Sadari kekurangamu

Assalamu’alaikum wr.wb.

Bismillahirohmanirrohiim, Ahlamdulillahi Robbil’alamiin,

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nur dan Taufiqnya kepada kita sekalian, Sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW yang senantiasa kita nanti-nantikan syafaatnya dihari kiamat nanti. Aamiin.

Saudaraku kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia, perkenakan kami menyampaikan 

Hak Allah dalam ketaatan yang kita lakukan, bahwa ada 5  hak allah dalam kataaan yg kita lakukan

  1. Hak Allah untuk kita mengikhlaskan amal, amal yg tidak diikhlas untuk Allah swt, maka amal itu amal yg mardud amal yg tertolak, sebagaimana penjelasan didalam banyak ayat maupun hadist dan diantara contoh ada tiga orang yang memiliki amal-amal yag masya Allah, amal-amal yang super bagus, tiga orang ini adalah orang yang berjihad dengan penuh keberaniaanya sampai mendapatkan dhohir sahid, yang kedua orang yang belajar agama sehingga menguasai ilmu, menghafal al Qur’an dan mengajarkan kepada manusia, yang ketiga orang yang mereka senantiasa berderma dengan hartanya dijalan-jalan kebaikan, amalan ini amalan-amalan yang istimewa. Akan tetapi ketika amalan ini dilakukan tanpa keiklhasan mereka tidak lakukan karena Allah SWT , yang berjihad sampai mendapatkan sahid dhohirnya demikian, dia hanya ini mendapatkan sebutan jariun sang pahlawan pemberani, yang kedua, dia belajar ilmu sampai menguasai bahkan seorang qori’ mengajarkan manusia hanya dikatakan sebagai alim qori’, ustadz, guru, syeh, pengajar yang alim yang berilmu, seorang qori’ yang menghafalkan qur’an  dan ketiga orang senantiasa berderma dijalan-jalan kebaikan agar digelari dengan jawwad yang sang dermawan. Maka ketiga orang ini justru Allah lemparkan ke neraka jahanam karena amal yang mereka lakukan tidak ingin pahala dari Allah SWT, maka Hak Allah terhadap amal yang pertama adalah diihlaskan semata-mata mengharap apa yang dijanjikan Allah SWT.
  2. Hak Allah yang kedua adalah nasehat yang perlu diwujudkan didalam amal kita ini, apa nasehat untuk Allah SWT, nasehat disini nasehat makna bahasa arab,  bukan makna nasehat bahasa Indonesia yang kita fahami, akan tetapi nasehat dengan makna menginkan sesuatu yang terbaik, Allah SWT menginginkan hambanya mempersembahkan amal yang terbaik, sehingga bukan sekedar ikhlas dalam beramal tetapi mempersembahan amal yang terbaik, contoh: ketiaka seorang ingin taqorrub, dia bukan sekedar mendekatkan diri dengan amalan yang wajib, tetapi menyempurkan sebagai seorang hamba dengan melakukan  amalan-amalan yang sunnah, ini yang secara umum, dia seorang hamba yang lengkap yang sempurna dalam bertaqorrup kepada Allah dengan melakukan amalan-amalan yang wajib dan amalan-amalan yang sunnah. Contoh: seorang yang bersodaqoh, diaa tidak sekedar shodaqoh asal ikhlas tapi dia ingin mempersembahan shodaqoh yang terbaik, umpannya dia sedekah kurma, dia tidak sekedah tetapi dia berusaha memberikan kurma seperti yang dia sukai, dia cintai. Allah Berfirman,” tidak akan anda sampai kepada hakikat kebaikan sampai kalian menginfaqkan yang kalian cintai. Sehingga dia berinfaq dan dia pilihkan yang terbaik bahkan dia sertai kalua memberika kepada fakir miskin , dia iringi dia sertai dengan memuliakan fakir miskin tersebut. Ini Namanya nasehat llilah. Dan ini hak Allah terhadap amal yang kita lakukan. Sehingga dari sisi kita bagaimana  kita memberikan persembahan terbaik kepada Allah SWT.  Sholat tidak sekedar sholat selesai ikhlas, tetapi bagaimana dia mempersembahkan sholat yang terbaik dari adab-adab dhohirnya dari adab-adab bathinnya sehingga dia mempersembahkan sholat-sholat yang terbiak kepada Allah SWT. Ketiak orang ingin beralam tilawatil qur’an, dia tidak sekedar membaca al qur’an, tetapi bagaimana dalam mempersembahakan yang terbaik, dari dia menjaga adab-adab dhohir, berwudhu, dalam keadakaan suci, berpakai layak yang sopan,yang rapi ini seakan-akan berhadapan Allah SWT, sehingga membaca dengan penuh hikmah direnungi tidak asal cepat asal selesai tetapi dia lakukan dengan tadabbur sehingga dia membaca al qur’an dengan sauna yang terbaik.
  3. Hak Allah Yang ketiga, I’ktiba’ kita tidak boleh sembarang beramal, tidal boleh asal ikhlas lalu tidak perhatian dengan apakah ada tuntunannya atau tidak, tidak perhatian dengan bagaimana Rasuulullah SAW telah mengajarkan amalan-amalan tersebut, padahal kita yakin bahwa Nabi adalah orang yang terbaik yang mengajarkan amal yang kita lakukan taqorrub  kepada Allah, pendekan diri kepada Allah SWT. Kalau kita yakin bahwa nabi telah mengajarkan amal-amal yang kita lakukan utnuk mendekatkan diri kepada Allah sebaik-baiknya.

