterbatasan sensorik.

 

Prinsip 5: Toleransi terhadap Kesalahan

Desain meminimalkan bahaya dan konsekuensi merugikan dari tindakan yang tidak disengaja atau tidak disengaja.

Pedoman:

5a. Atur elemen untuk meminimalkan bahaya dan kesalahan: elemen yang paling sering digunakan, paling mudah diakses; elemen berbahaya dihilangkan, diisolasi, atau dilindungi.

5b. Memberikan peringatan bahaya dan kesalahan.

5c. Menyediakan fitur gagal aman.

5d. Mencegah tindakan bawah sadar dalam tugas-tugas yang membutuhkan kewaspadaan.

 

Prinsip 6: Upaya Fisik Rendah

Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan dengan sedikit kelelahan.

Pedoman:

6a. Izinkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral.

6b. Gunakan kekuatan operasi yang wajar.

6c. Minimalkan tindakan berulang.

6d. Minimalkan upaya fisik yang berkelanjutan.

 

Prinsip 7: Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan

Ukuran dan ruang yang sesuai disediakan untuk pendekatan, jangkauan, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh, postur, atau mobilitas pengguna.

Pedoman:

7a. Berikan garis pandang yang jelas ke elemen penting untuk pengguna yang duduk atau berdiri.

7b. Buat jangkauan ke semua komponen nyaman bagi pengguna yang duduk atau berdiri.

7c. Mengakomodasi variasi dalam ukuran tangan dan genggaman.

7d. Sediakan ruang yang cukup untuk penggunaan alat bantu atau bantuan pribadi.

 

Demikian prinsip-prinsip universal design yang dapat diterapkan dalam mewujudkan perancangan masjid yang aksesibel bagi semua.

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis

Nama     : Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc., Ph.D.
Jurusan : Arsitektur
Jabatan : Sekretaris Program Studi Arsitektur Program Sarjana