Sehingga seorang muslim yang benar-benar yakin bahwasanya nabi telah membimbing dia dengan sempurkan menuju Jannah dan menghindarkan dari kesengsaraan neraka , membimbing hidup yang terbaik dalam kehidupan ini , maka dia akan menjadi orang yang itiba’ kepada Nabi dan ini haknya Allah SWT. Sehingga amalan-amalan itu benar-benar mempunyai sandaran bahwa nabi telah mengajarkan kepada kita amalan-amalan tersebut. Sehingga tidak mengikuti kepuasan kita, tidak mengikuti selera hawa nafsu, yang penting saya puas, yang pentimng saya marem, alangkah banyaknya orang-orang beribadah berprinsip yang penting “marem” tanpa peduli bagaimana nabi telah mengajarkannya, menuntunnya dalam amalam-amalan tersebut. Masalahkan kalua kita tahu, harusnya kita tanya dan itu bentuk ketawadduan kita dan itu yang diperintahkan Allah kepada kita “..bertanyalah anda kepada orang yang betul-betul tentang perkaranya jika kalian tidak mengetahui” dalam urusan dunia saja kita diperintahkan untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu. Apalagi urusan agama, yang pasti urusan Jannad dan neraka. Bagaimana kita betul-betul untuk berusaha memiliki kemauan yang kuat untuk itiba’, untuk mengikuti amalan sesuai tuntunan, apalagi nabi telah memberika warning.”Barangsiapa yang beramalan yang tidak sesuai dengan  ajaranku maka amalan itu tertolak”

 مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)

`

  1. Hak Allah yang ke empat, Bagaimana kita menghadirkan ihsan, Nabi Bersabda:


أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”.  (HR. Muslim)        

 Dalam makam ihsan ini ada dua tingkatan:

  1. Maqam Musahadah, maqom seakan kita melihat Allah, didunia ini tidak akan bisa melihat Allah, tapi yang dimaksudkan adalah melihat keagungan Allah melalui apa yang Allah jelaskan baik ayat-ayat yang tersebar dialam semesta atau melalui pelajaran yang kita pelajari tentang nama-nama Allah yang telah menggambarkan keagungan dan kesempurnaan Allah SWT. Suasana hati orang ini diwarnai kerinduan-kerinduan dalm beribadah kepada Allah , telah sampai menikmati amal-amal ibadah yang mereka lakukan. Iman yang dalam hati itu ada kelezatannya, ada yang sudah merasakan kelezatannya iman dan ada yang belum merasakan kelezatannya iman. Para nabi para sahabat para ulama telah menceritakan rasanya kelezatan amal, dalam amal ada kelezatan amal, kelezatan amal berkaitan dengan keikhlasan kita, pengenalan kita dan pengetahuan kita kepada Allah SWT. Berkaitan dengan kondisi iman kita. Tiga perkara yang merasa manisnya iman: iman itu ada manisnya yaitu orang yang Ridho Allah sebagai sesembah dan nabi sebagai Rasul utusannya. Diantara alamat orang yang merasakan lezatnya amal agama itu dia bisa berlama-lama berinteraksi dengan amal tersebut. Maka waktu yang berjam-jam bisa khusuk karena hatinya menikmati. Sehingga ketika sholat seperti tempat istirahat ,merasakan kenyamanannya, mengembalikan energi baru.
  2. Maqam Muqarrabah,  “Kalau kita tidak melihat Allah, maka Allah melihat anda” Dimana keyakinan setiap amal kita, diperhatikan disaksikan dilihat oleh Allah SWT, sehinga diapun akan memberikan amal yang terbaik, melakukan amal yang terbaik.

5. Suudul minaddilah, bagaimana kita menghadirkan bahwa seluruh kebaikan, ketaatan yang kita lakukan ini semata-mata nikmat pemberian Allah SWT sehingga dia tidak menisbatkan kehebatan dirinya, keluarbiasaan dirinya ini terwujud semata-mata dari nikmat Allah SWT, tanpa bantua Allah SWT amal-amal ketaatan tersebut, maka dzikir yang utama dengan adalah kalimat “la haula wala quwwata illah billah” tanpa daya dan kekuatan dari Allah kita tidak bisa melakukan apapun, maka ini hakikat iyyaka na’budu waiiya kanasta’in, hanya kepada kepada Engkau beribadah keuali mendapatkan pertolongan Allah SWT.

Seandainya kita sudah melakukan amal tersebut diatas ikhlas, nasehat, itiba’, ihsan kemudian susudulminaddilah, setelah dia melakukan yang kelima ini dia masih menyaksikan penuh dengan kekurangan. Dia masih melihat banyak kekurangan, aib-aib dan cela yang dilakukan inilah sifatdul mukminin, kalua dia betul-betul mukmin faham tentang itu Allah dan tentang nikmat-nikmat Allah yang diberikan  dia akan memiliki sifat ini. Dalam surat al mukminun ayat 57-61 :


{إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (57) وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (58) وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ (59) وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61) }

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.

Seorang mukmin berusaha melakukan amal-amal baik, mempersembahkan amal-amal yang bak dan memperbanyak amal-amal yang baik lainnya, karena takut amal-amalnya tidak diterima, maka seorang mukmin melakukan amal itu menampilkan amalan yang sebagus-bagusnya, iklhas, nasehat, itiba’, ihsan dan suudulminaddilah ibaratnya yang lima tadi untuk berusaha dipenuhi tapi ketika dia selesai beramal hatinya ada rasa takut, ini bukan perasaan putus asa, tapi dibalik perasaan ini ada kebaikan-kebaikan yang banyak, diantaranya:

  1. Orang ini tidak pernah dihinggapi ujub, sombong tidak pernah, orang seperti ini dia senantiasa memperbanyak amal , seandainya amal ini tidak diterima , amal satunya diterima, 
  2. orang seperti ini senantiasa mempersiapkan amal yang sebaik-baiknya
  3. Orang seperti ini akan selalu evaluasi, muhasabah apa yang kurang dalam amal yang dilakukan, sehingga yang ada hanyalah kebaikan-kebaikan.

Demikian artikel ini kami susun, mudah-mudah dapat kita ambil manfaaf dan  hikmaknya sehingga dapat mengamalkannya dalam melakukan ibadah-ibadah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tentang Penulis

Nama    : Mukidi
Unit       : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jabatan : Tenaga Kependidikan Tetap